Singapura Batasi Mobilitas Warga yang Belum Vaksinasi
Seperti di negara lain, sebagian warga Singapura masih menolak divaksinasi Covid-19. Tanpa pengendalian laju infeksi, Singapura tidak akan bisa memulihkan perekonomiannya.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
SINGAPURA, SABTU — Kementerian Kesehatan Singapura mendesak warga menolak tamu yang belum divaksinasi. Sebaliknya, Singapura juga terus memberi kelonggaran kepada orang yang sudah divaksinasi lengkap.
Dalam pengumuman, Sabtu (20/11/2021), satuan tugas Covid-19 mengungkap bahwa orang yang sudah divaksinasi lengkap bisa berkumpul hingga lima orang di tempat makan. Sementara mereka yang belum divaksinasi lengkap atau sama sekali belum divaksinasi hanya boleh membungkus makanan yang dibeli. ”Kita dalam posisi bisa melonggarkan,” kata Ketua Satuan Tugas Covid-19 Singapura Gan Kim Yong.
Makan di tempat diizinkan bagi anak berusia 12 tahun. Syaratnya, anak itu tinggal serumah dengan semua orang di meja tempat makan di tempat.
Tempat makan yang bisa menerima lima orang dalam satu meja pun diwajibkan memastikan pelanggannya sudah divaksinasi. Jika tidak, tempat makan hanya boleh menerima tamu paling banyak dua orang per meja.
Sementara Kementerian Kesehatan Singapura mendesak, siapa pun yang belum divaksinasi lengkap atau sama sekali belum divaksinasi untuk sangat membatasi kegiatan di luar rumah. Bahkan, warga didesak hanya menerima tamu yang sudah divaksinasi. ”Warga yang menerima tamu belum divaksin atau ada yang anggota keluarganya rawan, sangat dianjurkan tes sebelum kunjungan,” demikian Kemenkes Singapura.
Hal itu demi mencegah penularan, khususnya kepada warga manula di rumah. ”Dengan membatasi hanya kepada yang sudah divaksinasi lengkap, kita dapat menekan peluang penularan,” demikian pernyataan kementerian.
Kemenkes Singapura menyebut, mayoritas pasien Covid-19 yang butuh perawatan intensif adalah orang-orang yang belum divaksinasi lengkap. Mereka diajak ikut mencegah penularan kepada orang-orang yang tidak bisa divaksinasi karena alasan kesehatan.
Singapura terus berusaha mengendalikan laju infeksi dengan berbagai cara. Seperti di negara lain, sebagian warga Singapura masih menolak divaksinasi.
Tanpa pengendalian laju infeksi, Singapura tidak akan bisa memulihkan perekonomiannya. Bergantung pada industri jasa dan manufaktur elektronika, Singapura sangat bersandar pada pergerakan orang lintas negara. Sejak pandemi melanda, Singapura terpaksa menutup perbatasannya.
Kini, Singapura berusaha membuka kembali perbatasannya. Fokus Singapura antara lain membuka perbatasan darat dengan Johor. Hal itu memungkinkan warga Malaysia yang bekerja di Singapura dan sebaliknya bisa kembali bekerja di tempat masing-masing.
Vietnam
Pembukaan perbatasan juga dilakukan oleh Vietnam, negara yang dikenal paling ketat soal Covid-19. Setelah dua tahun menutup diri, Vietnam memutuskan menerima 200 pelancong Korea Selatan pada hari Sabtu.
Para pelawat itu berpesiar ke Phu Quoc, pulau di pesisir Teluk Thailand. Semua pelancong itu sudah mengikuti koridor perjalanan aman dan dipastikan telah mendapat vaksinasi lengkap.
Menjelang kedatangan rombongan itu, para pekerja di Phu Quoc membersihkan pantai, mengatur kursi santai, dan membentangkan alas duduk. ”Saya sangat bersemangat menyambut tamu lagi,” kata pengelola salah satu hotel di sana, Ngo Thi Bich Thuong.
Sampai 2019, hampir 5 juta orang bertandang ke pulau itu. Hampir separuhnya adalah pelancong dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia. Vingrup, salah satu kelompok konglomerat Vietnam, mempromisikan pulau itu sehingga dikenal dan diminati banyak pelancong.
Untuk melayani animo pelawat, dibangun total 40.000 kamar di pulau itu. Sebagian sudah selesai, sebagian lagi masih dalam tahap pembangunan. ”Ada lebih banyak kamar hotel di sini dibandingkan di Sydney,” kata penasihat Badan Promosi Wisata Vietnam, Ken Atkinson. (AFP/REUTERS)