PM Kishida Kirim Persembahan ke Kuil Yasukuni, Korsel Nyatakan Kekecewaan
Kuil Yasukuni di Chiyoda, Tokyo, sering memicu ketegangan antara Jepang dan China dan Korea Selatan. Dua negara tetangga ini melihat kuil tersebut sebagai simbol militerisme Jepang pada masa lalu.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
TOKYO, MINGGU — Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan dua menterinya, Minggu (17/10/2021), mengirim persembahan ke Kuil Yasukuni di Chiyoda, Tokyo. Kuil yang sering memicu ketegangan dengan China dan Korea Selatan itu merupakan tempat warga Jepang menghormati para korban perang. Namun, dua negara tetangganya itu menganggap kuil tersebut sebagai simbol militerisme Tokyo di masa lalu.
Kishida mengirim persembahan berupa pohon ”masakaki” atas namanya sebagai perdana menteri. Persembahan diberikan dalam rangka festival dua tahunan Kuil Yasukuni. Festival itu biasanya dirayakan pada setiap musim semi dan gugur. Dua menteri di kabinet Kishida juga melakukan hal yang sama.
Bagi Jepang, Kuil Yasukuni adalah tempat menghormati 2,5 juta korban perang, yang umumnya adalah warga Jepang, yang tewas sejak akhir abad ke-19. Kuil itu juga dibangun untuk menghormati para tokoh militer dan politik yang dihukum karena kejahatan perang oleh pengadilan internasional.
Pada awal tahun ini, tiga menteri Jepang memberikan penghormatan mereka di kuil yang sama untuk memperingati penyerahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Namun, seorang PM Jepang tidak pernah datang ke sana sejak 2013.
PM Jepang terakhir yang datang ke sana adalah Shinzo Abe. Kunjungan Abe ke kuil tersebut tidak saja memicu kemarahan dua tetangganya, Beijing dan Seoul, tetapi juga Jepang mendapat teguran diplomatik yang langka terjadi dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat.
Pendahulu Kishida, Yoshihide Suga, dilaporkan berziarah ke kuil itu pada hari Minggu ini, dan sempat ditayangkan sepintas di televisi NHK. Suga menghindari ziarah ke Yasukuni setelah 2012, saat menjadi juru bicara pemerintahan Abe. Seperti yang dilakukan Kishida saat ini, ketika menjadi PM Jepang, Suga hanya mengirim persembahan pohon ”masakaki”.
Suga mengatakan kepada wartawan bahwa dia mengunjungi kuil sebagai mantan perdana menteri. Itu dilakukan untuk ”menghormati roh-roh suci mereka yang mengorbankan hidupnya yang berharga untuk negara dan untuk berdoa agar semoga jiwa mereka beristirahat dalam damai”.
Kunjungan ke Kuil Yasukuni oleh pejabat pemerintah Jepang selalu membuat marah negara-negara yang menderita di tangan militer Jepang selama Perang Dunia II, khususnya Korsel dan China.
Kishida, yang menjadi PM Jepang pada 4 Oktober, menurut Kyodo News, tidak berencana mengunjungi kuil itu selama festival musim gugur berlangsung pada Minggu dan Senin.
Kekecewaan Korsel
Kantor berita Kyodo melaporkan, walau Kishida menahan diri untuk tidak mengunjungi kuil tersebut dan hanya mengirim persembahan pohon ”masakaki”, Seoul tetap menyatakan kekecewaannya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan, ada kekecewaan dan penyesalan mendalam atas langkah para pemimpin Jepang yang mengirim persembahan. Mereka juga mengadakan kunjungan berulang ke Kuil Yasukuni, demikian pernyataan Seoul, untuk memuliakan perang agresi Jepang di masa lalu dan mengabadikan penjahat perang.
”Pemerintah Korsel mendesak semua orang Jepang yang bertanggung jawab untuk menghadapi sejarah, memperlihatkan refleksi yang rendah hati dan refleksi yang tulus di masa lalu melalui tindakan,” kata juru bicara itu.
Kunjungan dua pejabat tinggi Jepang, yakni Menteri Pertahanan Nobuo Kishi dan Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Yasutoshi Nishimura, ke Kuil Yasukuni, awal Agustus 2021, juga memicu kontroversi. Pemerintah China dan Korsel memprotes Tokyo karena menilai kunjungan itu melukai perasaan warga dua negara itu.
Banyak orang Korsel sangat membenci Jepang karena pemerintahan kolonialnya pada tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea. Hubungan antara Seoul dan Tokyo memburuk dalam beberapa tahun terakhir di tengah perselisihan mengenai kompensasi bagi para pekerja Korea pada masa perang.
Ketegangan juga terjadi karena pelecehan sistematis terhadap ”perempuan penghibur” oleh militer Jepang selama perang, sebelumnya akhirnya Jepang kalah dalam Perang Dunia II. (AFP/AP/REUTERS)