Pengunduran Diri Utusan Khusus untuk Afghanistan, Kegagalan Diplomasi AS
Pejabat dan mantan pejabat AS menyebut pengunduran diri Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad sebagai salah satu bentuk kegagalan diplomatik terbesar AS dalam sejarah.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad (70) telah mengundurkan diri. Tidak ada konfirmasi langsung darinya tentang alasan pengunduran dirinya. Namun, diduga karena kesepakatan antara Washington-Taliban di Doha, Februari 2020, berdampak tidak sesuai dengan harapan bagi perdamaian Afghanistan.
Informasi mengenai pengunduran diri Khalilzad disampaikan oleh Departemen Luar Negeri AS, Senin (18/10/2021), di Washington DC, AS. ”Saya mengucapkan terima kasih atas pengabdiannya selama beberapa dekade kepada rakyat Amerika,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengonfirmasi pengunduran diri Khalilzad.
Dalam suratnya kepada Menlu Blinken, Khalilzad mempertahankan capaian dalam tugasnya. Namun, ia juga mengaku bahwa capaiannya tidak sesuai dengan target. Dalam surat itu, Khalilzad juga menyebut dirinya ingin menepi selama ”fase baru kebijakan kita tentang Afghanistan”.
”Pembagian politik antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban tidak berjalan seperti yang dibayangkan. Alasannya terlalu rumit dan saya akan membagikan pemikiran saya dalam beberapa hari dan minggu mendatang, setelah meninggalkan dinas pemerintah,” tulis Khalilzad dalam surat itu, yang bertanggal Senin, seperti dilaporkan CNN.
Khalilzad akan digantikan oleh wakilnya, Thomas West, yang memimpin delegasi AS pada pertemuan dengan Taliban, awal Oktober lalu di Doha. Tidak dijelaskan kapan Khalilzad mundur. Namun, beberapa media mengutip keterangan pejabat senior AS yang menyebutkan, mantan Duta Besar AS untuk PBB, Afghanistan, dan Irak itu telah menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Senin, tetapi informasi tidak resmi telah bocor pada Jumat lalu.
Berita pengunduran diri Khalilzad pertama kali disiarkan oleh CNN pada Senin pagi. Disebutkan, pemerintahan Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan mengumumkan mundurnya Khalilzad. Beberapa jam kemudian Blinken secara resmi mengumumkannya dan mengonfirmasi secara resmi bahwa Khalilzad memang sudah menyampaikan surat soal pengunduran dirinya.
Namun, Deplu AS tidak menjelaskan alasan Khalilzad mundur. Hanya saja, dalam sepucuk surat kepada Blinken yang diperoleh CNN, Khalilzad mengatakan, inilah waktunya yang tepat untuk mengundurkan diri, yakni ”pada saat kita memasuki fase baru dalam kebijakan Afghanistan kita”.
Beberapa media gagal mendapat konfirmasi resmi dari Khalilzad. Dia adalah tokoh sentral di balik kesuksesn negosiasi damai Afghanistan antara AS dan Taliban di Doha, ibu kota Qatar, 29 Februari 2020. Perjanjian damai yang disebut Kesepakatan Doha, saat itu, diteken oleh Khalilzad dan Kepala Kantor Politik Taliban di Doha Abdul Ghani Baradar.
Pada bagian pertama Kesepakatan Doha disebutkan bahwa AS harus menarik penuh pasukannya dari Afghanistan. Hal yang sama dilakukan oleh sekutunya dan mitra koalisi, termasuk semua personel sipil non-diplomatik, kontraktor keamanan swasta, pelatih, penasihat, dan personel layanan pendukung dalam waktu 14 bulan setelah pakta kesepakatan diteken.
Komitmen AS diwujudkan dengan penarikan penuh pasukan asing, baik Amerika maupun sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), akhir Agustus 2021. Namun, banyak pejabat AS dan pengamat meyakini bahwa penarikan pasukan asing tersebut dilakukan dengan tergesa-gesa tanpa perencanaan yang matang sehingga berakhir dengan kekacauan.
Di bagian kedua Kesepakatan Doha disebut Taliban berkewajiban mencegah Afghanistan agar negara itu tidak dijadikan basis serangan baru terhadap AS oleh kelompok atau individu teroris mana pun. Tampaknya tidak ada indikasi atau parameter yang pasti bagaimana kepatuhan Taliban terhadap kesepakatan ini dapat diverifikasi.
Beberapa hal yang diharapkan Khalilzad tidak berjalan mulus dan berakhir dengan kekacauan. Penarikan pasukan AS dan asing lainnya telah memicu kekacauan luar biasa di Afghanistan. Bahkan, di tengah proses evakusi pasukan AS dan warga sipil lainnya di Bandara Kabul, terjadi ledakan yang menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 13 tentara AS, pada 26 Agustus 2021.
Khalilzad juga mengharapkan, pasca-penandatanganan Kesepakatan Doha dilanjutkan dengan negosiasi damai intra-Afghanistan, yakni antara pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat dan Taliban. Namun, faktanya berbeda. Negosiasi damai intra-Afghanistan berjalan tertatih-tatih hingga akhirnya mecet total.
Afghanistan pun kembali bergolak. Perang dan pertumpahan darah berlanjut. Pada akhirnya, Taliban kembali berkuasa setelah menggulingkan pemerintahan Ghani pada 15 Agustus lalu. Fakta-fakta itu diduga menjadi alasan Khalilzad mengundurkan diri karena tidak sesuai dengan peta jalan yang dirancangnya sebagai Utusan Khusus bagi Perdamaian Afghanistan.
Khalilzad pada awalnya berencana meninggalkan tugas pentingnya itu pada Mei lalu setelah Biden secara resmi mengumumkan penarikan penuh pasukan AS sebelum peringatan 20 tahun serangan 9/11 pada 11 September 2021. Namun, Khalilzad saat itu diminta untuk tetap bertahan dan menjalankan tugas khususnya itu.
Kegagalan diplomasi
Pejabat dan mantan pejabat AS mengatakan, pengunduran diri Khalilzad adalah wajah salah satu kegagalan diplomatik terbesar AS dalam sejarah. Dikatakan, diplomat senior AS itu tak memiliki pengaruh kepada Taliban, terus-menerus melemahkan Pemerintah Afghanistan, dan memiliki sedikit minat untuk mendengarkan sudut pandang yang berbeda di dalam Pemerintah AS.
Terlepas dari kritik, Khalilzad tetap bekerja meskipun ia melewatkan pertemuan tingkat tinggi pertama AS-Taliban pasca-penarikan di Doha, Qatar, awal Oktober ini. Dalam pertemuan saat itu, delegasi AS dipimpin oleh West, wakil Khalilzad. Ketidakhadiran tokoh kunci di balik diplomasi AS-Taliban saat itu memicu spekulasi bahwa dia telah mundur.
Khalilzad telah menjabat sebagai Utusan Khusus bagi Rekonsiliasi Afghanistan di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dan Biden sejak September 2018. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo saat itu membawa Khalilzad untuk memimpin negosiasi dengan Taliban dan Pemerintah Afghanistan, yang kemudian melahirkan Kesepakatan Doha.
Dalam wawancara dengan AP sebelumnya dan dalam surat pengunduran dirinya kali ini, Khalilzad mengatakan, kesepakatan yang dia negosiasikan telah mengondisikan penarikan terakhir pasukan AS. Taliban pun mesti melanjutkan pembicaraan damai yang serius dengan Pemerintah Afghanistan untuk mencapai kesepakatan politik berupa pembagian kekuasaan.
Khalilzad juga menyayangkan bahwa negosiasi intra-Afghanistan tidak berjalan atau macet total dan dampak penarikan pasukan AS tidak berjalan sesuai dengan rencana. Dalam suratnya kali ini, Khalilzad mengatakan, dirinya akan terus bekerja atas nama rakyat Afghanistan dan akan menawarkan pemikiran dan nasihatnya tentang apa yang salah di Afghanistan dan solusinya. (AFP/AP/REUTERS)