Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 Tidak Akan Ditunda
Persyaratan protokol kesehatan pada Olimpiade Musim Dingin di China jauh lebih ketat dibandingkan dengan Olimpiade Musim Panas di Tokyo, Jepang. China tidak pernah menganggap remeh satu kasus positif pun.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Komite Olimpiade Internasional atau IOC mengumumkan pada Rabu (27/10/2021) bahwa Olimpiade Musim Dingin tetap akan dilangsungkan di Beijing, China, tanpa penundaan. Penegakan protokol kesehatan akan dilakukan dengan ketat melebihi Olimpiade Musim Panas di Tokyo, Jepang, Agustus lalu.
”Warga negara asing yang boleh datang hanya atlet, panitia acara, dan petugas kontingen negara masing-masing. Keluarga atlet, apalagi penonton dari luar negeri sama sekali tidak boleh datang,” kata Wakil Wali Kota Beijing Zhan Jiandong.
Olimpiade Musim Dingin berlangsung 4-20 Februari 2022 dan disusul dengan Paralimpiade Musim Dingin pada 4-13 Maret 2022. Total ada 2.900 atlet Olimpiade dan 736 atlet Paralimpiade yang akan bertanding. Lokasi pertandingan di kota Beijing, Yanqing, dan Zhangjiakou.
Zhan menjelaskan, mereka semua wajib telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap setidaknya 14 hari sebelum keberangkatan. Sesampai di Beijing, mereka akan menjalani karantina selama 21 hari. Setelah itu, peserta baru boleh beraktivitas di dalam gelembung yang hanya berkisar pada latihan, makan, akomodasi, dan transportasi menuju tempat perlombaan. Setiap hari, orang-orang yang terlibat Olimpiade harus menjalani tes Covid-19.
Persyaratan protokol kesehatan dari China jauh lebih ketat dibandingkan dengan Olimpiade Musim Panas di Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Ketika itu masih terjadi kebocoran penularan dengan 430 kasus positif, termasuk di kalangan atlet dan wartawan yang meliput acara.
”Semua orang yang berada di dalam gelembung, termasuk staf lokal, dilarang berinteraksi dengan masyarakat. Jika melanggar aturan, kami kenai sanksi yang tegas, termasuk diskualifikasi dari pertandingan,” ucap Zhan.
China masih menerapkan karantina total di beberapa wilayah, terutama di provinsi-provinsi bagian utara. Dalam satu pekan ini ada 100 kasus positif baru. Angka ini mungkin rendah apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk sebanyak 1,4 miliar jiwa. Akan tetapi, China tidak pernah menganggap remeh satu kasus positif karena mereka menerapkan kebijakan nihil penularan.
”Sejumlah permukiman di Beijing dikunci. Semua orang di dalamnya wajib menjalani karantina selama 14 hari guna memastikan tidak ada kontak erat yang lolos dari pengawasan,” kata Wakil Kepala Dinas Penerangan Beijing Xu Hejian.
Guna mencegah adanya orang tanpa gejala yang tidak terlacak, China mewajibkan setiap warga yang membeli obat flu dan batuk di apotek, toko obat, ataupun toserba wajib dicatat nama, alamat, dan nomor kartu tanda penduduk. Mereka tidak mau mengambil risiko apabila flu dan batuk itu ternyata gejala Covid-19.
Berjaga-jaga
Sistem pengawasan China yang ketat ini membuat sejumlah atlet dan ofisial dari negara lain tidak nyaman. Meskipun demikian, mereka tetap antusias mengikuti Olimpiade mengingat sudah menyiapkan diri berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Ketua Tim Ski Jerman Wolfgang Maier kepada media DeutscheWelle mengungkapkan, untuk berjaga-jaga, ia dan tim hanya akan membawa hal-hal dasar yang sangat dibutuhkan. ”Kami akan mengingat untuk tidak sembarangan berbicara, menelepon, mengirim pesan, dan surel karena semua pergerakan dan data gawai kami akan diawasi. Jangan sampai ada ucapan kebablasan karena kita tidak berhati-hati,” ujarnya.
Di luar isu pandemi Covid-19, penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin di China juga diwarnai isu tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Pemerintah China terhadap warga di Tibet, kelompok etnis minoritas Uighur di Xinjiang, dan gerakan prodemokrasi di Hong Kong. Sejauh ini, Presiden IOC Thomas Bach selalu menghindar membahas topik tersebut walaupun di mana-mana ada unjuk rasa untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin 2022.
Sejarawan dari Universitas Hong Kong, Xu Guoqi, menjelaskan, ada perbedaan sikap Beijing ketika menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2008 dan Olimpiade Musim Dingin 2022. Pada 2008, China sedang membangun citra sebagai negara yang terbuka dan mudah diajak bekerja sama. Mereka ingin menampilkan yang terbaik kepada dunia.
”Sekarang, China sedang di atas angin mengingat mereka telah menjadi kekuatan ekonomi berkembang nomor satu di dunia. Mereka beranggapan opini publik terhadap negara mereka tidak perlu ditanggapi,” kata Xu. (AP/AFP/Reuters)