Perancis Janjikan Investasi 500 Juta Euro untuk Transisi Energi
Menlu Retno Marsudi dan Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian menandatangani rencana aksi untuk memperkuat kemitraan Indonesia-Perancis. Indonesia menekankan pentingnya perdagangan adil, terbuka, dan tidak diskriminatif.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perancis menjanjikan investasi 500 juta euro (sekitar Rp 8 triliun) untuk proyek transisi energi di Indonesia. Paris-Jakarta juga sepakat untuk mengintensifkan perundingan dagang Indonesia-Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian mengungkapkan janji itu setelah bertemu Menlu RI Retno Marsudi, Rabu (24/11/2021), di Jakarta. Selain Retno, Le Drian juga menemui Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam pertemuan dengan Retno, Le Drian menandatangani rencana aksi (PoA) untuk memperkuat kemitraan Indonesia-Perancis. Rencana aksi itu fokus pada bidang kesehatan, pertahanan, ekonomi, dan maritim. ”Pada 2022 akan ada dialog maritim. Ini langkah awal penerapan PoA,” kata Retno.
Perancis juga akan menanamkan dana 500 juta euro untuk program transisi energi di Indonesia. Investasi itu bentuk dukungan Paris terhadap upaya Jakarta beralih ke energi terbarukan. Investasi itu juga wujud nyata kolaborasi untuk mempercepat transisi energi. ”Isu ini salah satu fokus Indonesia selama keketuaan G-20,” ujar Retno.
Selain transisi energi, fokus Indonesia selama menjadi Ketua G-20 mulai 1 Desember 2021 adalah transisi digital dan penguatan arsitektur kesehatan global. Isu-isu itu menjadi perhatian karena Indonesia menilai sebagai keniscayaan dan tidak bisa dihindari.
Penguatan arsitektur kesehatan global semakin penting setelah pandemi. Banyak negara tidak siap menghadapi pandemi. Karena itu, perlu kerja sama untuk memperkuat kesiapan itu. Dalam konteks Indonesia-Perancis, Indonesia telah menerima hibah 3,8 juta dosis vaksin dari Perancis. Kepada Retno, Le Drian menjanjikan tambahan sejuta dosis lagi.
Perdagangan
Isu lain yang dibahas kedua menlu adalah perdagangan. Kepada Le Drian, Retno menekankan pentingnya perdagangan adil, terbuka, dan tidak diskriminatif. Perdagangan yang menerapkan tiga hal itu penting untuk mencapai Tujuan Pembangunanan Berkelanjutan (SDGs). Komunitas internasional hanya punya 9 tahun lagi untuk mencapai target-target itu. Ada 17 target, antara lain pengurangan kemiskinan, penyediaan pendidikan untuk semua, pemberdayaan perempuan, dan pemberantasan aneka penyakit.
Semua itu membutuhkan modal dan akses pada modal. Perdagangan internasional yang adil, terbuka, dan tidak diskriminatif adalah salah satu bentuk umum akses terhadap modal. Perdagangan yang adil, terbuka, dan tidak diskriminatif juga penting untuk pemulihan dari dampak pandemi Covid-19. ”Saya menekankan agar berbagai kebijakan ekonomi hijau ditempatkan dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Hanya dengan demikian keberlanjutan yang sesungguhnya dapat tercapai. Selain itu, kita juga harus mencegah penyalahgunaan isu lingkungan sebagai hambatan bagi perdagangan,” tutur Retno.
Ia dan Le Drian juga sepakat bahwa Indonesia-Perancis akan mengintensifkan komunikasi dalam status masing-masing pada 2022. Pada semester I-2022, Perancis akan menjadi ketua bergilir Dewan Eropa, lembaga yang terdiri dari para kepala pemerintahan atau kepala negara anggota UE. Sementara sepanjang 2022, Indonesia akan menjadi Ketua G-20.
Salah satu yang dikomunikasikan adalah percepatan penuntasan perundingan perjanjian dagang Indonesia-UE. Setelah 11 putaran perundingan sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, belum ada tanda-tanda perundingan akan selesai. Sudah beberapa pejabat UE bertandang ke Indonesia untuk membahas masalah itu.
Hal lain yang dibahas Retno bersama Le Drian adalah isu Indo-Pasifik. Le Drian mengatakan, Paris sangat mendukung dan berkepentingan pada Indo-Pasifik yang terbuka, bebas, dan menghormati hukum internasional. Sebagai negara pemilik wilayah di Indo-Pasifik, Perancis ingin prinsip-prinsip itu dihormati dan dijalankan. Selama bertahun-tahun, Perancis telah berkontribusi untuk kedamaian dan kestabilan di kawasan ini dengan secara konsisten menempatkan pasukannya. Paris juga mengucurkan banyak dana untuk hibah ataupun investasi di kawasan.