Resolusi Xi disebut lebih lunak dan fokus pada pengakuan atas capaian Xi sejak berkuasa pada 2012. Sepanjang sejarah kekuasaan PKC sejak 1949, hanya ada dua resolusi disahkan dan dijalankan PKC.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
BEIJING, SENIN — Anggota Komite Pusat Partai Komunis China mulai berkumpul di Beijing pada Senin (8/11/2021). Salah satu agenda pertemuan yang direncanakan berlangsung sampai Kamis itu adalah mengesahkan resolusi ketiga sepanjang sejarah pemerintahan China di bawah Partai Komunis. Dalam dua resolusi sebelumnya, China menetapkan arah pembangunan nasionalnya.
Komite Pusat, lembaga beranggotakan 370 orang dan secara resmi disebut pengambil keputusan tertinggi Partai Komunis China (PKC), akan membahas rancangan resolusi Xi Jinping. Xi akan hadir dalam kapasitas sebagai Sekretaris Jenderal PKC, jabatan yang diraihnya 38 tahun sejak bergabung dengan PKC pada 1974.
Sepanjang sejarah kekuasaan PKC sejak 1949, hanya ada dua resolusi disahkan dan dijalankan PKC. Mao Zedong pertama kali membuatnya pada 1945 dan diberi judul ”Resolusi tentang Pertanyaan Tertentu pada Sejarah Partai Kita”.
Selanjutnya Deng Xiaoping pada 1981 mengeluarkan ”Resolusi tentang Pertanyaan Tertentu pada Sejarah Partai Kita Sejak Pendirian RRC”. Adapun judul resolusi Xi belum diungkap sampai sekarang.
Dalam laporan kantor berita Xinhua, rapat Komite Pusat PKC akan dibuka Xi dengan penjelasan naskah resolusinya. Resolusi Xi akan merangkum pencapaian dan pengalaman bersejarah China sejak PKC berdiri pada 1921. Dalam rancangan naskah resolusi Xi antara lain disebut Revolusi Yanan, Revolusi Kebudayaan, pencapaian antariksa, dan pandemi Covid-19.
Berbeda dari Resolusi Mao dan Deng, resolusi Xi disebut lebih lunak dan fokus pada pengakuan atas capaian Xi sejak berkuasa pada 2012. ”Tujuan rapat ini adalah menelaah tata kelola partai selama ini dan membentuk arah baru bagi kepemimpinan masa depan serta haluan kebijakannya. Selain itu, juga untuk mengapresiasi capaian pemimpin sekarang,” kata pengamat politik pada Nanjing University, Gu Su, kepada South China Morning Post.
Sementara pengamat politik China dari University of Chicago, Dali Yang, menyebut bahwa kepemimpinan PKC harus senantiasa mengikuti haluan yang ditetapkan dalam resolusi. ”Mirip seperti konstitusi sebenarnya bagi China dan amat penting dalam sistem politik China,” katanya.
Kritik dan pujian
Pernyataan Su dan Yang terutama didasarkan pada rancangan naskah resolusi Xi yang beredar sejak pekan lalu dan Resolusi Mao serta Deng yang sudah lebih dulu beredar. Su dan Yang juga berpijak pada pidato Xi dalam perayaan 100 tahun PKC pada Juli 2021.
Dalam Resolusi Mao antara lain dijelaskan alasan pembersihan yang dikenal sebagai Revolusi Yannan. Mereka yang disingkirkan disebut sebagai orang-orang yang terlalu terpengaruh oleh Moskwa.
Sementara Resolusi Deng berisi koreksi terhadap Resolusi Mao dan kebijakannya. Resolusi Deng juga mengubah sistem China dari tertutup menjadi lebih terbuka terhadap pasar. Deng antara lain mengkritik Revolusi Kebudayaan dan aneka kesalahan di masa kepemimpinan Mao. Di sisi lain, Deng membela Mao karena meletakkan aneka dasar kemajuan China di masa Deng hingga masa kini.
Mao merintis berbagai kebijakan penting yang dampaknya dirasakan China sekarang. Beijing bisa mengirimkan astronot dan punya bom nuklir saat ini karena Mao merintisnya pada dekade 1950-an.
Adapun dalam rancangan resolusi Xi, kajian tentang masa lalu lebih banyak memuji dibandingkan dengan mengkritik pemimpin sebelumnya. Mao, Deng, dan Hu Jintao disebut Xi berperan luar biasa dalam sejarah China.
Sebagian pihak juga menyebut, rapat Komite Pusat PKC akan membahas pengukuhan kelanjutan kekuasaan Xi. Pada pertengahan periode kedua masa jabatan Xi sebagai Sekjen PKC dan Presiden China, PKC setuju masa jabatan sekjen tidak lagi dibatasi dua periode. Hal itu berarti Xi bisa terus dipilih menjadi Sekjen PKC setelah periode kedua masa jabatannya selesai pada 2020. Kini, Xi mulai memasukan periode ketiga.
Ketika dilantik sebagai Sekjen PKC pada 2012, Xi menyebut dua ”capaian abad ini”. Capaian itu adalah membuat China lebih sejahtera pada 2021 dan menjadikan China sebagai negara sosialis modern pada 2049. Dalam peringatan HUT ke-100 PKC pada Juli 2021, Xi menyatakan capaian pertama telah diraih, sementara capaian kedua sedang diupayakan.
Struktur
Berbagai pihak menyebut, Xi berusaha mempertahankan jabatannya dan menjadi pemimpin terlama PKC setelah Mao dan Deng karena ingin mewujudkan capaian kedua. Untuk bisa mencapai itu, Xi harus terus mengelola dan mempertahankan kekuasaannya di struktur partai.
PKC merupakan partai yang secara resmi berkader 92 juta orang. Xi salah satu di antara 92 juta orang itu sejak bergabung dengan PKC pada 1974 di kampung halaman ibu tirinya di Shaanxi, daerah penghasil batubara China.
Dari 92 juta kader itu, dipilih hingga 2.200 orang anggota Kongres Nasional. Mereka terdiri dari para pengurus daerah hingga pengurus pusat PKC. Di antara 2.200 orang, dipilih lagi 370 orang anggota Komite Pusat. Mayoritas anggota Komite Pusat sudah punya jabatan tinggi di pemerintahan, BUMN, ataupun militer. Karena itu, mereka sekaligus jadi petinggi PKC dan negara. Kini, anggota Komite Pusat tengah bersidang.
Setiap tahun sejak 1977 atau selepas kematian Mao, anggota Komite Pusat selalu mengikuti sidang paripurna. Mereka terutama mengevaluasi pengelolaan partai dan meromendasikan kebijakan untuk periode berikutnya.
Di atas Komite Pusat, ada Politbiro beranggota 25 orang. Mereka terdiri dari pejabat utama PKC dan pemerintahan China. Struktur lebih tinggi dari Politbiro adalah Komite Pengarah yang terdiri dari 7 orang. Di atas semua itu ada Sekjen yang dijabat Xi sejak 2012.
Dalam artikel Xinhua pada Sabtu (6/11) dipaparkan perjalanan Xi sejak masih remaja hingga menjadi Sekjen PKC. Xi adalah anak salah satu tokoh PKC sejak partai itu belum berkuasa, Xi Zhongxun. Di masa Mao dan Deng, Zhongxun bolak-balik disingkirkan.
Kala Xi mulai menjadi kader PKC pada 1974, Zhongxun sedang dalam masa penyingkiran di era Mao. Sebab, Zhongxun dituding membela Gao Gang yang disingkirkan Mao pada 1953. Dicopot dari berbagai jabatan pada 1965, Zhongxun kemudian dipenjara sampai 1975 dan mendapat pengampunan penuh pada 1978.
Zhongxun mendapat persetujuan Deng untuk menciptakan kawasan ekonomi khusus di Guandong. Deng menyebutnya sebagai laboratorium integrasi ekonomi China dengan pasar global. Meski sukses di Guandong, Zhongxun pada akhirnya tersingkir karena membela rekannya sesama petinggi partai pada 1988. Pejabat bernama Hu Yaobang itu tidak disukai Deng karena dinilai terlalu liberal. Beberapa tahun setelah ia pensiun, salah satu dari tujuh anaknya menjadi pejabat tertinggi PKC sejak 2012. (AFP/REUTERS)