Krisis kemanusiaan di Afghanistan semakin parah dan rakyat Afghanistan terancam kelaparan di musim dingin. Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan dana bantuan kemanusiaan, terutama untuk pangan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Sejak jatuh kembali ke tangan kelompok Taliban, Agustus lalu, krisis kemanusiaan di Afghanistan semakin parah. Sedikitnya 22,8 juta jiwa atau lebih dari separuh penduduk Afghanistan yang mencapai 39 juta jiwa, termasuk anak-anak, terancam kerawanan pangan akut dan kelaparan.
Dua bulan lalu diprediksikan jumlah warga yang kelaparan ”hanya” 14 juta jiwa. Jumlah ini dikhawatirkan bertambah cepat karena ketiadaan dana bantuan pangan dan perekonomian kolaps.
Jika dunia tidak segera menyelamatkan Afghanistan dari ambang kehancuran, rakyat Afghanistan akan tewas karena kelaparan. Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) David Beasley, Senin (25/10/2021), mengimbau agar dunia segera mencairkan dana-dana khusus untuk bantuan kemanusiaan. ”Musim dingin tahun ini, rakyat Afghanistan dipaksa untuk memilih mengungsi atau lapar,” ujarnya.
Menurut pernyataan tertulis WFP dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), satu dari dua warga Afghanistan menghadapi krisis tahap ketiga atau kekurangan pangan hingga status darurat tahap keempat. Tahap keempat ini merupakan satu tahap sebelum kelaparan. Afghanistan yang sedang mencoba bangkit setelah porak poranda akibat perang selama 20 tahun akan menghadapi musim dingin terparah dalam 10 tahun terakhir.
Afghanistan terjerembap ke dalam krisis setelah kelompok Taliban mengusir pemerintahan Afghanistan yang didukung Barat. Akibatnya, para donor menahan bantuan ekonomi hingga miliaran dollar AS bagi Afghanistan. Padahal, perekonomian Afghanistan bergantung pada bantuan. Krisis pangan ini diperparah oleh perubahan iklim. Namun, sejatinya krisis pangan sudah parah di Afghanistan, bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa.
Kini, kondisinya semakin parah karena akses Taliban pada aset-aset di luar negeri diblokir. Pasalnya, banyak negara yang belum tahu bagaimana harus bersikap menghadapi Taliban.
”Prediksi kami, situasinya makin cepat parah. Tidak ada yang menduga Kabul akan tumbang dan perekonomian tumbang lebih cepat,” kata Beasley.
Dana yang dialokasikan untuk bantuan pembangunan sebaiknya digunakan kembali untuk bantuan kemanusiaan. Ini sudah dilakukan sejumlah negara. Pilihan lain, dana yang dibekukan bisa disalurkan melalui WFP. ”Dana-dana ini harus dicairkan supaya rakyat Afghanistan bisa bertahan hidup,” kata Beasley.
WFP membutuhkan dana hingga 220 juta dollar AS per bulan. Sebagian digunakan untuk memberikan bantuan pangan kepada 23 juta warga rentan menjelang musim dingin. Banyak warga Afghanistan yang sudah menjual barang-barang milik mereka hanya untuk membeli makanan.
Taliban tidak mampu membayar gaji pegawai negeri sipil. Masyarakat perkotaan menghadapi kerawanan pangan yang sama seperti masyarakat perdesaan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ribuan keluarga miskin juga dilaporkan mengungsi ke tempat-tempat pengungsian darurat di dekat kota-kota besar.
WFP dan FAO mengingatkan, dana bantuan untuk kemanusiaan tak memadai. FAO membutuhkan 11,4 juta dollar AS untuk dana darurat dan 200 juta dollar AS untuk musim pertanian pada 2022.
Komunitas internasional didorong bersama-sama untuk menangani krisis yang sudah di luar kendali ini. Untuk bisa tetap memberikan bantuan pangan, WFP menggunakan sumber dayanya sendiri hingga Desember mendatang karena sejumlah donor tidak memenuhi janji. Dengan tidak adanya alokasi dana dari pemerintah, dana mungkin harus diambilkan dari dana bantuan di negara lain.
Kelompok-kelompok pemberi bantuan mendorong berbagai pihak mengajak Taliban berdialog. Mereka khawatir situasi hak asasi manusia di Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban akan menyebabkan negara itu tumbang dan memicu krisis pengungsi, seperti eksodus warga Suriah tahun 2015 yang menggoyang Eropa. ”Saya kira para pemimpin dunia tidak menyadari krisis itu bisa terjadi,” kata Beasley merujuk pada krisis kemanusiaan di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Tengah.
Krisis kemanusiaan Afghanistan ini berskala lebih besar ketimbang krisis di Yaman atau Suriah, bahkan lebih parah dari Republik Demokratik Kongo. Ditanya soal krisis kemanusiaan ini, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan akan mencoba mengatasi situasi ini dan membantu rakyat.
Bantuan kemanusiaan pun sudah masuk dari sejumlah negara. ”Kami mencoba mengatur dan mendistribusikan bantuan makanan dan pakaian. Semua persoalan akan diselesaikan,” ujarnya. (REUTERS/AFP)