Akhir pekan lalu, nama-nama besar dalam sejarah komunisme, seperti Marx, Lenin, dan Ho Chi Minh, berkumpul di Negara Bagian Kerala, India selatan. Mereka ngumpul untuk menyaksikan rekan mereka, Engels, menikah.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
Thiruvananthapuram
Akhir pekan lalu, nama-nama besar dalam sejarah komunisme, seperti Marx, Lenin, dan Ho Chi Minh, berkumpul di Negara Bagian Kerala, India selatan. Mereka ngumpul untuk menyaksikan rekan mereka, Engels, menikah.
Mereka bukanlah orang asing dari negara asal tokoh-tokoh itu (Jerman, Rusia, dan Vietnam). Mereka orang pribumi setempat, yang menjadi anggota partai komunis di wilayah mereka.
Dalam enam dekade terakhir, partai komunis memerintah di Negara Bagian Kerala. Itu sebabnya, nama-nama tokoh komunis dunia kerap dipakai sebagai nama warga setempat. Selain nama-nama di atas, yang diambil dari nama tokoh Karl Marx, Vladimir Lenin, dan Ho Chi Minh, nama-nama yang juga populer di wilayah itu adalah (Leon) Trotsky dan (Joseph) Stalin.
Koran Mathrubhumi memberitakan, Engels dan Lenin di upacara pernikahan itu adalah dua bersaudara. Marx dan Ho Chi Minh adalah anak aktivis partai setempat. Mereka semua adalah aktivis partai itu. Untuk bisa menghadiri kondangan perkawinan itu, Marx terbang pulang kampung dari tempatnya bekerja di kota kapitalis di Dubai, Uni Emirat Arab.
Saat Perang Dingin, India lebih condong ke Uni Soviet. Nama-nama berbau Uni Soviet pun merebak dan populer di sebagai wilayah negara itu, seperti di Negara Bagian Kerala dan Tamil Nadu. Pravda, nama koran pemerintah pada era Uni Soviet, termasuk nama yang juga populer di sana.
Menteri Besar Negara Bagian Tamil Nadu bernama MK Stalin, nama yang dipilih bapaknya beberapa hari setelah Stalin, diktator Soviet, meninggal.
Pada bulan Juni lalu, seorang warga di Tamil Nadu menikah. Ia bernama Socialisme. Pernikahan itu dihadiri oleh Marxisme, Komunisme, dan Leninisme. Mereka adalah anak-anak A Mohan, sekretaris distrik partai komunis di Tamil Nadu.
”Anak pertama saya lahir saat tumbangnya Uni Soviet. Saat itu, di mana-mana saya membaca berita bahwa itulah saat akhir dari komunisme,” tutur Mohan kepada kantor berita AFP, Juni lalu.
”Tapi, tidak ada akhir bagi komunisme sepanjang manusia masih hidup. Itu sebabnya, aku beri nama anak laki-laki pertamaku dengan nama Komunisme,” kata Mohan.
Ia lalu memberi nama dua laki-laki berikutnya dengan nama Leninisme dan Sosialisme. Leninisme kini sudah mempunyai bayi laki-laki berusia lima bulan, yang diberi nama Marxisme.
Mohan bercerita, beberapa rekan separtainya biasa memberikan nama anak-anak mereka dengan negara-negara yang beraliran komunis, misalnya Moskwa, Rusia, Vietnam, dan Ceko.
Mohan tahu, kadang-kadang anaknya, terutama yang bernama Komunisme, jadi bahan ledekan di sekolahnya. Sebuah rumah sakit dulu juga pernah menolak melayani Komunisme saat ia berusia tiga tahun. ”Mereka ketakutan dengan nama Komunisme. Awalnya saya kerap mendapatkan kesulitan (gara-gara nama tersebut). Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, semua lancar-lancar saja,” tuturnya. (AFP)