Swedia Melarang Uang Kripto demi Menyelamatkan Lingkungan
Untuk menambang satu bitcoin, menurut riset University of Cambridge, dibutuhkan energi yang bisa dipakai kendaraan listrik berjalan sejauh 1,8 juta kilometer. Padahal, kini rata-rata ada 900 bitcoin ditambang tiap hari.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AFP/JONATHAN NACKSTRAND
Deretan turbin terlihat di pinggiran Kiruna, Norrbotten County, Swedia, 25 Agustus 2021. Otoritas Swedia mengatakan, penambangan aset kripto Swedia mengonsumsi 1 terawatt jam (TWh) listrik per tahun atau setara dengan konsumsi listrik 200.000 rumah tangga.
Meski sudah belasan tahun hadir, uang kripto masih terus menjadi kontroversi. Selain keamanannya meragukan bagi pengguna, dampak buruk uang kripto pada lingkungan hidup juga menjadi sorotan.
Uang kripto memang menarik banyak pihak, antara lain, karena nilainya. Pada Minggu (14/11/2021) setiap satu bitcoin, uang kripto utama dengan taksiran total nilai pasar mencapai 1,2 triliun dollar AS, bernilai 64.384 dollar AS atau sekitar Rp 916 juta.
Namun, nilai tinggi itu justru menjadi salah satu kekhawatiran Direktur Jenderal Otoritas Pengawasan Jasa Keuangan (FSA) Swedia Erik Thedéen. Bersama Direktur Jenderal Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Swedia Björn Risinger, Thedéen merilis pernyataan pekan lalu.
Dikutip Euronews dan AFP, Jumat (12/11/2021) waktu setempat atau Sabtu (13/11/2021) dini hari WIB, mereka mendesak Uni Eropa melarang penambangan uang kripto yang rakus energi. Mereka juga meminta Stockholm menghentikan penambangan uang kripto, khususnya bitcoin dan etherium, di Swedia. Perusahaan yang menggunakan metode rakus energi dalam penambangan uang kripto harus dilarang beraktivitas di Swedia dan seluruh UE.
”Dampak sosial aset kripto masih dipertanyakan,” kata Thedéen dan Risinger dalam pernyataan tertulis itu.
FSA, bersama Dana Moneter Internasional (IMF) dan Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, menilai aset kripto penuh masalah. Risiko pada penggunanya amat besar. Nilai mata uang kripto sangat fluktuatif. Harga bitcoin pernah menyentuh 64.895 dollar AS per unit pada April 2021, lalu harganya anjlok di bawah 35.000 dollar AS per unit pada Mei, sebelum merangkak lagi.
Selain itu, FSA bersama otoritas moneter sejumlah negara menyoroti penggunaan uang kripto sebagai media transaksi para penjahat. ”Aset kripto juga berdampak amat negatif pada perubahan iklim. Penambangannya menghasilkan emisi gas rumah kaca dan mengancam transisi energi,” lanjut pernyataan Thedéen dan Risinger.
Boros konsumsi listrik
Mereka menyoroti fenomena para petambang aset kripto yang semakin banyak di negara-negara Skandinavia, seperti Swedia. Di sana, sebagian dari mereka menggunakan listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. ”Sekarang, penambangan aset kripto Swedia mengonsumsi 1 terawatt jam (TWh) per tahun. Setara dengan konsumsi 200.000 rumah tangga,” jelas Thedéen dan Risinger.
Riset University of Cambridge dan Digiconomist menaksir penambangan dua aset kripto terbesar, bitcoin dan etherium, di seluruh dunia mengonsumsi listrik lebih banyak dari kebutuhan Swedia. Untuk menambang satu bitcoin, menurut University of Cambridge, dibutuhkan energi yang bisa dipakai kendaraan listrik berjalan sejauh 1,8 juta kilometer. Kini, rata-rata ada 900 bitcoin ditambang setiap hari.
Sejumlah riset menunjukkan, butuh listrik 91 terawatt jam (TWh) per tahun untuk penambangan bitcoin di seluruh bumi. Butuh energi lebih banyak lagi untuk uang kripto lain, seperti ethereum, solana, XRP, litecoin, hingga dogecoin.
AP/SALVADOR MELENDEZ
Seorang pekerja di Hope House, sebuah organisasi yang mensponsori penggunaan mata uang kripto, melakukan pembelian di sebuah toko kecil yang menerima bitcoin di Tamanique, El Salvador, Rabu (9/6/2021).
Adapun Digiconomist menaksir, penambangan bitcoin dan ethereum menghasilkan 120 juta ton karbon dioksida per tahun. Emisi itu setara dengan yang dihasilkan pesawat rute Swedia-Thailand dalam 100 kali perjalanan pergi pulang.
Sampah elektronik
Pendiri Digiconomist, Alex de Vries, menyebut penambangan aset kripto juga menghasilkan hingga 30.700 ton sampah elektronik per tahun. Sampah itu butuh ribuan tahun untuk tercemar dan sebagian berstatus bahan beracun dan berbahaya.
Ia menaksir, daya komputer penambangan uang kripto bertambah dua kali lipat setiap 1,5 tahun. Mulai 2021, jumlah komputer bekas penambangan uang kripto lebih besar daripada jumlah sampah elektronik yang dihasilkan negara menengah.
”Para petambang bitcoin mengabaikan masalah ini karena mereka tidak punya solusi,” ujar De Vries, ekonom yang fokus meneliti isu keberlanjutan lingkungan dalam penambangan uang kripto.
AFP/MARVIN RECINOS
Seorang wanita memegang poster bertuliskan ”Tidak untuk Bitcoin” saat mengikuti demonstrasi menentang peredaran bitcoin di San Salvador, El Salvador, Selasa (7/9/2021).
Seperti banyak komputer bekas lain, mesin petambang uang kripto yang sudah ”dipensiunkan” dibuang begitu saja. Selama dioperasikan, komputer digenjot sampai pada kapasitas maksimalnya sehingga kelelahan saat tidak dipakai lagi.
Cara kerja sistem uang kripto menjadi penyebab hal itu. Setiap transaksi uang kripto harus diperiksa oleh jaringan komputer yang bisa tersebar di seluruh dunia. Pemeriksaan itu untuk memastikan kebenaran uang kripto yang dipakai dalam transaksi.
Ada ribuan komputer bersaing menjadi yang tercepat dalam memeriksa uang kripto dalam setiap transaksi. Komputer yang lebih dulu memvalidasi bisa menyimpan uang kripto yang diperiksa. Menjadi yang terdahulu juga berarti menempatkan komputer pemeriksa sebagai pihak tepercaya.
AP PHOTO/JULIE JACOBSON
Dalam foto pada 15 Oktober 2021 ini terlihat pembangkit listrik di Dresden, New York, Amerika Serikat, yang dioperasikan oleh perusahaan petambang uang kripto, Greenridge. Perusahaan itu butuh 44 megawatt untuk mengoperasikan hampir 16.000 komputer petambang mata uang kripto.
Ketika kode untuk uang kripto pertama kali mulai dipakai belasan tahun lalu, hanya butuh komputer sederhana di rumah untuk memeriksanya. Sebab, dulu tidak banyak pihak terlibat. Kini, ada banyak pihak terlibat sehingga setiap pihak butuh lebih banyak komputer yang bekerja lebih cepat. Konsekuensinya, butuh energi lebih banyak.
Masalahnya tidak berhenti di situ. Kemajuan teknologi membuat kecepatan kerja komputer bertambah. Para petambang tidak mau kalah cepat dari petambang lain. Oleh karena itu, para petambang rutin mengganti komputer-komputer mereka. (AFP/REUTERS)