Berjalan kaki sejauh 8.000 kilometer dari perbatasan Turki-Suriah ke Inggris, boneka raksasa Little Amal setinggi 3,5 meter itu membawa pesan jutaan anak Suriah yang terpaksa mengungsi tanpa orang tua atau pendamping.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Tuntas sudah perjalanan panjang Little Amal yang berjalan kaki sejauh 8.000 kilometer mulai dari perbatasan Turki-Suriah hingga ke Inggris. Perjalanan boneka raksasa pengungsi Suriah berusia 9 tahun setinggi 3,5 meter itu dimulai dari Gaziantep, Turki, sejak 27 Juli lalu dan berakhir di Manchester, Inggris, 3 November lalu. Amal yang dalam bahasa Arab berarti "harapan" itu berjalan kaki melewati 65 kota dan desa di 8 negara, termasuk Yunani, Italia, Swiss, Jerman, dan Perancis membawa pesan dari para pengungsi Suriah, khususnya anak-anak yang harus mengungsi sendiri.
Di sepanjang perjalanan, Little Amal sempat bersalaman dengan Paus di Vatikan dan aktor Jude Law. Bahkan di setiap kota dan desa yang dilewati Little Amal, ribuan orang antusias menunggunya. "Pengungsi diterima di sini," teriak warga Manchester yang menanti kedatangan Little Amal, Rabu (3/11/2021) sore.
Dengan berjalan kaki, Little Amal mengajak rakyat dunia mengikuti dan merasakan betapa beratnya perjalanan para pengungsi Suriah, khususnya bagi anak-anak, menuju ke tempat yang lebih baik dan itu di dataran Inggris. Rute perjalanan Little Amal adalah rute perjalanan yang biasa ditempuh para pengungsi Suriah.
Direktur Artistik "The Walk", proyek perjalanan Little Amal ini, Amir Nizar Zuabi, menjelaskan "The Walk" ingin memberi kesempatan pada para pengungsi untuk bersuara.
Tubuh boneka raksasa Little Amal terbuat dari kayu sementara kepala, lengan, dan kedua kakinya terbuat dari bahan serat karbon. Untuk bisa bergerak luwes seperti manusia, Little Amal digerakkan oleh empat orang, salah satunya ada di dalam Little Amal memakai egrang.
Tiga dalang lainnya mengoperasikan sistem tali yang mengendalikan ekspresi wajah, lengan, dan menopang punggung Little Amal. Boneka ini sengaja dibuat tinggi untuk menginspirasi orang berpikir besar dan bertindak lebih besar lagi.
Dalam skenario atau narasi yang dibuat tim dari The Handspring Puppet Company dalam proyek "The Walk" ini, Little Amal diceritakan tengah mengungsi sendirian sambil mencari ibunya yang tak pernah kembali lagi setelah mencari makanan untuknya. Ini bukan rekaan belaka tetapi banyak pengungsi anak yang mengalami hal ini dan tak banyak orang yang tahu.
Untuk itu, Little Amal dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penderitaan pengungsi anak tanpa orang tua atau pendamping. "Kami mengajak anak-anak seluruh dunia untuk menulis surat pada anak-anak seperti Little Amal. Surat itu akan dibawa ke Parlemen Eropa. Kami ingin membuat perubahan melalui seni," kata Claire Bejanin yang bertanggungjawab pada "The Walk" di Perancis, Jerman, Swiss, dan Belgia.
Little Amal berjalan kaki atas nama semua anak, terutama jutaan pengungsi anak yang sudah tak memiliki orang tua, saudara atau terpisah dari keluarga dan terpaksa menjalani perjalanan panjang melelahkan dan kerap kali berbahaya. Little Amal berjalan kaki agar kita tidak melupakan nasib pengungsi anak.
Di saat rute pengungsian yang aman kian menyempit, karya seni seperti Little Amal berperan penting mengubah pandangan sekaligus menyatukan masyarakat dunia dan bergerak bersama mengubah keadaan. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini, nasib pengungsi anak semakin rentan.
Teater berjalan
Kampanye Little Amal ini lebih seperti pertunjukan teater berjalan yang menyuarakan solidaritas untuk pengungsi dan pencari suaka sekaligus memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik. Kampanye isu berat seperti pengungsi Suriah ini terasa lebih ringan ketika disampaikan dengan cara seperti "The Walk". Dan rupanya lebih bisa diterima setelah melihat sambutan hangat masyarakat pada Little Amal di hampir semua kota yang dilewati. Hanya ada satu tempat yang sambutannya kurang hangat, yakni di Desa Kalambaka, Yunani, karena mereka tidak mau menerima "boneka muslim dari Suriah".
Harian the Guardian, 4 Juli lalu, menyebutkan semua lokasi yang didatangi Little Amal sudah disiapkan jauh-jauh hari seperti gedung opera, gedung konser, katedral, masjid, jembatan, bahkan kuburan. Little Amal masuk ke Uni Eropa dengan kapal lalu bersandar di Pulau Chios, Yunani. Dari situ, Little Amal diajak ke orkestra. Di kota Bari, Italia, ia belajar membuat pasta orecchiette dari seorang nenek. Di Marseille, Perancis, ia ikut acara mengenang para pengungsi yang tewas di laut. Di London, Inggris, ia akan merayakan ulang tahun ke-10 bersama anak-anak di London.
Karena ini teater berjalan maka di sepanjang perjalanan ada adegan-adegan yang menggambarkan pengalaman pengungsi anak saat mengungsi sekaligus menggambarkan trauma anak telantar. Di Athena, Little Amal digambarkan bingung dan panik karena hilang di labirin jalanan. Di Milan, ia jatuh dan lututnya luka. Di Naples, ia kelelahan dan kesal lalu marah dan mengamuk.
Jumlah pengungsi Suriah yang saat ini berada di Turki diperkirakan mencapai 3,6 juta. Itu dari Suriah saja. Selama 12 bulan terakhir, terdapat 32.000 pengungsi dari seluruh dunia yang mencari suaka di Inggris. Lebih dari 2.000 pemohon suaka adalah pengungsi anak yang tidak memiliki pendamping sama sekali.
Menyatukan
Ide perjalanan Little Amal yang mencari ibunya ini muncul dari "The Jungle", drama terkenal tahun 2015 yang berkisah tentang pengungsi muda di kamp dekat Calais. Teater Good Chance lalu beride membawa pesan soal pengungsian, kehilangan, martabat, dan harapan ke seluruh daratan Eropa. Harapan untuk bisa menyatukan masyarakat pun tampaknya berhasil karena ada setidaknya 250 lembaga amal, organisasi masyarakat dan seni yang pada akhirnya betul-betul bisa berkumpul karena Little Amal datang.
Kehadiran Little Amal diharapkan akan menginspirasi untuk bangkit dari kesengsaraan akibat pandemi Covid-19. Ia juga menunjukkan empati pada mereka yang telah kehilangan segalanya. Pendiri The Handspring Puppet Company, Basil Jones dan Adrian Kohler, berharap Little Amal bisa menggerakkan dunia untuk membantu pengungsi anak. "Little Amal membawa pesan jutaan pengungsi anak: Jangan pernah melupakan kami," kata Kohler. (REUTERS/AFP)