NASA meluncurkan wahana Double Asteroid Redirection Test atau DART. Proyek ini menyimulasikan pesawat antariksa yang sengaja ditabrakkan pada asteroid sasaran agar arahnya berbelok sehingga tidak menghantam bumi.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Masih ingat dua film aksi laga fiksi ilmiah produksi Hollywood yang berjudul Deep Impact dan Armageddon? Kedua film yang diproduksi pada 1998 itu sama-sama berkisah tentang upaya manusia menghancurkan asteroid berukuran besar yang mengarah ke Bumi dan berpotensi menghancurkan Bumi.
Karena itu film, ceritanya selalu berakhir bahagia. Asteroidnya berhasil dihancurkan dengan ledakan bom nuklir dan Bumi beserta segala isinya selamat. Itu plot di film. Kini plot ini mulai disimulasikan untuk mengantisipasi kejadian nyata di masa depan. Skenario serupa disiapkan jika suatu saat nanti betul-betul ada ancaman asteroid menghantam Bumi.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Selasa (23/11/2021), melakukan proyek khusus senilai 330 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,71 triliun. Bentuknya berupa peluncuran wahana Double Asteroid Redirection Test atau DART yang tugas utamanya menghancurkan asteroid. DART diluncurkan dengan menumpang roket SpaceX.
Tujuan utama misi ini adalah untuk menggeser sedikit lintasan Dimorphos atau ”bulan kecil” sejauh 160 meter yang mengelilingi asteroid yang jauh lebih besar, yakni Didymos. Keduanya bersama-sama mengitari Matahari.
Para ahli memperkirakan kemungkinan benturan akan terjadi pada awal 2022 ketika sistem asteroid biner berjarak 11 juta kilometer dari Bumi, titik terdekat yang pernah dicapai. ”Kami sedang mempelajari cara membelokkan asteroid supaya arahnya tidak ke Bumi,” kata salah satu ilmuwan NASA, Thomas Zuburchen.
Sasaran asteroid yang hendak dibelokkan itu, untuk sementara ini, tidak mengancam Bumi. Tetapi, asteroid itu termasuk bagian dari kumpulan asteroid yang berada di dekat Bumi. Hanya asteroid yang berdiameter lebih dari 140 meter yang dikhawatirkan. Sebab, asteroid atau benda luar angkasa lain dengan diameter lebih dari 140 meter yang memiliki kekuatan sebesar bom nuklir yang bisa menghancurkan kota atau wilayah saat menghantam Bumi.
Sampai sejauh ini teridentifikasi 10.000 asteroid berdiameter 140 meter atau lebih yang berada di dekat Bumi. Namun, tidak ada yang diperkirakan menghantam Bumi dalam waktu 100 tahun. Ilmuwan memperkirakan masih ada setidaknya 15.000 obyek yang belum ditemukan.
Sebenarnya para ilmuwan bisa saja membuat contoh tabrakan asteroid ke Bumi di dalam laboratorium. Tetapi, simulasi seperti itu tidak akan sememuaskan jika dibandingkan dengan uji coba yang sesungguhnya.
Ilmuwan menilai sistem Didymos-Dimorphos merupakan laboratorium alam yang ideal karena teleskop-teleskop di Bumi bisa dengan mudah mengukur variasi tingkat kecerahan dari kedua asteroid dan memperkirakan waktu yang dibutuhkan pecahan-pecahan asteroid untuk mengorbit asteroid yang besar.
Mengingat periode orbit saat ini sudah diketahui, waktu benturan bisa diperhitungkan, yakni antara 26 September dan 1 Oktober 2022. Orbit asteroid tak pernah bersilangan dengan Bumi sehingga bisa lebih mudah dipelajari.
Wahana DART yang berbentuk kotak seukuran kulkas dengan panel surya seukuran mobil limosin akan menghantam Dimorphos dengan kecepatan 24.140 kilometer per jam.
Andy Rivkin, pemimpin tim penyelidikan DART, mengatakan, periode orbit saat ini adalah 11 jam dan 55 menit. Tim ilmuwan memperkirakan bisa mengurangi waktu sampai 10 menit.
Akan tetapi, masih belum jelas seberapa besar energi yang bisa ditransfer dari tabrakan itu karena komposisi internal dan porositas pecahan asteroid belum diketahui. Semakin banyak pecahan yang dihasilkan, semakin besar dorongan yang akan diberikan pada Dimorphos.
Wahana DART juga berisi alat-alat navigasi dan pemotretan canggih, termasuk alat untuk memantau tabrakan dan dampak setelah tabrakan. Alat milik Badan Antariksa Italia yang disebut Light Italian CubeSat for Imaging of Asteroids (LICIACube) itu akan memberikan gambaran utuh tentang apa yang terjadi. ”Citra yang dihasilkan nanti akan sangat bersejarah dan spektakuler,” kata ilmuwan program DART, Tom Statler.
Metode menabrak seperti ini bukan satu-satunya cara untuk menggeser arah asteroid. Namun, itu satu-satunya teknik yang bisa digunakan dengan teknologi yang ada saat ini.
Ada cara lain, seperti menerbangkan wahana ke dekat asteroid untuk memberikan gaya gravitasi kecil seperti yang ada di adegan-adegan film Deep Impact. Atau bisa juga dengan meledakkan asteroid dengan nuklir seperti di film Armageddon dan Deep Impact. Namun, cara ini akan menimbulkan lebih banyak lagi pecahan asteroid.
Kalangan ilmuwan memperkirakan, asteroid berdiameter 140 meter atau lebih akan bisa menghantam Bumi setiap 20.000 tahun sekali. Asteroid besar pernah menghantam Bumi 66 juta tahun lalu dan menimbulkan kepunahan beragam spesies, termasuk dinosaurus. Asteroid sebesar itu diperkirakan akan ada setiap 100-200 juta tahun sekali. (REUTERS/AFP)