APEC: Perdagangan Bebas dan Ekonomi Terbuka Kunci Pulih dari Pandemi
Menjelang KTT APEC, para menteri luar negeri dan perdagangan membahas rencana pembekuan subsidi bahan bakar fosil serta komitmen liberalisasi tarif vaksin dan pasokan medis. Tujuannya, memulihkan ekonomi pascapandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WELLINGTON, RABU — Para menteri perdagangan dan menteri luar negeri negara-negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC percaya perdagangan bebas dan perekomian terbuka akan mendorong pemulihan ekonomi di lingkar Pasifik dari tekanan akibat pandemi Covid-19. Sekitar 81 juta pekerjaan hilang karena pandemi dan berdampak signifikan pada rantai pasokan. Seluruh anggota APEC menolak proteksionisme selama pandemi.
Pernyataan itu disampaikan dalam pertemuan virtual APEC yang digelar pada Rabu (10/11/2021). Selandia Baru, ketua APEC, menjadi tuan rumah pertemuan tahun ini. Pertemuan virtual itu digelar menjelang pertemuan tingkat tinggi pada Sabtu (13/11/2021). Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan hadir.
Menteri Perdagangan Selandia Baru Damien O’Connor mengatakan, pertemuan itu, antara lain, membahas rencana pembekuan subsidi bahan bakar fosil secara sukarela serta komitmen liberalisasi tarif vaksin dan pasokan medis. O’Connor mengatakan, ada kesepakatan untuk memastikan tidak ada hambatan perdagangan yang mungkin muncul akibat pandemi.
”Perdagangan bebas, adil, dan terbuka akan membantu perekonomian bergerak maju dari pandemi ini. Kita membutuhkan keterbukaan untuk mendorong pertumbuhan global karena perdagangan menghadirkan solusi di tengah tantangan bersama,” kata O’Connor.
Produk domestik bruto seluruh anggota APEC yang beranggotakan 21 negara menyumbang sekitar 60 persen dari ekonomi global.
Produk domestik bruto seluruh anggota APEC yang beranggotakan 21 negara menyumbang sekitar 60 persen dari ekonomi global. Jumlah penduduk seluruh anggota APEC hampir 40 persen dari total populasi dunia. Maka, pandemi Covid-19 tetap menjadi masalah utama yang mewarnai pertemuan para pemimpin APEC pekan ini.
KTT APEC awalnya dijadwalkan di Auckland secara langsung. Namun, acara itu dibatalkan dan tetap digelar secara daring. Ini kedua kalinya pertemuan virtual selama pandemi. Tahun lalu, Malaysia menjadi tuan rumah KTT APEC virtual.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern sedikit kecewa atas kondisi itu. Ia mengatakan, terpaksa kondisi harus mengalahkan keinginan untuk menempatkan Selandia Baru di panggung dunia lewat KTT APEC secara langsung. Namun, dia mengatakan, platform digital lebih mudah diakses daripada acara tatap muka, serta membuat partisipasi juga lebih mudah bagi semua pihak.
Ketika para pemimpin APEC bertemu pada Sabtu, topik akan mencakup bagaimana membuka kembali perbatasan tanpa menyebarkan virus korona baru, memastikan pemulihan pandemi yang adil, dan bergerak menuju ekonomi bebas karbon. Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta mengatakan, anggota APEC setuju untuk mengirim pesan kuat tentang penghentian kenaikan subsidi bahan bakar fosil.
”Subsidi ini merugikan ekonomi kita miliaran dollar AS per tahun, tetapi dampak sebenarnya ada pada lingkungan kita,” katanya.
Masalah ini disorot pada KTT tentang Perubahan Iklim (COP 26) di Glasgow, Skotlandia. Pemimpin 91 perusahaan global menyerukan penghapusan subsidi tersebut. Perdebatan di sela-sela pertemuan virtual KTT APEC nanti diperkirakan juga didominasi dinamika posisi China dan Taiwan terkait Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), yakni pakta perdagangan bebas yang digagas 11 negara besar.
Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari China, akan menentang pengakuan apa pun atas Taiwan. Di sisi lain, Australia dilaporkan tidak mengizinkan China masuk ke dalam CPTPP di tengah sengketa perdagangan yang memburuk di antara keduanya. Washington diproyeksikan akan menggunakan KTT APEC untuk menegaskan kembali komitmennya atas perdagangan bebas di Indo-Pasifik, khususnya setelah AS memilih condong ke kebijakan proteksionis selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Washington menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah APEC pada 2023 setelah Thailand mengambil giliran tahun depan. Belum ada konfirmasi atas tawaran AS. (AFP/REUTERS)