Macron Bersitegang dengan Morrison, Hubungan Australia-Perancis Semakin Panas
Hubungan Perancis-Australia semakin panas setelah pesan Presiden Perancis Emmanuel Macron kepada Perdana Menteri Scott Morrison diungkap media. Morrison menilai, produk Perancis tidak cocok dengan kebutuhan Australia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
CANBERRA, SELASA — Hubungan Australia-Perancis belum pulih pasca-pengumuman kesepakatan AUKUS dan pembatalan kontrak pembuatan 12 kapal selam bertenaga diesel buatan Naval Group, Perancis, oleh Australia. Hubungan kembali panas setelah sejumlah media Australia memberitakan isi pesan Presiden Perancis Emmanuel Macron kepada Perdana Menteri Australia Scott Morrison, dua hari sebelum pengumuman AUKUS dan pembatalan kontrak.
Sydney Morning Herald edisi Selasa (2/11/2021), mengutip laporan tiga media Australia, yaitu The Daily Telegraph, The Australian, dan The Australian Financial Review, melaporkan bahwa Macron mengirim pesan kepada Morrison jika dirinya sedang tidak bisa dihubungi. ”Haruskah saya berharap berita bagus atau berita buruk soal ambisi bersama kapal selam kita,” tulis Macron dalam pesan pendek kepada Morrison.
Menurut sumber yang mengetahui persoalan tersebut, pesan itu dikirimkan ketika Morrison mencoba menelepon Macron dan mengajaknya berdiskusi tentang program pengembangan kapal selam bertenaga diesel kedua negara. Sumber menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini.
Wawancara sejumlah media Australia dengan Macron di sela-sela pertemuan negara anggota G-20 di Roma, Italia, mengungkapkan, dia secara tegas mengatakan Morrison berbohong soal kesepakatan kapal selam kedua negara. Macron mengaku masih menunggu tindakan apa yang akan dilakukan oleh Morrison mengenai hal itu.
”Saya menghormati negara Anda dan rakyat Australia. Kami bersahabat dengan rakyat Australia. Saya berharap, ketika penghormatan itu diberikan, seharusnya penghormatan berlaku dua arah. Perilaku kita seharusnya sejalan dengan hal itu,” kata Macron, dikutip Sydney Morning Herald.
Pemerintah Perancis mengatakan, Canberra tidak berusaha menginformasikan pembatalan kerja sama kapal selam. Pembatalan terjadi saat Morrison, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan kerja sama militer baru, AUKUS, pada 15 September. Pengumuman itu secara otomatis menggugurkan kerja sama Perancis-Australia.
Tidak lama setelah pengumuman AUKUS, Kementerian Pertahanan Perancis mengeluarkan pernyataan bahwa beberapa jam sebelumnya ada pemberitahuan dari Pemerintah Australia berisi tidak adanya keluhan apa pun soal rencana pengembangan kapal selam bertenaga diesel itu.
Hubungan kedua negara saat ini masih dingin. Saat Morrison mencoba bersikap ramah kepada Macron, ketika keduanya berpapasan dalam salah satu ruang pertemuan, sejumlah media melaporkan sikap dingin diperlihatkan Macron pada Morrison.
Morrison membela diri. Kepada sejumlah wartawan di Glasgow, Skotlandia, Morrison mengatakan telah memberikan sinyal pada Macron dalam pertemuan mereka pada Juni di Istana Elysee. Isinya kontrak pembuatan kapal selam yang telah disepakati kedua negara dalam bahaya. Pada saat yang sama, Morrison juga melihat situasi di Indo-Pasifik membuat kapal selam bertenaga diesel dinilai tidak cukup mampu untuk mengimbangi arsitektur pertahanan Australia, terutama dengan perubahan situasi keamanan yang cepat di kawasan.
”Saya telah berbicara terus terang kepadanya (Macron) bahwa kapal selam bertenaga diesel tidak bisa memenuhi kebutuhan strategis Australia,” kata Morrison.
Situasi tidak mengenakkan antara Australia dan Perancis diakui oleh Biden. ”Saya kira, yang terjadi saat ini membuat kikuk semua pihak,” kata Biden.
Salah satu butir kesepakatan AUKUS adalah bantuan AS dan Inggris untuk mengirimkan delapan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia. Masih dalam kerangka AUKUS, AS akan meningkatkan kehadiran kekuatan tempurnya di Australia, mulai dari pesawat tempur, peluru kendali, hingga tentara di ”Benua Kanguru”.
Selain itu, negara penanda tangan AUKUS juga menjalin kerja sama di bidang keamanan internet, kecerdasan buatan, dan pengawasan bawah laut. AUKUS juga akan digunakan sebagai landasan peningkatan kerja sama dan rantai pasok industri pertahanan di antara anggotanya.
Profesor ilmu politik pada Universitas Flinders, Australia, Haydon Manning, mengatakan, kekacauan yang terus terjadi dan hubungan yang terus memanas antara Australia dan Perancis harus segera dicari jalan keluarnya. ”Tidak diragukan lagi, Morrison perlu mengedepankan langkah dan mencoba meyakinkan warga Australia serta sekutunya bahwa ia tidak bermuka dua dan bukan pembohong. Tetapi, ada kekhawatiran serius proyek itu tidak akan selesai,” kata Manning.
Pasca-pengumuman AUKUS dan pembatalan kontrak kapal selam dengan Perancis, sejumlah mantan pemimpin Australia angkat suara. Tiga mantan perdana menteri Australia, yaitu Malcom Turnbull, Paul Keating, dan Kevin Rudd, mengkritik keputusan Morrison memilih kapal selam bertenaga nuklir sebagai tindakan yang membahayakan.
Uni Eropa, yang akan dipimpin Perancis tahun 2022, memutuskan menunda perundingan dagang dengan Australia yang telah dimulai sejak 2018. Bersaing dengan China, Uni Eropa merupakan mitra dagang besar bagi Australia dengan nilai total perdagangan mencapai 60 miliar dolar AS. (REUTERS)