Pemerintahan Baru Jerman Terbentuk, Merkel Ingin Ada Kesinambungan Kerja
Olaf Scholz berhasil menyepakati pembentukan pemerintahan baru Jerman bersama Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas. Kanselir Angela Merkel mengaku bisa tenang dan tidur nyenyak setelah Scholz terpilih sebagai kanselir.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BERLIN, KAMIS — Dua bulan setelah mengklaim memenangi pemilihan umum Jerman, Olaf Scholz berhasil membentuk pemerintahan koalisi yang baru. Pemerintahan baru Jerman ini terbentuk dari koalisi partai-partai berhaluan kiri-tengah. Scholz (63), mantan wakil kanselir sekaligus menteri keuangan, juga akan ditahbiskan sebagai kanselir baru, menggantikan Angela Merkel, yang memimpin Jerman selama 16 tahun terakhir.
Kesepakatan tiga partai koalisi, yakni Partai Sosialis Demokrat (SPD), Partai Hijau, dan Partai Demokrat Bebas (FDP), dinilai relatif cepat. Hal itu membuat sejumlah mitra Pemerintah Jerman menarik napas lega. Jerman saat ini tengah berjuang keras menghadapi gelombang keempat pandemi Covid-19. Kebuntuan atau berlarut-larutnya dalam pembentukan pemerintahan koalisi bisa berdampak pada pemulihan ekonomi pascapandemi.
Pada konferensi pers bersama partai koalisi di Berlin, Rabu (24/11/2021), Scholz menganalogikan koalisinya seperti koalisi lampu lalu lintas yang berwarna hijau, kuning, dan merah. Dia menyampaikan kenangannya saat lampu lalu lintas pertama kali diperkenalkan di Kota Potsdamer Platz tahun 1924. Saat itu, kata Scolz, banyak orang mempertanyakan: apakah lampu itu bisa berfungsi.
”Saat ini, lampu lalu lintas sangat diperlukan untuk mengatur hal-hal dengan jelas dan memberikan orientasi yang tepat serta memastikan bahwa setiap orang bergerak maju dengan aman dan lancar. Ambisi saya sebagai kanselir adalah bahwa aliansi lampu lalu lintas ini akan memainkan peran, menjadi aliansi untuk sebuah terobosan bagi Jerman,” kata Scholz.
Scholz menambahkan, meski diyakini banyak yang meragukan koalisi tersebut, dia mencoba meyakini bahwa kesepakatan politik yang dibangunnya bersama dua partai lain bisa menghasilkan kebaikan. ”Kami bersatu, ingin membuat negara ini menjadi lebih baik, memajukannya dan menjaganya,” ujarnya.
Partai koalisi mengakui ada perbedaan pandangan dalam beberapa hal. Meski demikian, ketiga partai itu juga menyatakan telah menemukan landasan bersama yang cukup menyatukan. Mereka ingin mendorong berbagai rencana dan kebijakan untuk mengalahkan pandemi dan meningkatkan upah minimum.
Selain itu, koalisi tiga partai tersebut juga menempatkan Jerman terbebas dari penggunaan sumber energi kotor, batubara, serta memperluas pemanfaatan sumber energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional hingga hingga 80 persen pada 2030. Untuk memperkuat ikatan koalisi, mereka menandatangani perjanjian koalisi setebal 177 halaman.
Kesinambungan kerja
Selasa lalu, guna memastikan kerja penanganan pandemi berlanjut dalam pemerintahan baru, Merkel sempat mengadakan rapat untuk terakhir kalinya dengan Scholz dan para pemimpin partai koalisi. Hasilnya, kanselir Jerman yang baru, Scholz, akan membentuk tim krisis untuk mengonsolidasikan segala kebijakan terkait penanganan pandemi.
Scholz juga menyatakan akan mengeluarkan dana khusus sebesar 1,2 miliar euro atau sekitar 1,12 miliar dolar AS untuk insentif para petugas kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan panti jompo. Mereka dinilai berperan sangat besar dalam penanganan krisis selama pandemi.
Scholz menjanjikan pemerintahan Jerman yang baru akan melakukan segala cara yang diperlukan untuk membawa Jerman keluar dari krisis akibat pandemi.
Dikenal sebagai pemimpin bertangan dingin yang mampu membawa Jerman melewati beberapa kali kriris, Merkel menginginkan kesinambungan kerja pemerintahannya dengan pemerintah baru Jerman. Untuk itu, selama beberapa bulan terakhir, Merkel memasukkan Scholz dalam pertemuan bilateral dan multilateral penting, termasuk KTT G-20 di Roma dan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan Merkel saat bertemu dengan para pemimpin 16 negara bagian di Jerman untuk membicarakan penanganan pandemi dan kemungkinan memberlakukan kebijakan penguncian total, seperti di Austria. Merkel mengatakan, dirinya kini bisa tenang dan tidur nyenyak setelah Scholz terpilih sebagai kanselir untuk menggantikan dirinya.
Formasi kabinet
Dengan pengalamannya berada di kabinet Merkel dari tahun 2007 hingga saat ini, sebagai wakil kanselir sekaligus menteri keuangan Jerman, Scholz mendapat kepercayaan penuh untuk memimpin Jerman. Scholz belum berbicara banyak mengenai susunan kabinetnya. Namun, perkiraan siapa saja yang akan menempati posisi kabinet telah bermunculan, dikaitkan dengan latar belakang partai serta keahliannya.
Christian Lindner, ketua FDP yang dikenal memiliki pergaulan luas di kalangan pebisnis, digadang-gadang akan mengisi posisi yang ditinggalkan Scholz sebagai menteri keuangan. Sementara Robert Habeck dan Annalena Baerbock, keduanya dari Partai Hijau, digadang-gadang akan mengisi posisi sebagai wakil kanselir dan menteri luar negeri Jerman.
Apabila prediksi itu benar, susunan kabinet dinilai mengindikasikan kebijakan luar negeri Jerman yang akan lebih tegas terhadap China dan Rusia. Sementara secara ekonomi, Pemerintah Jerman akan tetap kaku dalam masalah anggaran dan secara agresif mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan yang berbasis pada investasi hijau.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan, Pemerintah AS mengharapkan hubungan yang lebih kuat dengan pemerintahan baru Jerman. ”Kami memiliki setiap harapan bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan Jerman akan terus menjadi sangat dekat dan efektif,” kata Price.
Dia menambahkan, hubungan kedua negara dibangun di atas nilai bersama, yaitu kebebasan, demokrasi, hak asasi manusia, dan supremasi hukum. Price juga menyatakan, Pemerintah AS berharap bisa bekerja sama untuk mencapai keinginan bersama merevitalisasi kemitraan trans-Atlantik serta meningkatkan kerja sama dengan negara-negara sekutu di NATO dan Uni Eropa. (AFP/REUTERS)