Bersedekah dengan Uang Kripto, Mungkinkah?
Sebuah platform mata uang digital, Engiven, Oktober lalu, menginformasikan bahwa sebuah organisasi agama yang dirahasiakan namanya juga mendapatkan donasi bitcoin sebesar 10 juta dollar AS.

Seorang pekerja di Hope House, sebuah organisasi yang mensponsori penggunaan mata uang kripto, berbelanja di sebuah toko kecil yang menerima bitcoin di Tamanique, El Salvador, Rabu (9/6/2021).
Cara orang beramal mengikuti zamannya. Dari donasi dalam bentuk fisik, berupa barang ataupun uangâkertas atau recehâmenjadi sumbangan via rekening dan sejenisnya. Kemudian, ketika teknologi digital berkembang pesat, seseorang bisa mendonasikan sebagian pendapatannya dengan hanya memindai QR code (quick response code) yang ditempelkan pada secarik kertas ataupun laman badan amal tertentu.
Saat gawai pintar Anda sudah terhubung dengan rekening bank, secara cepat QR code yang tertera akan menunjuk rekening badan amal itu sebagai saluran donasi. Pemilik gawai hanya memvalidasi data diri dan nominal yang akan diberikan. Setelah itu, dengan cepat, sejumlah dana akan berpindah dari rekening Anda ke rekening badan amal yang dituju.
Seiring pesatnya penggunaan uang kripto atau mata uang digital, seperti bitcoin, ethereum, dan sejenisnya, lembaga amal pun berpikir untuk beradaptasi dengan cara baru. Yakni, menerima donasi dengan uang kripto atau mata uang digital.
âBagi banyak lembaga, rasanya (berdonasi dengan uang kripto) ini sedikit menakutkan. Sebab, ini bukan kontribusi dengan dollar, seperti yang biasa mereka lakukan. Ini juga bukan sesuatu yang gratis dan mudah untuk diatur,â kata Rick Cohen, Kepala Komunikasi dan Operasi Dewan Nasional Nirlaba di AS.
Baca juga : Terobosan untuk Mendekatkan Uang Kripto
Bitcoin, mata uang digital kripto terbesar di dunia, pada pekan lalu mencapai valuasi tertinggi dalam sejarah senilai hampir 69.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 981 juta. Namun, valuasi bitcoin itu kemudian tenggelam di bawah angka 30.000 dollar AS sepanjang musim panas 2021. Nilai ethereum, mata uang kripto terbesar kedua, juga pernah mencapai rekor tertinggi.
Meski valuasi bitcoin dan ethereum telah mengalami penurunan dari rekor mereka, menurut CoinGecko, salah satu platform digital yang memantau pergerakan harga mata uang digital, kenaikan tren penggunaan mata uang digital itu telah mendorong kapitalisasi pasar secara keseluruhan melewati angka 3 triliun dollar AS. CoinMarketCap, platform pemantau lainnya, per Senin (15/11/2021) pagi, mencatat kapitalisasi kedua mata uang digital itu berada pada kisaran 2,8 triliun dollar AS.

Walau masih banyak badan amal yang meraba-raba cara mata uang digital bekerja, Fidelity Charitable, lembaga hibah besar di AS, telah menerima lebih dari 274 juta dollar AS dana sumbangan dalam bentuk mata uang digital. Angka ini lebih besar empat kali lipat dari dana yang mereka terima tahun 2017.
Baca juga : Kepercayaan terhadap Mata Uang Kripto Naik, Harga Ethereum Melonjak
Sebuah platform mata uang digital, Engiven, Oktober lalu, menginformasikan bahwa sebuah organisasi agama yang dirahasiakan namanya juga mendapatkan donasi bitcoin senilai 10 juta dollar AS. Ini tercatat sebagai aksi amal tunggal terbesar yang menggunakan bitcoin.
Permintaan donatur
Organisasi kemanusiaan internasional, Action Against Hunger (AAH), juga mulai beradaptasi dengan kehadiran mata uang digital ini. Sejak tahun lalu, AAH menerima sumbangan dalam bentuk mata uang digital ini setelah sejumlah calon donatur melakukan pendekatan pada lembaga ini agar menerima donasi dalam bentuk uang kripto.
Aaron Fisher, yang mengelola program kemitraan korporasi dengan lembaga tersebut, mengatakan bahwa sejak tahun lalu, lembaganya telah mengumpulkan lebih dari 1 juta dolar AS dari mata uang digital. Ia menyebutkan, substansi kerja kemanusiaan yang dilakukan lembaganya telah menarik calon pendonor dengan beragam latar belakang yang selama ini tidak pernah mereka jangkau dan sebaliknya. Fisher memperkirakan, donasi dalam bentuk mata uang digital akan terus meningkat.
Baca juga : Bitcoin dalam Tarikan Keamanan dan Fungsionalitasnya
Badan amal besar, seperti Palang Merah Amerika dan Save The Children, pun tidak mau ketinggalan melihat kecenderungan ini. Mereka tengah menyiapkan mekanisme untuk menerima mata uang digital atau menggunakan platform yang sudah ada untuk membantunya mengubah mata uang digital menjadi uang tunai.

Foto tanggal 12 Mei 2021 ini memperlihatkan reklame mata uang kripto bitcoin di sebuah trem di Hong Kong.
Namun, bagi organisasi amal yang lebih kecil, sebagian besar adalah lembaga nirlaba, mereka masih menimbang-nimbang, apakah akan menerima sumbangan dalam bentuk uang kripto atau tidak. Mereka juga mencari informasi tentang cara menerimanya secara aman. Pertanyaan lebih mendasar bagi organisasi-organisasi itu, yakni apakah tindakan menerima donasi berupa uang kripto itu sesuatu hal yang masuk akal.
Rentan
Survei yang dirilis Pusat Riset Pew pekan lalu menunjukkan bahwa 16 persen warga AS telah menginvestasikan, memperdagangkan, atau menggunakan mata uang digital melalui beberapa cara. Minat yang sangat besar dari generasi milenial, generasi yang lahir pada awal 1990-an hingga tahun 2000-an, membuat penggunaan mata uang digital Bitcoin melonjak pesat. Bitcoin diciptakan pada 2009.
Baca juga : Sebagian Institusi Keuangan Mulai Melirik âCryptocurrencyâ
Tetapi, tidak semua kalangan meyakini keamanan mata uang digital. Gary Gensler, Kepala Securities and Exchange Comission, semacam lembaga pengawas pasar modal, mengingatkan bahwa di pasar mata uang digital para investor tidak memiliki perlindungan yang cukup atas barang yang dimilikinya.
Pada September lalu, dia menyatakan, pasar mata uang digital penuh dengan penipuan dan penyalahgunaan. Grensler menganalogikan pasar mata uang digital dengan wild wild west, sebuah situasi di mana hukum rimba menjadi pegangan.

Papan selancar tergeletak di rumput di Hope House, sebuah organisasi yang mensponsori penggunaan mata uang kripto di El Zonte, El Salvador, Rabu (9/6/2021).
Regulator keuangan AS juga mencatat bahwa aset digital memiliki risiko lebih besar untuk disalahgunakan, mulai dari tindak pidana pencucian uang (money laundering), pendanaan kelompok teror, hingga kejahatan lainnya. Sejumlah negara telah melarang transaksi keuangan mengunakan mata uang digital.
Tanpa potong pajak
Meski demikian, ada hal lain yang membuat para pemilik mata uang digital memilih menyumbang dalam bentuk mata uang digital. Salah satunya, tidak akan ada pemotongan pajak. Selama ini aturan perpajakan membuat donasi dalam bentuk uang tunai dikenai pajak. Adanya pemotongan membuat nilai donasi berkurang.
Bonus lain dari berdonasi dengan uang kripto adalah pengurangan pajak penghasilan. Laporan Fidelity Charitable pada Oktober lalu menunjukkan, penghematan pajak adalah kekuatan pendorong di balik donasi mata uang digital.
Walau keinginan dari para pemegang mata uang digital untuk mendonasikan hartanya melalui lembaga amal sudah ada, sejumlah lembaga amal menahan diri untuk menerima donasi uang kripto. Ini tak lepas dari masih sangat rentannya nilai tukar mata uang digital.
Baca juga : Tesla Tangguhkan Penggunaan untuk Transaksi, Harga Bitcoin Anjlok
Kejadian yang menimpa Vitalik Buterin, salah satu dari dua pendiri ethereum, Mei lalu, menjadi catatan mereka. Saat itu, Buterin ingin berdonasi 1 miliar dollar AS dalam bentuk koin Shiba Inu untuk lembaga Dana Bantuan Pandemi Covid-19 di India. Di negara itu, koin Shiba Inu kerap disebut âmemeâ atau koin mainan. Namun, pengumuman rencana donasi itu malah menyebabkan nilai koin Shiba Inu merosot 50 persen.

WazirX mulai memperdagangkan koin Shiba Inu pada hari Kamis (13/5/2021).
Dua bulan kemudian, Sandeep Nailwal, pendiri lembaga amal Dana Bantuan Pandemi Covid-19, mengindikasikan bahwa pihaknya hanya menggunakan 20 juta dollar AS. Penyebabnya, kompleksitas dalam konversi uang kripto itu dan terkait aturan-aturan mengenai aset yang ditetapkan Pemerintah India.
Segera dikonversi atau tidak
Dengan kerentanan mata uang digital, terutama nilainya yang bisa berubah dengan cepat, lembaga-lembaga amal penerima donasi uang kripto segera mengubahnya menjadi uang tunai. Walau begitu, menurut pendiri platform donasi The Giving Block, Pat Duffy, beberapa organisasi nirlaba memilih menahan aset tersebut.
âAnda bisa berada pada situasi di mana seorang donor menggunakan mata uang digital. Jika kami tidak bisa segera menjualnya, kami bisa kehilangan 20 persen dari nilainya dalam satu hari,â kata Tony Oommen, Wakil Presiden Fidelity Charitable.
Situasi sebaliknya bisa terjadi. Nilai donasi uang kripto itu bisa melonjak dengan cepat. âTetapi, kami tidak mencoba berspekulasi tentang itu,â kata Oommen.

Warga berjalan melewati kios penukaran uang kripto di dekat Grand Bazaar, Istanbul, Turki, 20 Oktober 2021.
Fluktuasi harga bukan satu-satunya perhatian. Masalah dampak lingkungan yang ditimbulkan dalam bisnis uang kripto juga menjadi keprihatinan. Organisasi advokasi lingkungan, Greenpeace, berhenti mengambil bitcoin awal tahun ini terkait proses penambangannya.
Baca juga : Swedia Melarang Uang Kripto demi Menyelamatkan Lingkungan
James Lawrence, CEO Engiven, menilai bahwa keraguan lembaga-lembaga amal saat ini untuk menerima donasi uang kripto hanya bersifat sementara. Lima tahun ke depan, ia yakin, banyak lembaga amal sudah beradaptasi dan akan menerima mata uang digital.
Meski ada sisi yang masih abu-abu, menurut Pete Howson, dosen senior di Universitas Northumbria, Inggris, donasi dalam bentuk mata uang digital membantu transparansi laporan keuangannya. Dia mencontohkan kerja GiveTrack, sebuah situs urun dana (crowdfunding) mata uang digital. Situs itu memanfaatkan teknologi blockchain dan materi laporan dari lembaga amal untuk melaporkan penggunaan dana donasi secara berkala dan mengirimkannya kepada para donatur.
Connie Gallippi, pendiri dan Direktur Eksekutif Yayasan The BitGive, yang menjalankan GiveTrack, mengatakan bahwa sistem pembuatan laporan tersebut menyederhanakan transaksi yang tercatat di blockchain dan menunjukkan kepada para donor setiap pengeluaran yang dilakukan lembaga amal. GiveTrack adalah peranti lunak untuk meningkatkan transparansi pada lembaga-lembaga non-profit.
âIni bentuk transparansi, keterbukaan terbaik ketika Anda tidak memiliki kendali atas data yang disajikan,â ujarnya. (AP)