logo Kompas.id
InternasionalUang Kripto, Primadona Baru...
Iklan

Uang Kripto, Primadona Baru yang Punya Sisi Gelap terhadap Bumi

Penambangan uang kripto menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Penambangan juga menghasilkan sampah elektronik karena komputer harus terus diganti.

Oleh
kris mada
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Nt9o0nPSZI8is02rFmQ7Osr9XcA=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F833e77bd-d6da-4834-a13d-0e4eb15ef261_jpg.jpg
AP PHOTO/SALVADOR MELENDEZ

Gerai pangkas rambut memasang informasi ”Kami menerima Bitcoin” di etalase gerai di Santa Tecla, El Salvador, Sabtu (4/9/2021). Meski masih menimbulkan polemik dan protes warga, sejumlah pelaku usaha tertarik untuk mengunduh aplikasi dan menggunakan bitcoin sebagai pembayaran.

Pada Minggu (17/10/2021), setiap bitcoin setara dengan 61.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 858,4 juta. Uang kripto beberapa tahun terakhir menjelma menjadi primadona baru dalam investasi keuangan. Namun, di balik pertumbuhannya yang cepat, uang kripto menyimpan persoalan besar bagi lingkungan hidup.

Persoalan itu setidaknya berasal dari kegiatan penambangan bitcoin, yakni konsumsi listrik yang besar dan sampah elektronik yang banyak. Dalam hal konsumsi listrik, sejumlah riset menunjukkan, butuh listrik 91 terawatt-hours (TwH) per tahun untuk penambangan bitcoin saja. Butuh energi lebih banyak lagi untuk uang kripto lain, seperti ethereum, solana, XRP, litecoin, hingga dogecoin.

Editor:
laksanaas
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000