Indonesia-Malaysia Ingatkan Bantuan Kemanusiaan bagi Afghanistan
Indonesia dan Malaysia sama-sama menyerukan kepada komunitas global untuk membantu warga rentan di Afghanistan. Sejak Taliban menguasai Afghanistan per 15 Agustus 2021, hak-hak perempuan dan anak-anak makin tergerus.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Malaysia kembali mengajak komunitas internasional untuk terus membantu warga Afghanistan. Bantuan terutama diberikan kepada kelompok-kelompok rentan di negara itu. Sementara itu, Amerika Serikat setuju memberikan ganti rugi kepada keluarga korban salah sasaran pengeboman di Afghanistan.
Ajakan Indonesia-Malaysia disampaikan selepas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjamu Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah, Senin (18/10/2021), di Jakarta. ”Kami membahas sejumlah hal, termasuk isu-isu kawasan,” kata Retno.
Soal Afghanistan, Saifuddin mengajak komunitas internasional untuk senantiasa membantu kelompok rentan di Afghanistan. Komunitas internasional diajak, antara lain, terus membantu perempuan di Afghanistan.
Sejak Afghanistan kembali dikuasai Taliban per 15 Agustus 2021, hak-hak perempuan semakin tergerus. Sampai sekarang banyak siswi dilarang sekolah dan karyawati dilarang bekerja. Protes perempuan Afghanistan kerap ditanggapi Taliban dengan pemukulan. Di beberapa kota, milisi Taliban memukuli perempuan di tempat umum. Sebab, korban dinilai tidak mempraktikkan ajaran Islam menurut pemahaman Taliban.
Sementara itu, Pemerintah AS menawarkan tali asih kepada keluarga dari 10 warga Afghanistan yang tewas akibat operasi militer AS yang salah sasaran di kota Kabul, Agustus 2021. Zamari Ahmadi dan keluarganya, tujuh orang di antaranya anak-anak, tewas setelah mobil mereka dibom pesawat nirawak milik tentara AS pada Agustus 2021.
Awalnya tentara AS menyatakan bahwa mobil yang mereka sasar berisi anggota milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dengan bahan peledak yang hendak melancarkan teror. Belakangan militer AS mengakui salah sasaran.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby, menyatakan, telah ada pembicaraan dengan perwakilan keluarga Ahmadi dan bekas tempat kerjanya, Kamis (14/10/2021). Sebelum meninggal, Ahmadi bekerja untuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal California, AS. LSM bernama NEI itu fokus membantu penyediaan pangan bergizi bagi anak-anak Afghanistan.
Kirby mengatakan, pembicaraan pada Kamis tersebut menyepakati ganti rugi bagi keluarga Ahmadi. Pentagon juga akan membantu keluarga Ahmadi pindah ke AS. Dalam pertemuan itu Pentagon kembali mengakui bahwa Ahmadi dan keluarganya menjadi korban salah sasaran pengeboman.
Sampai sekarang tidak disebutkan jumlah ganti rugi yang akan diberikan AS kepada keluarga Ahmadi. Pada 2019 AS membayar ganti rugi kepada 71 warga sipil korban operasi militer AS dengan nilai paling besar 35.000 dollar AS.
Pada 2021, Kongres AS juga telah menyetujui Petagon membayar ganti rugi total hingga 3 juta dollar AS per tahun. Ganti rugi diberikan kepada korban yang rumah atau hartanya rusak atau keluarganya tewas gara-gara operasi militer AS. Pembayaran juga akan diberikan kepada para milisi atau aparat di Afghanistan dan Irak yang membantu tentara AS di sana.
Kakak Ahmadi, Emal, mengemukakan, salah seorang putrinya ikut menjadi korban tewas dalam pengeboman itu. ”Mereka semua tidak bersalah,” katanya, seraya mengaku lega karena akhirnya AS mengakui kesalahan dalam tragedi itu.
Anak Ahmadi, Samim, mengatakan, keluarga berharap Washington mau membantu keluarga mendiang hidup tenang. ”Orang Amerika tidak bisa menghidupkan lagi yang kami cintai. Namun, mereka (AS) bisa membawa kami dari sini,” ujarnya.
Ia khawatir sejak adanya penyelidikan atas kematian ayah dan sepupunya. Sebab, Ahmadi akan diketahui sebagai orang yang dulu bekerja bagi lembaga AS. Di Afghanistan saat ini orang-orang yang pernah bekerja untuk AS menjadi sasaran serangan berbagai pihak. Mereka dianggap sebagai pengkhianat sehingga diburu banyak orang. Oleh karena itu, keluarga mendiang berharap proses relokasi dari Afghanistan ke AS segera dilakukan.
Tragedi salah sasaran menewaskan 10 warga sipil itu bermula dari intelijen AS yang mengikuti mobil yang dikendarai Ahmadi. Setelah mengikuti beberapa jam, pesawat nirawak meluncurkan roket ke mobil itu.
Penyelidikan oleh The New York Times menunjukkan AS salah sasaran. Mobil Ahmadi terlibat mengangkut beban berat karena sedang diisi banyak botol air minum. Sementara ledakan keras terjadi karena bom AS meledak di dekat tangki gas. Akibatnya, ledakan tidak hanya berasal dari bom. (AFP/REUTERS)