Tekan Harga, Biden Lepas 50 Juta Barrel Cadangan Minyak AS
Pemerintah AS baru akan mulai mengalirkan cadangan minyak strategis ke pasaran pada pertengahan hingga akhir Desember. Namun, rencana pelepasan cadangan minyak strategis diharapkan menekan harga energi lebih dulu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Selasa (23/11/2021) memerintahkan pelepasan cadangan minyak strategis AS. Jumlahnya cukup lumayan, yaitu sebanyak 50 juta barrel. Targetnya adalah mendorong penurunan harga minyak dan harga produk-produk sumber energi lainnya di pasar global. Langkah itu diambil sembari memutar roda diplomasi, khususnya untuk menggalang seruan serupa dengan negara-negara konsumen energi utama lainnya, termasuk India, Inggris, dan China.
Secara khusus, langkah Biden itu diarahkan untuk membantu warga Amerika mengatasi tingginya harga bahan bakar dan sumber energi lainnya menjelang perayaan Thanksgiving, liburan musim dingin. Asosiasi Otomotif Amerika mencatat harga bensin per galon atau per 3,8 liter adalah 3,40 dollar AS (sekitar Rp 48.620), atau 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan harga tahun lalu.
”Meskipun tindakan gabungan kami tidak akan menyelesaikan masalah harga energi yang tinggi dalam semalam, setidaknya langkah itu akan ada efeknya,” kata Biden dalam sebuah pernyataan di Gedung Putih. ”Ini akan memakan waktu, tetapi tak lama kemudian Anda akan melihat harga energi turun di saat Anda mengisi tangki Anda.”
Pemerintah AS akan mulai mengalirkan cadangan minyak strategis yang dilepaskan ke pasaran pada pertengahan hingga akhir Desember. Harga bensin biasanya lambar merespons perubahan harga minyak di pasaran global. Namun, menurut sejumlah pejabat, proses itu biasa terjadi dan harus dikombinasikan dengan sejumlah langkah lain untuk menekan harga energi.
Reaksi
Harga minyak di pasar global telah turun beberapa hari menjelang pengumuman Biden itu. Kondisi tersebut menjadi sinyal bahwa kalangan investor telah mengantisipasi langkah Washington itu. Mereka awalnya memperkirakan setidaknya 70-80 juta barrel cadangan minyak strategis AS akan dilepaskan ke pasar global. Ketika Biden akhirnya mengumumkan pelepasan minyak sebesar 50 juta barrel, investor bereaksi dan harga minyak justru naik hingga 2 persen.
Salah satu petinggi untuk pasar minyak di Rystad Energy, Claudio Galimberti, menilai, sejumlah investor relatif kecewa dengan detail rencana pelepasan cadangan minyak Biden. Kondisi itulah yang, menurut dia, tidak serta-merta membuat harga minyak turun.
”Masalahnya adalah semua orang tahu bahwa tindakan ini bersifat sementara,” kata Galimberti. ”Jadi, begitu dihentikan, lalu jika permintaan terus di atas pasokan seperti sekarang, Anda kembali ke titik awal.”
Langkah Biden nyatanya langsung direspon negara-negara konsumen terbesar minyak di dunia.
Langkah Biden nyatanya langsung direspons negara-negara konsumen terbesar minyak di dunia. Setelah diwartakan bahwa Pemerintah Jepang tengah mengkaji sejumlah aturan untuk pelepasan cadangan minyak strategisnya, Pemerintah India menyatakan bakal melepaskan 5 juta barrel dari cadangan strategisnya, tidak lama setelah Biden mengumumkan rencana AS.
Pemerintah Inggris menegaskan akan melepaskan hingga 1,5 juta barrel dari persediaannya. Rencana partisipasi juga dikeluarkan oleh Korea Selatan. Para pejabat AS mengklaim Washington telah menggalang pelepasan cadangan minyak strategis secara terkoordinasi terbesar dalam tataran global.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Max Blain, mengatakan, koordinasi pelepasan cadangan minyak strategis itu adalah ”langkah yang masuk akal dan terukur untuk mendukung pasar global” selama pemulihan pandemi Covid-19. Blain menambahkan, perusahaan negara di Inggris akan diberi wewenang, tetapi tidak dipaksa untuk berpartisipasi dalam pelepasan tersebut.
Terlepas dari semua pernyataan optimistis, tindakan AS dan lainnya berisiko dilawan oleh negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi, serta produsen besar dunia, Rusia. Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya telah menjelaskan bahwa mereka bermaksud mengendalikan pasokan untuk menjaga harga tetap tinggi untuk saat ini. Muncul peringatan bakal ada respons dari kedua negara itu demi menjaga kepentingan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara produsen minyak global.
Di dalam negeri AS muncul juga kritik atas langkah Biden. Kritik itu terutama disampaikan oleh kubu Partai Republik. Senator Wyoming John Barrasso termasuk di antara kalangan Partai Republik yang mengkritik pengumuman Biden. Senator Republik nomor tiga itu mengatakan, masalah mendasar terkait dengan energi adalah pembatasan produksi dalam negeri oleh pemerintah.
”Memohon OPEC dan Rusia untuk meningkatkan produksi dan sekarang menggunakan cadangan minyak strategis adalah upaya putus asa untuk mengatasi bencana yang disebabkan oleh Biden,” kata Barrasso. ”Mereka bukan pengganti produksi energi Amerika.”
Cadangan minyak strategis adalah cadangan darurat untuk menjaga akses ke minyak jika terjadi bencana alam, masalah keamanan nasional, dan peristiwa lainnya. Dikelola oleh Departemen Energi AS, cadangan minyak strategis negara itu disimpan dan dikelola di sepanjang Pantai Teluk Texas dan Louisiana. Cadangan minyak strategis AS mencapai 605 juta barrel.
Pemerintahan Biden berpendapat bahwa pelepasan cadangan minyak strategis adalah alat yang tepat untuk membantu meringankan masalah pasokan. Menurut Badan Informasi Enerti, warga Amerika menggunakan rata-rata 20,7 juta barrel minyak per hari selama September. Itu berarti pelepasan cadangan minyak strategis AS sama dengan sekitar dua setengah hari tambahan pasokan di AS. ”Saat ini, saya akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi harga yang Anda bayar di stasiun pengisian bensin,” kata Biden di Gedung Putih. (AP)