Insiden Kecelakaan Kapal Selam AS Terkuak di Saat Ancaman China Menguat
Amerika Serikat menguak insiden tabrakan kapal selam penyerang cepat bertenaga nuklir di Laut China Selatan, persis di saat militer China terus memperkuat posisinya.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
LT. MACK JAMIESON/US NAVY/AFP
Dalam gambar yang dirilis Angkatan Laut Amerika Serikat tampak kapal selam pemburu, USS Connecticut (SSN 22), berangkat dari Pangkalan Angkatan Laut Kitsap-Bremerton untuk ditempatkan di Bremerton, Washington, 27 Mei 2021. Pada 2 Oktober 2021, kapal itu kecelakaan karena menabrak gunung bawah laut di Laut China Selatan.
YOKOSUKA, SELASA — Tim penyelidik menemukan bahwa ”obyek tidak dikenal” yang ditabrak USS Connecticut (SSN-22), kapal selam bertenaga nuklir milik Amerika Serikat, di Laut China Selatan pada 2 Oktober lalu adalah gunung bawah laut. Hasil penyelidikan itu sekaligus menepis dugaan sebelumnya bahwa kapal kelas Seawolf AS itu menabrak kapal lain atau benda yang dipasang oleh negara musuh.
Situs berita USNI News, media daring yang dikelola Institut Angkatan Laut AS, Senin (1/11/2021), melaporkan, penyelidikan Armada Ketujuh AS telah menyimpulkan bahwa USS Connecticut menabrak formasi geologi dan bukan kapal lain. Armada Ketujuh yang beroperasi di Pasifik Barat dan bermarkas di Yokosuka, Jepang, adalah bagian dari Armada Pasifik AS.
Gunung bawah laut yang ditemukan oleh tim penyelidik Armada Ketujuh AS itu dilaporkan belum dipetakan sebelumnya. Ketika terjadi insiden tabrakan pada 2 Oktober lalu, sempat muncul spekulasi bahwa USS Connecticut diduga mendapat serangan di fitur bawah laut di Laut China Selatan, salah satu medan laut paling panas akibat konflik maritim kawasan yang semakin mengglobal.
Menurut USNI News, hasil penyelidikan telah dirampungkan pada pekan lalu. Kini, bahan hasil penyelidikan itu telah diserahkan kepada Komandan Armada Ketujuh AS Laksamana Madya Karl Thomas untuk dicermati lagi. Sumber di legislatif dan dua pejabat keamanan mengatakan, Thomas akan menentukan apakah perlu tindakan pertanggung jawaban tambahan atas insiden itu.
”Penyelidikan menetapkan USS Connecticut mendarat di gunung bawah laut yang belum dipetakan saat beroperasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik,” demikian juru bicara Armada ke-7, Hayley Sims, kepada USNI News dalam pernyataan, Senin sore. ”Komandan Armada ke-7 AS akan menentukan apakah tindakan lanjutan, termasuk pertanggung jawaban, sudah tepat.”
Sims juga mengirim informasi serupa melalui surat elektronik kepada kantor berita AFP. Kapal selam bertenaga nuklir AS dari kelas Seawolf itu dilaporkan mengalami kerusakan pada bagian depan, terutama pada tangki pemberat.
Seusai menabrak gunung bawah laut, yang sebelumnya diidentifikasi disebut sebagai ”obyek tidak dikenal” itu, USS Connecticut berlayar di permukaan selama satu meninggu dari Laut China Selatan ke Guam, teritori AS di Samudra Pasifik bagian barat.
REUTERS
Kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir kelas Jin Tipe 094A milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) terlihat dalam peragaan militer di Laut China Selatan, 12 April 2018. Laporan tahunan Pentagon yang dirilis pada Kamis (2/5/ 2019) menyebutkan aktivitas China ke arah penguatan kehadiran militer, termasuk pengerahan kapal selam, di Arktika.
Angkatan Laut AS telah berulang kali mengatakan, reaktor nuklir dan sistem propulsi kapal selam itu tidak mengalami kerusakan. Namun, Markas Besar Armada Pasifik AS di Pearl Harbor, Hawaii, yang mengonfirmasi seminggu setelah kejadian mengatakan, hampir selusin kru kapal terluka.
Saat itu disebutkan, kapal selam serangan cepat bertenaga nuklir itu menabrak sebuah obyek saat berada di bawah permukaan. Walau demikian, Angkatan Laut AS belum sepenuhnya menjelaskan bagaimana atau mengapa USS Connecticut menabrak gunung bawah laut tersebut.
Pejabat Angkatan Laut AS mengatakan, insiden kapal selam AS di Laut China Selatan, kawasan di mana AS telah berusaha untuk tetap membuka jalur pelayaran internasional, terjadi saat China memperkuat klaim teritorial. ”Tabrakan itu tidak diyakini (disebabkan) oleh China,” kata pejabat Angkatan Laut itu.
Militer China menguat
Insiden kapal USS Connecticut terjadi di tengah konflik yang terus meningkat di Laut China Selatan dan Laut China Timur (LCT) atau Indo-Pasifik umumnya. Militer China mengencangkan kekuatannya dan terus berupaya mengakhiri dominasi Amerika di Asia-Pasifik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, beberapa waktu lalu mengatakan, akar kecelakaan USS Connecticut adalah pemaksaan AS dan sekutunya berlayar dengan dalih kebebasan navigasi di Laut China Selatan. Insiden itu terjadi beberapa pekan setelah AS memutuskan membagi teknologi nuklirnya kepada Australia, negara yang tidak mempunyai teknologi nuklir.
China telah memperlihatkan kemajuan luar biasa di bidang keamanan dan itu mengguncang lembaga pertahanan AS. Para pejabat AS melihat ada persoalan besar yang dihadapi negaranya, yang dengan cepat telah terakumulasi di berbagai bidang. Misalnya, tentang program senjata nuklir Beijing yang kian pesat, kemajuannya di ruang angkasa, teknologi siber dan rudal, dan ancaman terhadap Taiwan.
”China bergerak sangat menakjubkan,” kata Jenderal John Hyten, perwira tinggi militer AS yang sebelumnya memimpin pasukan nuklir AS dan mengawasi operasi ruang angkasa Angkatan Udara.
Salah satu yang mencemaskan Washington adalah terbuka kemungkinan terjadi pergeseran dalam keseimbangan kekuatan global yang selama beberapa dekade menguntungkan Amerika. Penataan ulang yang lebih menguntungkan China memang tidak membawa ancaman langsung bagi AS, tetapi dapat memperumit aliansi AS di Asia.
AFP/US NAVY/ERWIN JACOB V
Rombongan kapal perang milik Angkatan Laut AS ini direkam pada 7 Oktober 2019 dalam formasi sambil melakukan operasi keamanan dan stabilitas di wilayah operasi Armada Ketujuh AS pada 6 Oktober 2019 di Laut China Selatan. Armada Ketujuh AS adalah armada terbesar di dunia dan telah beroperasi di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari 70 tahun.
Tanda-tanda baru tentang bagaimana Pentagon bermaksud untuk menghadapi tantangan China mungkin muncul dalam beberapa minggu mendatang. Washington berupaya meninjau kebijakannya terkait senjata nuklir, pangkalan pasukan global, dan strategi pertahanan secara keseluruhan.
Sejauh ini, para pejabat AS mengagumi bagaimana Beijing menyusun sumber daya, teknologi, dan kemauan politik untuk mendapatkan keuntungan yang lebih cepat. Pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha untuk mengarahkan kembali semua aspek kebijakan luar negeri dan pertahanan AS.
Contoh terbaru kecepatan yang mengejutkan AS adalah uji coba senjata hipersonik China yang mampu mengorbit sebagian Bumi sebelum memasuki kembali atmosfer dan meluncur di jalur yang dapat bermanuver ke targetnya. Desain sistem senjata seperti itu untuk menghindari pertahanan rudal AS. Meskipun Beijing bersikeras sedang menguji kendaraan luar angkasa yang dapat digunakan kembali, bukan rudal, tes itu tetap mengejutkan para pejabat AS.
Beberapa analis mengatakan, Washington bisa mendapat tantangan yang kuat dalam perlombaan senjata dengan Beijing. Washington juga sedang frustrasi karena tidak dapat menarik China ke dalam pembicaraan keamanan. Kongres AS juga semakin fokus pada China dan mendukung peningkatan pengeluaran untuk ruang angkasa dan operasi siber serta teknologi hipersonik. (AFP/AP)