Dunia mata uang kripto yang semula didominasi laki-laki kini perlahan mulai diisi perempuan dan anak perempuan. Mereka lebih banyak bermain di NFT atau sertifikat digital foto, video, dan media bentuk virtual lain.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Sebagai seniman dan aktivis hak-hak perempuan, Maliha Abidi (25) terbiasa memanfaatkan teknologi digital. Maka, saat menemukan non-fungible token atau NFT, dia seketika tahu bahwa platform ini bisa menjadi jalan untuk menjangkau lebih banyak orang. Selain itu, para perempuan seniman bisa merengkuh penikmat seni yang lebih luas.
NFT merupakan sertifikat digital yang menyatakan seseorang memiliki foto, video, dan media bentuk virtual lain. Aset-aset dengan NFT itu akan tercatat dalam blockchain atau semacam buku besar digital berisi gambar, video, dan koleksi lain. Untuk mendorong lebih banyak perempuan dan anak perempuan masuk ke dunia kripto, Abidi yang lahir di Pakistan lalu pindah ke Amerika Serikat ketika remaja itu memulai kampanye Women Rise. Harapannya, akan ada 100.000 perempuan yang bergabung pada akhir tahun 2022.
Abidi hanyalah sedikit dari banyak perempuan seniman, pembuat kode, pengusaha, dan investor yang memanfaatkan mata uang kripto dan NFT. Mereka mengadvokasi perempuan lain untuk bergabung dalam gerakan blockchain dan menjembatani kesenjangan jender. ”Ketika pertama kali mendengar soal blockchain, saya pikir tidak akan cocok. Tetapi, saya tertarik pada seni dan sadar bahwa seniman bisa menjadi bagian dari ini. Ini bisa menjadi ruang inklusif bagi perempuan dan orang kulit berwarna,” ujarnya.
NFT membuka peluang bagi siapa saja untuk bisa menjual karya seninya. Apalagi bagi seniman yang selama ini belum memiliki kesempatan berinvestasi atau menjual karyanya melalui cara tradisional. Kripto dan NFT menjadi jalan bagi siapa saja, khususnya perempuan, untuk bisa lebih mandiri secara finansial.
Bitcoin populer di kalangan anak muda di banyak negara, terutama di negara-negara berkembang, karena memotong jalur atau sistem perbankan formal. Dari data BrokerChooser, India merupakan negara dengan pemilik kripto terbanyak di dunia. Jumlahnya mencapai 100 juta pemilik. Sementara di Amerika Serikat ”hanya” sekitar 27 juta pemilik dan di Rusia 17 juta pemilik. Dari data pelacak pasar DappRadar juga disebutkan, penjualan NFT melonjak hampir 11 miliar dollar AS pada kuartal III-2021 atau naik lebih dari delapan kali lipat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Hasil survei CNBC dan Acorn juga menunjukkan lebih dari dua pertiga investor mata uang kripto AS adalah laki-laki dan sekitar 60 persen berkulit putih. Kesenjangan jender di dunia kripto lebih lebar ketimbang investasi keuangan lainnya, seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Di India, misalnya, jumlah perempuan investor kripto hanya 15 persen. ”Dunia kripto ini didominasi laki-laki,” kata peneliti di Pusat UCL untuk Teknologi Blockchain di London, Inggris, Angela Walch, kepada Thomson Reuters Foundation.
Inklusif
Badan Teknologi Perserikatan Bangsa-Bangsa (ITU) menyebutkan, tidak sampai separuh dari perempuan di seluruh dunia menggunakan internet. Sementara laki-laki sudah mencapai 50 persen. Kesenjangannya lebih lebar lagi di negara-negara miskin. Forum Ekonomi Dunia menyebutkan, perempuan juga tertinggal dalam hal mengelola dan mengakses aset atau layanan keuangan di seluruh dunia.
Salah satu cara untuk mengatasi ini, antara lain, dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang mendukung kripto dan NFT karena lebih adil, transparan, dan inklusif dengan format terdesentralisasi. Kripto pun kian populer karena digunakan sebagai alat pembayaran dan pelindung nilai terhadap ketidakpastian dan hiperinflasi.
Sementara NFT sudah menarik perhatian banyak selebritas, seniman, dan investor dengan penjualan kolase digital yang pada tahun ini mencapai lebih dari 69 juta dollar AS. Ini tercatat sebagai penjualan NFT termahal sejauh ini, meski jumlah pembeli NFT masih relatif kecil. Jajak pendapat CNBC menunjukkan, kripto berhasil menarik anak muda dan warga aneka ras. Hanya saja posisi perempuan tetap belum berimbang, sekitar seperlima dari seluruh investor di AS. Perempuan kulit hitam yang menjadi investor kripto, dan selama ini memang kesulitan berinvestasi di pasar keuangan, juga hanya tercatat 4 persen.
Karena alasan itulah pengusaha asal Inggris, Lavinia Osbourne, mendirikan Women in Blockchain Talks sebagai ruang bagi perempuan. Ia berencana menciptakan pasar NFT bernama ”Crypto Kweens” khusus untuk perempuan seniman, pengusaha, dan kolektor. ”Ada kesenjangan yang sangat lebar dan sistematis dalam masyarakat kita. Ini yang harus diputus supaya tak berlanjut,” kata Osbourne.
Media sosial
Dengan memanfaatkan akun Twitter, seperti @crypto_chicks, @NFTgirl, dan @BTCbombshell, perempuan seniman dan kolektor NFT bisa memamerkan karya mereka di media sosial dan saling menyemangati. Banyak juga yang mendukung kegiatan amal untuk perempuan dan anak perempuan. Upaya ini mulai mendapatkan pengakuan.
Ada bentuk fisik NFT dari Boss Beauties, yakni koleksi 10.000 potret perempuan NFT yang sudah dipamerkan di Bursa Efek New York pada bulan lalu. Tavonia Evans, ilmuwan data AS yang menangani akun Twitter @cryprpdeeva, menciptakan Guapcoin, yakni kripto untuk memperkuat aspirasi ekonomi dari masyarakat kulit hitam. ”Guapcoin dibuat untuk komunitas kita sendiri yang tidak mendapat perhatian. Ini upaya mempersempit kesenjangan,” kata Evans, yang juga anggota Jaringan Kebijakan Nasional Perempuan Kulit Berwarna di Blockchain yang mengadvokasi inklusi.
Di dunia kripto, terdapat sejumlah tokoh dan pemimpin perempuan yang sangat dihormati, berpengaruh, dan memiliki kredibilitas sebagai pembuat kebijakan. Kesuksesan mereka ini akan bisa menarik lebih banyak perempuan untuk masuk ke dunia kripto. Investor dan perempuan seniman kripto yang terkenal memang masih lebih banyak ada di negara-negara Barat. Namun, banyak juga perempuan dari negara lain, seperti India, contohnya Sneha Chakraborty dan Laya Mathikshara yang berusia 14 tahun, yang bisa mendapatkan banyak pengikut dalam waktu cepat.
”Dulu, pada awal saya mulai masuk ke kripto, susah mencari perempuan, terutama perempuan kulit berwarna. Lama-kelamaan banyak perempuan di dunia kripto ini. Saya yakin dunia kripto memiliki kekuatan radikal mendorong hak-hak perempuan,” kata Abidi. (REUTERS/LUK)