Polusi Udara Semakin Parah, India Hentikan Sementara Lima PLTU
Otoritas di New Delhi, India, dan sekitarnya mengambil langkah darurat di tengah krisis polusi udara yang kian parah, dari pembatasan aktivitas di luar ruangan hingga penutupan PLTU.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar dan Mh Samsul Hadi
·4 menit baca
NEW DELHI, RABU — Polusi udara di New Delhi, ibu kota India, saat ini berada dalam tahap sangat berbahaya. Semakin banyak anak-anak di wilayah itu dilarikan ke sejumlah rumah sakit karena gangguan pernapasan. Pemerintah setempat, Rabu (17/11/2021), mengambil langkah-langkah darurat untuk mengendalikan situasi.
Mengacu pada keputusan Mahkamah Agung, tim panel Kementerian Lingkungan Hidup Pemerintah Federal India memerintahkan penutupan sementara lima pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara di sekeliling New Delhi. Sekolah-sekolah ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan, para karyawan diperintahkan bekerja di rumah, dan truk-truk dari luar dilarang masuk New Delhi.
Pencemaran udara di ibu kota India dan wilayah utara India itu sudah sedemikian parah dan berbahaya. Kadar partikulat berbahaya mencapai 300 mikrogram atau tujuh kali lipat di atas batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut IQAir, lembaga di Swiss, New Delhi—ibu kota berpenduduk 20 juta jiwa—pada 2020 untuk ketiga kali secara berturut-turut dalam tiga tahun terakhir menjadi ibu kota paling parah polusinya di dunia.
”Keputusan ini hasil rapat dengan Komisi Pengelolaan Mutu Udara (CAQM). Untuk perusahaan swasta juga kami anjurkan agar menyuruh pegawainya bekerja dari rumah,” kata Menteri Lingkungan Hidup Negara Bagian Delhi Gopal Rai, seperti yang dikutip media Zee News, Rabu (17/11/2021).
Terkait penghentian operasional lima pembangkit listrik bertenaga batubara di sekeliling New Delhi, Bloomberg mencatat, hal itu setara dengan menghentikan 13.210 megawatt listrik. Namun, para pakar lingkungan menganggap langkah ini lebih pada tindakan reaktif untuk mengurangi polusi saat ini, bukan demi memastikan pencemaran berhenti.
Hari Senin lalu, pemerintah daerah atas arahan CAQM telah menghentikan semua sekolah, universitas, tempat pelatihan, dan perpustakaan karena kondisi udara sudah sangat parah. New Delhi diliputi kabut asap tebal yang berisiko mengakibatkan infeksi saluran pernapasan akut. Semua kegiatan pendidikan wajib dilakukan secara daring. CAQM juga mengeluarkan anjuran serupa untuk Negara Bagian Haryana, Uttar Pradesh, Punjab, dan Rajashtan yang mengelilingi New Delhi.
”Kami juga menyediakan 372 truk tangki yang berkeliling New Delhi untuk menyemprot air. Ada pula 13 posko tangki yang dikelola oleh pemadam kebakaran,” ujar Rai.
Rai melanjutkan, pemerintah daerah New Delhi melarang kegiatan konstruksi, baik membangun infrastruktur dan bangunan ataupun menghancurkannya. Truk-truk dilarang masuk kota tersebut, kecuali yang mengangkut barang-barang esensial. Demikian pula dengan kendaraan pribadi. Semua diminta berhenti beroperasi hingga 21 November.
Warga yang harus bepergian diminta menggunakan angkutan umum, seperti bus dan kereta. Kedua jenis moda transportasi ini diizinkan mengangkut penumpang 100 persen dari kuota tempat duduk. Tidak boleh ada penumpang yang berdiri karena masih harus mengikuti protokol kesehatan pandemi Covid-19. Pemerintah daerah juga menambah 1.000 bus dengan cara menyewa dari perusahaan otobus swasta.
Lonjakan pasien anak
Di tengah polusi udara yang semakin parah itu, sejumlah rumah sakit di New Delhi mengalami lonjakan pasien anak-anak yang terkena gangguan pernapasan. Para orangtua dan dokter mengkhawatirkan kesehatan mereka dalam jangka pendek dan panjang.
Kepala Pediatri Rumah Sakit Khusus Max Super Arvind Bountra mengungkapkan bahwa jumlah pasien anak-anak di sejumlah rumah sakit itu melonjak hingga tiga kali lipat dalam 7 hari hingga 10 hari terakhir. ”Ini terkait langsung dengan akibat tingginya level polusi yang terjadi di New Delhi dan NCR,” kata Bountra merujuk pada Kawasan Ibu Kota Nasional (NCR), yang juga meliputi kota-kota satelit New Delhi.
Bountra menambahkan, jika paparan polusi berlanjut, bakal muncul komplikasi penyakit yang makin parah. ”Ada beberapa kajian yang menunjukkan bahwa fungsi-fungsi kognitif pada otak (anak-anak) juga terdampak oleh partikel-partikel (polutan) yang sangat kecil,” ujarnya.
Energi fosil
Kondisi udara di India terdampak pencemaran yang parah. Penyebabnya ialah masih bergantungnya listrik dengan bahan bakar fosil. Dilansir dari CNBC, sebesar 70 persen listrik India berasal dari energi fosil. Batubara menghasilkan 200 gigawatt listrik di negeri ini. Adapun listrik dari energi terbarukan masih pada taraf 100 gigawatt.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-26 tentang Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia, pekan lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi menjanjikan negaranya akan mencapai dekarbonisasi per tahun 2070. Pemerintah India mencatat, per tahun 2030, pemakaian batubara mencapai 1,5 miliar ton. Ini masih dianggap perlu demi menggenjot perekonomian. Modi juga berjanji pada 2030, listrik bersih akan mencapai 500 gigawatt.
Pencemaran udara di New Delhi selalu jadi lebih parah di musim dingin. Ini adalah waktu ketika para petani tradisional memerun atau membakar lahan setelah selesai panen dan menyiapkan tanah untuk musim tanah berikutnya. Asap dari memerun ini berembus ke New Delhi karena ditiup angin musiman.
Oleh sebab itu, pegiat lingkungan, Aditya Dubey, dan seorang mahasiswa jurusan hukum, Aman Banka, mengajukan gugatan kepada pengadilan tinggi India agar pemerintah bisa memberi petani-petani kecil mesin pembersih lahan secara gratis. Ini akan menghentikan praktik memerun secara drastis. (AP/REUTERS)