Negara-negara penyumbang kasus Covid-19 terbanyak selama sepekan terakhir adalah Inggris, Rusia, dan Turki. Inggris enggan bersikap tegas menegakkan protokol kesehatan. Rusia lebih tegas menangani lonjakan kasus.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
LONDON, RABU — Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan kasus Covid-19 di penjuru dunia menurun akibat adanya berbagai pembatasan sosial. Akan tetapi, di Eropa, yang selama ini dianggap memiliki cakupan vaksinasi terbanyak, jumlah kasus positif justru meningkat 7 persen.
Secara total, sepekan terakhir di Eropa ada 2,7 juta kasus positif baru dan 46.000 kematian. Negara-negara penyumbang kasus terbanyak adalah Inggris, Rusia, dan Turki. Pemerintah setiap negara menanggapi dengan berbagai sikap. Ada yang menerapkan peraturan lebih ketat, ada juga yang menghindar dan bersikap seolah situasi aman terkendali.
Di Inggris, selama satu pekan terakhir terdapat rata-rata 40.000 kasus positif per hari. Padahal, sudah 66 persen penduduk negara ini yang divaksin lengkap. Himpunan dokter dan rumah sakit mengeluarkan peringatan kepada pemerintah agar mengambil langkah tegas. Apalagi, musim dingin akan segera datang dan risiko penurunan daya tahan tubuh meningkat. Jika tidak ada langkah tegas, rumah sakit akan terancam kewalahan menangani pasien.
”Pada Selasa saja ada 223 kematian akibat Covid-19. Pemerintah harus meminta rakyat kembali memakai masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan dengan sabun,” kata Penasihat Kesehatan Pemerintah Inggris Chris Whitty di London, Rabu (20/10/2021).
Ia juga meminta agar pemerintah segera mewajibkan vaksinasi bagi penduduk yang belum atau menolak divaksin. Selain itu, penyuntikan dosis penguat (booster) bagi kelompok rentan juga diharapkan segera dipercepat. Caranya bisa juga dengan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh dosis penguat berbayar.
Meski demikian, masukan dari Whitty tidak digubris pemerintah. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengutarakan tidak mau menyuruh masyarakat menerapkan protokol kesehatan, apalagi mengembalikan pembatasan sosial karena akan memukul perekonomian.
Perilaku serupa terjadi di Polandia. Negara berpenduduk 38 juta jiwa ini mengalami rata-rata 5.000 kasus positif per hari. Ini tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah rakyatnya. Sejauh ini sudah 50 persen penduduk yang menerima vaksinasi dosis lengkap.
”Kalau sikap kita terus begini, pekan depan jumlah rata-rata kasus harian pasti melonjak,” kata Menteri Kesehatan Polandia Adam Niedzielski, seperti dikutip kantor berita PAP.
Polandia juga dalam posisi sulit karena masih bersitegang dengan Uni Eropa (UE). Pasalnya, meskipun berstatus anggota, Polandia dinilai kerap tidak menjalankan nilai-nilai yang dianut oleh UE. Pemerintahan Polandia dikuasai kelompok sayap kanan sehingga cenderung antikemajemukan masyarakat. Isu kebebasan berpendapat, imigran, dan keragaman jender serta seksualitas banyak ditekan oleh pemerintah.
Komisi Eropa hingga kini belum mengegolkan permohonan bantuan pemulihan akibat Covid-19 untuk Polandia sebesar 57 miliar euro. Bantuan baru diberikan jika Pemerintah Polandia menandatangani perjanjian untuk taat kepada nilai-nilai UE. Syarat ini oleh Polandia dianggap ikut campur urusan dalam negeri mereka.
Pembatasan
Sementara Pemerintah Rusia lebih tegas. Rusia pekan ini mendapat 34.073 kasus baru dan 1.028 kematian akibat Covid-19. Presiden Vladimir Putin mengumumkan akan mewajibkan semua rakyatnya berkegiatan di rumah sepanjang 30 Oktober-7 November guna mengendalikan pandemi. Aturan ini berlaku bagi semua orang, termasuk kurir. Semua penduduk akan tetap menerima upah selama sepekan itu.
”Tunjukkan tanggung jawab kalian dan segera divaksin,” kata Putin dalam siaran televisi.
Baru 32 persen penduduk Rusia yang sudah divaksin lengkap. Mayoritas penduduk sangsi dengan vaksin atau sudah telanjur termakan hoaks vaksin lebih berbahaya daripada Covid-19. Di Moskwa, pemerintah kota mengumumkan semua warga berusia 60 tahun ke atas dan tidak divaksin wajib menjalani karantina selama empat bulan ke depan.
Institut Kesehatan Italia (IIS) menerbitkan hasil penelitian mereka mengenai vaksin Covid-19. Selama periode 1 Februari-5 Oktober, mereka mengkaji kematian akibat Covid-19 pada 171 korban yang divaksin dan 671 korban tidak divaksin.
Terungkap bahwa pada kelompok korban jiwa yang divaksin, usia rata-rata kematian adalah 85 tahun. Umumnya, para korban memiliki setidaknya lima penyakit bawaan. Penyakit yang membawa risiko terparah, antara lain, kanker, demensia, dan gangguan jantung. (Reuters/AP)