Raih Pendengar Israel, Radio Palestina Siaran dalam Bahasa Ibrani
Stasiun radio Jerusalem 24 ingin mengisi kekosongan peliputan tentang apa yang terjadi di Jerusalem dan wilayah-wilayah pinggiran. Tujuannya untuk membagikan pandangan warga Palestina kepada publik Israel.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
Ada yang tidak biasa dari stasiun radio baru di Palestina. Jerusalem 24, yang belum lama ini diluncurkan, menyiarkan berita dalam bahasa Ibrani. Harapannya, pendengar ”di seberang sana” ikut mendengarkan.
Dari sebuah studio modern yang cerah di Ramallah, Tepi Barat, Jerusalem 24 melansir kisah-kisah tentang konflik Israel-Palestina. Secara khusus, radio ini mengabarkan dampak konflik bagi kehidupan warga Palestina.
”Publik Israel mendengarkan media yang berbicara kepada mereka, tetapi mereka tidak mendengarkan ’yang di sisi lain’,” kata Rima Mustafa, penyiar Jerusalem 24.
Konflik Israel-Palestina mendapat perhatian besar dari dunia internasional. Namun, menurut pemimpin redaksi Jerusalem 24 Mai Abu Assab, kesusahan hidup dari hari ke hari yang dialami warga Palestina belum benar-benar diketahui publik. ”Kami ingin mengisi kekosongan peliputan tentang apa yang terjadi di Jerusalem dan wilayah-wilayah pinggiran,” kata Assab.
Ide mendirikan Jerusalem 24 dimulai tahun 2015. Saat itu, di Jerusalem terjadi rangkaian serangan tunggal yang dilancarkan orang-orang Palestina bersenjata pisau dan kadang-kadang senapan yang mengincar kaum Yahudi Israel.
Di Jerusalem, lanjut dia, terjadi pembersihan etnis dan pengusiran paksa yang menimpa warga Palestina. ”Sayangnya dunia tuli,” ujarnya.
Jerusalem 24 bisa didengarkan di gelombang 106,1 FM. Untuk saat ini, laman radio ini baru menayangkan berita-berita dalam bahasa Inggris.
Menilik laman Jerusalem 24, radio ini berkomitmen untuk secara independen menginformasikan, mendidik, dan menghibur pendengarnya dengan harapan bisa menjadi sumber tepercaya tentang Palestina. Siaran mereka mencakup tema kehidupan sehari-hari, kebudayaan, ekonomi, sejarah, dan politik di Palestina.
Kisah-kisah yang mereka siarkan, antara lain, tentang sosok di balik izin pembangunan di Jerusalem, pekan film Palestina, panen zaitun, dan musik hiphop di Palestina. Sejumlah isu dunia global, seperti vaksin dan politik luar negeri Amerika Serikat, juga menjadi topik yang diangkat radio Jerusalem 24.
Huna al-Quds
Rupanya upaya media Palestina untuk merangkul pendengar Israel ini bukan yang pertama dilakukan. Pada pertengahan 1930-an, radio Huna al-Quds yang disiarkan di wilayah Palestina di bawah mandat Inggris, pernah juga melansir siaran dalam bahasa Ibrani. Selain bahasa Ibrani, radio tersebut juga menyiarkan berita dalam bahasa Inggris dan Arab.
Sayangnya, radio Huna al-Quds ditutup tahun 1948 menyusul pembentukan Israel. Sejak saat itu, warga Israel yang tidak berbahasa Arab memiliki pilihan terbatas untuk mendapatkan berita secara langsung dari Palestina.
Upaya Jerusalem 24 setidaknya membuahkan hasil. David Haliva, pelatih pribadi di Tel Aviv, Israel, secara rutin mendengarkan siaran Jerusalem 24. ”Warga Israel tidak paham tentang masyarakat Palestina. Bahkan saya pun tidak tahu banyak. Ada kesenjangan besar antara apa yang kami ketahui dan apa yang terjadi,” tuturnya.
Haliva terkesan pada profesionalisme siaran oleh radio Jerusalem 24. Dia ingin warga Palestina lebih jelas dalam menolak kekerasan yang terjadi di wilayahnya.
Sesuai tujuannya untuk membagikan pandangan warga Palestina kepada publik Israel, Jerusalem 24 mengkritik baik Israel maupun otoritas Palestina. ”Kami mengkritik otoritas Palestina dan Israel, tetapi kami melakukannya secara profesional,” ujar Mohammed Hamayel, wartawan radio tersebut.
Saat didirikan, Jerusalem 24 mengandalkan pendanaan dari kelompok madani Church Aid dari Denmark. Namun, kini Jerusalem 24 yang diawaki enam wartawan juga mengandalkan program musik untuk mengisi waktu siaran yang panjang. Haliva, si pendengar dari Israel, pun menyukai siaran musiknya.
”Saya suka ragam musiknya,” ujarnya, seraya mendengarkan lagu milik penyanyi Inggris, Dua Lipa, yang diputar di radio mobilnya. (AFP)