Milisi Pro-Iran Disebut Pelaku Serangan Pesawat Nirawak ke Kediaman PM Irak
Serangan dengan pesawat nirawak (”drone”) terhadap kediaman PM Irak Mustafa al-Kadhimi pada hari Minggu lalu dilancarkan oleh sedikitnya satu kelompok milisi dukungan Iran. ”Drone” dan bahan peledaknya dibuat Iran.
Oleh
LUKI AULIA DAN MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
BAGHDAD, SENIN — Serangan dengan pesawat nirawak terhadap kediaman Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada hari Minggu lalu dilancarkan oleh sedikitnya satu kelompok milisi dukungan Iran. Hal ini diungkapkan beberapa sumber pejabat keamanan Irak dan sumber-sumber yang dekat dengan kelompok-kelompok milisi pro-Iran, Senin (8/11/2021).
Sumber-sumber yang tak mau disebut identitasnya itu mengatakan, pesawat nirawak dan bahan peledak yang digunakan dalam serangan tersebut adalah buatan Iran. PM Kadhimi lolos dan selamat dari serangan tersebut. Namun, tujuh pengawalnya dilaporkan luka-luka.
Seorang juru bicara salah satu kelompok paramiliter dukungan Iran tidak bersedia berkomentar mengenai serangan itu dan siapa penyerangnya. Kelompok-kelompok dukungan Iran lainnya belum bisa dimintai tanggapan. Sementara Pemerintah Iran tidak memberikan komentar saat dimintai konfirmasi tentang insiden tersebut.
Dua pejabat keamanan Irak dan tiga sumber yang dekat dengan milisi-milisi dukungan Iran mengungkapkan, serangan pesawat nirawak itu dilancarkan oleh setidaknya salah satu dari kelompok-kelompok milisi tersebut. Namun, mereka memberikan gambaran yang agak berbeda satu sama lain tentang siapa faksi-faksi tersebut.
Dua pejabat keamanan Irak menyebut milisi Kataib Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq melakukan serangan tersebut secara bersamaan. Namun, sebuah sumber milisi mengatakan, Kataib Hezbollah terlibat dalam serangan itu, tetapi tidak mengonfirmasi soal peran Asaib.
Tak satu pun dari kelompok-kelompok itu mengonfirmasi keterangan tersebut. Hingga kini belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Dua politisi Irak juga mengungkapkan, Komandan Brigade Quds Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Esmail Ghaani berkunjung ke Baghdad setelah serangan pesawat tanpa awak itu terjadi. Sebagai komandan Brigade Quds, Ghaani bertanggung jawab atas berbagai operasi militer dan operasi bawah tanah di luar Iran.
Dalam kunjungan ke Baghdad, Ghaani disebutkan menyatakan bahwa Teheran dan para mitranya tidak terkait dengan serangan pesawat nirawak tersebut. Menurut dua politisi Muslim Syiah yang tak mau disebut namanya itu, kunjungan Ghaani tidak diumumkan secara resmi.
Seperti dikutip keduanya, Ghaani juga mengatakan bahwa Teheran tidak menentang politisi mana pun yang disebut kubu Syiah akan menjadi perdana menteri baru hasil pemilu parlemen, 10 Oktober lalu.
Berita kunjungan Ghaani beredar bersamaan dengan pernyataan seorang jenderal Irak, Senin (8/11/2021), yang mengungkapkan bahwa penyelidikan atas insiden serangan pesawat nirawak sedang berlangsung, dengan indikasi menunjukkan keterlibatan faksi-faksi dukungan Iran. Sang jenderal itu menambahkan, pesawat nirawak yang digunakan dalam serangan tersebut berasal dari area timur ibu kota Baghdad, tempat milisi-milisi dukungan Iran menancapkan pengaruh kuat.
Serangan pesawat nirawak itu mirip dengan kasus-kasus serupa di masa lalu yang dilancarkan faksi-faksi pro-Iran di Irak. Pada September lalu, beberapa pesawat tanpa awak, juga penuh muatan bahan peledak, menghantam Bandar Udara Internasional Irbil, Irak utara.
Tiga pesawat
Kantor berita Irak, INA, Minggu (7/11/2021), melaporkan bahwa ada tiga pesawat tanpa awak yang digunakan untuk menyerang rumah Kadhimi. Dua di antaranya berhasil dicegat dan ditembak jatuh oleh aparat keamanan. Namun, ada satu pesawat tanpa awak yang lolos dan mengenai rumah Kadhimi.
Ketiga pesawat tanpa awak itu diperkirakan diluncurkan dari dekat Jembatan Republik dan menyeberangi Sungai Tigris sebelum kemudian mendarat di rumah Kadhimi.
”Saya baik-baik saja. Mohon tetap tenang dan menahan diri demi Irak,” tulis Kadhimi di akun Twitter-nya setelah serangan terjadi. Ia kemudian berbicara tenang di depan stasiun televisi Irak. ”Serangan roket dan pesawat tanpa awak yang pengecut seperti ini tidak akan berhasil meraih apa pun,” ujarnya.
Dari foto-foto yang dipublikasikan INA terlihat kerusakan di beberapa bagian rumah Kadhimi dan satu mobil yang diparkir di garasi. Diplomat-diplomat yang berada di dekat Zona Hijau mengaku mendengar ledakan-ledakan dan suara-suara tembakan.
Serangan itu terjadi dua hari setelah terjadi bentrokan antara pasukan keamanan pemerintah dan pendukung partai-partai politik yang didukung Iran. Sebagian besar partai-partai politik yang memiliki pasukan bersenjata itu kehilangan kursi di parlemen atau tidak terwakili lagi di parlemen setelah pemilu 10 Oktober lalu. Kadhimi sudah memerintahkan penyelidikan atas bentrokan yang menewaskan setidaknya seorang pengunjuk rasa itu.
Presiden Irak Barham Salih, melalui akun Twitter-nya, mengecam serangan tersebut karena serangan pada Kadhimi sama saja serangan terhadap Irak. ”Irak tidak mau diseret lagi ke kondisi yang kacau dan kudeta terhadap sistem konstitusinya,” tulis Salih.
Tokoh ulama Syiah, Moqtada al-Sadr, yang partainya menang pemilu dengan suara terbanyak, menuding serangan itu jelas bentuk upaya menyeret Irak lagi ke situasi yang kacau hingga nanti bisa dikendalikan kekuatan-kekuatan lain. Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Iran juga mengecam serangan tersebut. Bahkan, AS menawarkan bantuan untuk menyelidiki serangan itu. (REUTERS/AFP/AP)