Pialang, manajer investasi, dan bank kustodian berpeluang untung besar dari pasar ETF kripto. Sementara pemilik dana belum jelas akan untung. Harga uang kripto bisa naik dan turun hingga 100 persen.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
AP PHOTO/VINCENT YU
Dalam foto pada Juni 2021 di Hong Kong ini terlihat iklan Bitcoin. Dalam perdagangan Rabu (20/10/2021) sore waktu New York, harga per unit Bitcoin menembus 66.364 dollar AS.
NEW YORK, KAMIS — Nilai Bitcoin, uang kripto dengan akumulasi nilai pasar terbesar, kembali mencatat rekor. Nilai tertinggi dicapai sehari setelah salah satu manajer investasi, ProShares, meluncurkan reksa dana beraset kripto di bursa saham New York pada Selasa (19/10/2021).
Dalam perdagangan Rabu (20/10/2021) sore waktu New York, harga per unit Bitcoin menembus 66.364 dollar AS. Pada April 2021, harga per unit Bitcoin hanya 64.895 dollar AS.
Sehari sebelum rekor baru itu tercetak, ProShares mulai memasarkan reksa dana yang dapat diperdagangkan (ETF) bernama BITO. Dalam 28 tahun sejak ETF pertama diluncurkan, baru kali ini ada yang dikaitkan dengan mata uang kripto.
ETF lain lazimnya dikaitkan dengan valuta asing, saham, hingga obligasi. Diluncurkan dengan harga 40,88 dollar AS per unit, BITO menyentuh 43,52 dollar AS per unit pada perdagangan Rabu.
ETF berbeda dengan reksa dana biasa. ETF dapat ditransaksikan berkali-kali dalam sehari dengan harga berbeda. Sementara reksa dana biasa hanya bisa ditransaksikan dengan satu harga setiap hari perdagangan.
AFP/MARVIN RECINOS
Seorang perempuan memegang poster bertuliskan ”Tidak untuk Bitcoin” saat mengikuti demonstrasi menentang peredaran Bitcoin di San Salvador, El Salvador, Selasa (7/9/2021).
Memang, BITO tidak secara langsung diinvestasikan ke uang kripto. ProShares menginvestasikan ke bursa berjangka terkait Bitcoin atau mata uang kripto lainnya. Hal ini membuat investor bisa menanamkan modalnya di pasar terkait mata uang kripto tanpa harus masuk langsung ke pasar yang amat rentan berubah harga itu.
Kerentanan ETF uang kripto melebihi kerentanan reksa dana pasar saham. Di kalangan investor, reksa dana pasar saham dikenal sebagai jenis reksa dana yang paling berpeluang melonjak harganya. Reksa dana jenis ini pula yang paling rentan anjlok. Sebab, reksa dana itu dikaitkan dengan harga saham yang sangat fluktuatif.
Sementara nilai mata uang kripto jauh lebih fluktuatif. Harga Bitcoin pernah menyentuh 64.895 dollar AS per unit pada April 2021, harganya anjlok di bawah 35.000 dollar AS per unit pada Mei, lalu merangkak lagi.
”Hal yang jelas, era ETF membuka peluang bagi Wall Street (sebutan umum untuk manajer investasi dan pelaku bursa di AS) mendapat uang dari Bitcoin dengan cara yang belum ada sebelumnya. Manajer aset, bank kustodian, dan pialang akan menang besar dari permainan ini. Sementara untuk investor, belum jelas akan untung atau tidak,” kata Ben Johnson, Direktur Riset ETF pada Morningstar.
Manajer Q9 Capital, James Quinn, menyebut bahwa peluncuran BITO amat penting bagi pasar Bitcoin dan pasar mata uang kripto secara umum. Di atas kertas, semua perusahaan pialang dan perantara perdagangan di bursa bisa masuk ke pasar mata uang kripto melalui BITO.
Hal itu bisa memicu kenaikan permintaan pada mata uang kripto. Analis pada Fairlead Strategies, Katie Stockton, menyebut bahwa harga Bitcoin dan mata uang kripto lain bisa terus melonjak karena permintaan itu. ”Ada ruang jangka panjang untuk kenaikan di masa mendatang,” katanya.
AP PHOTO/KIN CHEUNG
Dalam foto pada Juni 2021 di Hong Kong ini terlihat iklan Bitcoin. Dalam perdagangan Rabu (20/10/2021) sore waktu New York, harga per unit Bitcoin menembus 66.364 dollar AS.
Sementara analis pada Fundstrat, Tom Lee, malah menyebut harga Bitcoin bisa naik hampir tiga kali lipat dari harga saat ini. Kenaikan bisa terjadi dalam tiga tahun ke depan.
Minat
Analis pada DA Davidson, Gil Luria, mengatakan butuh banyak investasi untuk membuat pasar mata uang kripto lebih stabil. Sayangnya, peluang untuk hal itu tidak sampai 1 persen untuk saat ini. Sementara hingga lima tahun mendatang, peluangnya bisa jadi membaik. ”Untuk menarik lebih banyak dana, perlu lebih banyak orang terlibat,” katanya.
Memang, peminat pasar uang kripto terus meningkat. Dalam penelitian Citi Private Bank, hingga 23 persen manajer investasi yang mengelola keuangan para keluarga superkaya menyatakan berminat pada uang kripto. Sementara 25 persen lain masih mengumpulkan data lebih mendalam untuk mendukung investasi di mata uang kripto.
Investor berusaha mencari sarana investasi baru untuk pengembangan asetnya. Para pemilik modal dan manajer investasi ini menginginkan aset yang harganya tidak dipengaruhi aset lain. Sampai sekarang, belum jelas apa faktor yang memengaruhi harga mata uang kripto.
AFP/MARTIN BUREAU
Dalam foto pada April 2021 yang direkam di Paris, Perancis, ini terlihat tiruan bentuk Bitcoin. Dalam perdagangan Rabu (20/10/2021) sore waktu New York, harga per unit Bitcoin menembus 66.364 dollar AS.
Pemerintah di berbagai negara menyikapi mata uang kripto secara berbeda. Di China, pemerintah mulai melarang penambangan uang kripto karena sejumlah alasan.
Sementara Pemerintah Australia malah didesak menyusun aturan untuk menyikapi perkembangan pasar mata uang kripto. ”Australia perlu membuat aturan baru untuk penambang aset digital, seperti pemotongan pajak dan izin pertukaran mata uang kripto, agar bisa bersaing dengan Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat,” demikian laporan Senat Australia.
Ketua Komite Keuangan pada Senat Australia Andrew Bragg menyebut bahwa akomodasi peraturan itu memungkinkan Australia menarik pebisnis mata uang kripto sembari tetap punya kendali atas pasar itu. ”Komite merekomendasikan pemerintah untuk membuat kerangka kerja bagi masalah ini,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS)