Salam Perpisahan dari Uni Eropa untuk Angela Merkel
Para pemimpin negara di Eropa memberikan penghormatan dan salam perpisahan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel. Eropa akan kehilangan pemimpin tangguh yang selalu bisa mencari solusi bagi persoalan yang dihadapi Eropa.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Para pemimpin negara-negara Eropa memberikan penghormatan dan salam perpisahan dengan tepuk tangan sambil berdiri (standing ovation) kepada Kanselir Jerman Angela Merkel dalam pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa, Jumat (22/10/2021). Ini adalah KTT terakhir yang dihadiri Merkel sebagai kanselir. Selama 16 tahun Merkel ikut membantu Uni Eropa menghadapi beragam persoalan dan melewati berbagai tantangan paling pelik dalam sejarah Eropa lewat 107 kali KTT Uni Eropa.
Tantangan pelik yang ikut ditangani Merkel termasuk krisis utang eurozone, gelombang pengungsi Suriah, Brexit, dan pembuatan dana pemulihan pandemi Uni Eropa (UE). ”Anda menjadi monumen bagi UE. KTT UE tanpa Angela bagaikan Roma tanpa Vatikan atau Paris tanpa Menara Eiffel,” kata tuan rumah KTT UE dan Kepala Dewan Eropa Charles Michel.
Merkel menyampaikan ucapan terima kasih kepada wartawan karena setia meliput KTT hingga bermalam-malam. Ia juga mengingatkan wartawan masih banyak tantangan yang dihadapi UE. ”Saya meninggalkan UE dari posisi dan tanggung jawab sebagai kanselir federal saat situasi Eropa sedang banyak persoalan yang belum selesai,” ujarnya.
Persoalan belum selesai yang dimaksud Merkel, antara lain, perselisihan isu migrasi, perekonomian UE, dan penegakan hukum di negara-negara Eropa. Perdana Menteri Luksemburg Xavier Bettel menyebut Merkel sebagai ”mesin kompromi” yang selalu bisa menemukan sesuatu yang menyatukan seluruh negara Eropa melalui negosiasi maraton intra-UE. ”Eropa pasti akan merindukannya,” ujarnya.
Kanselir Austria Alexander Schallenberg menilai Merkel warga Eropa yang luar biasa dan ahli perdamaian di dalam UE. Sepeninggal Merkel, UE pasti akan kehilangan karena posisinya seperti tak tergantikan.
Dalam KTT terakhirnya yang berlangsung selama dua hari di Brussels, Merkel masih menggunakan keterampilan kekuatan lunaknya untuk meredakan perselisihan antara Polandia dan UE. Polandia menolak tatanan hukum UE dan ini dikhawatirkan akan menjadi ancaman eksistensial baru bagi Eropa seperti halnya Brexit. Pada hari pertama, Kamis, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mempertahankan putusan Mahkamah Konstitusi Polandia pada 7 Oktober 2021 yang menyatakan undang-undang UE tak sesuai dengan konstitusi Polandia.
Merkel yang didukung Presiden Perancis Emmanuel Macron menghabiskan waktu, perhatian, dan tenaga cukup besar untuk mendorong dialog dengan Polandia. Ia mengingatkan adanya pertarungan hukum di pengadilan Eropa jika masalah ini meledak. Pesan Merkel itu diterima Komisi Eropa dan negara lain, seperti Belanda dan Belgia, yang menginginkan peringatan lebih keras pada Polandia.
Perseteruan Timur dan Barat menjadi tema berulang dalam masa jabatan Merkel. Peran mediasinya mencerminkan status Jerman sebagai kekuatan ekonomi UE dengan kekuasaan atas banyak negara bekas blok Soviet. Keanggotaan negara-negara ini dalam serikat memiringkan keseimbangan politik dari Perancis ke Jerman. Merkel juga kerap memakai taktik di balik layar sebelum kemudian memberikan solusi kompromi.
Dalam rekaman video yang diunggah di Twitter oleh Michel, mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menilai Merkel tokoh pemimpin langka yang mengutamakan prinsip dan tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri. Sampai sekarang, Jerman masih dalam proses menentukan pemerintahan dan mencari pengganti Merkel. (REUTERS/AFP/AP)