Dari empat anggota baru di Dewan Kedaulatan Sudan kali ini, tiga di antaranya adalah tokoh sipil yang dikenal loyalis Israel. Media AS mengungkapkan, delegasi militer Sudan pernah melakukan kunjungan rahasia ke Israel.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Impian Israel untuk menancapkan pengaruh di Sudan dan Afrika semakin mendekati kenyataan. Loyalis Israel atau tokoh-tokoh pendukung kuat Kesepakatan Abraham yang dicapai antara Israel dan Sudan pada Oktober 2020 kian mendapat tempat dalam kekuasaan di Sudan pascakudeta militer 25 Oktober lalu.
Panglima Angkatan Bersenjata Sudan Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan mengumumkan Dewan Kedaulatan baru pada Kamis (11/11/2021). Dari empat anggota baru di Dewan Kedaulatan kali ini, tiga di antaranya adalah tokoh sipil yang dikenal loyalis Israel di negara itu. Mereka adalah Abu Al-Qasim Mohammad Ahmad, Youssef Gad Karim, dan Abdul Baqi Al-Zubeir.
Qasim merupakan anggota parlemen dari kubu independen yang mewakili wilayah Sudan utara. Karim adalah tokoh dari Kordovan utara. Adapun Zubeir adalah seorang dokter gigi dan dosen pada Universitas Khartum.
Anggota Dewan Kedaulatan baru yang berkuasa di Sudan saat ini menggantikan Dewan Kedaulatan lama yang dibubarkan Burhan saat terjadi kudeta militer. Dewan Kedaulatan lama berada di bawah payung pemerintah transisi Sudan yang ditandatangani pembentukannya pada Agustus 2019.
Dewan Kedaulatan baru terdiri dari 14 anggota yang dipimpin langsung oleh Burhan. Sebanyak 9 dari 14 anggota Dewan Kedaulatan baru berasal dari bekas anggota Dewan Kedaulatan lama. Sisanya lima anggota merupakan anggota baru. Satu anggota baru Dewan Kedaulatan dari Sudan timur belum diumumkan karena masih ada perbedaan pendapat terkait tokoh yang akan mewakili wilayah tersebut.
Kehadiran tiga anggota baru Dewan Kedaulatan yang dikenal loyalis Israel itu akan memperkuat posisi Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo atau yang dikenal dengan julukan Hamidati. Hamidati dikenal sebagai arsitek tercapainya Kesepakatan Abraham antara Israel dan Sudan pada Oktober 2020.
Sebelum tercapainya Kesepakatan Abraham, Burhan yang menjabat sebagai panglima militer saat itu telah bertemu mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Uganda pada Februari 2020.
Reaksi
Pengumuman pembentukan Dewan Kedaulatan baru yang merekrut sejumlah tokoh pro-Israel mengundang reaksi regional. Mantan PM Qatar Sheikh Hamd Bin Jasim al-Thani, seperti dikutip situs Al Jazeera, menuduh Israel ikut andil terjadinya kudeta militer di Sudan.
”Apa yang terjadi di Sudan saat ini adalah hasil perencanaan Israel dan negara Arab yang tergabung dalam forum Kesepakatan Abraham,” ujar Sheikh Hamd.
Menurut dia, susunan anggota Dewan Kedaulatan baru Sudan menunjukkan ada campur tangan Israel yang cukup kuat dalam aksi kudeta militer di Sudan.
Sebelumnya media AS, Axios, pada awal November lalu mengungkapkan, delegasi militer Sudan melakukan kunjungan rahasia ke Israel untuk menemui Direktur Mossad David Barnea dan sejumlah pejabat di kantor PM Israel. Kunjungan terjadi dua pekan sebelum kudeta militer.
Situs media Israel, Walla, juga mengungkapkan, delegasi Israel yang berintikan pejabat Mossad dan militer Israel pada Senin (1/11/2021) mengunjungi Khartum untuk mengetahui secara langsung perkembangan situasi di Sudan. Delegasi Israel itu dilaporkan menemui Burhan dan Hamidati.