PBB dan Sejumlah Negara Serukan Lebanon Damai dan Tenang
Sekjen PBB menegaskan lagi perlunya penyelidikan yang tidak memihak, menyeluruh, dan transparan atas ledakan di Pelabuhan Beirut. PM Lebanon Najib Mikati mengakui negaranya tengah dalam situasi sulit.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT — PBB dan sejumlah negara, Jumat (15/10/2021), mengecam kekerasan berdarah di Lebanon serta meminta para pihak menahan diri dan menghentikan kekerasan atau provokasi yang memperburuk situasi. Mereka juga berharap penyelidikan kasus ledakan di Pelabuhan Beirut tahun lalu berlanjut tanpa hambatan.
Tujuh orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya terluka dalam baku tembak di Beirut, ibu kota Lebanon, Kamis (14/10). Pengerahan massa dari kelompok Pasukan Lebanon (LF), sebuah partai Kristen, serta dari kelompok Hezbollah dan Gerakan Amal di tengah aksi protes terhadap penyelidikan ledakan diduga menjadi pemicu baku tembak itu.
Baku tembak terjadi di sepanjang bekas garis depan lokasi perang saudara tahun 1975-1990. Para korban adalah pendukung Hezbollah dan Gerakan Amal yang berunjuk rasa menuntut pencopotan Hakim Tarek Bitar. Bitar sedang memimpin penyelidikan atas kasus ledakan di Pelabuhan Beirut, 4 Agustus 2020, yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Pada Jumat, semua sekolah, bank, dan kantor pemerintah di seluruh Lebanon ditutup karena khawatir akan terjadinya gejolak susulan. Pemerintah menyerukan hari berkabung setelah baku tembak yang melibatkan senjata otomatis dan granat berpeluncur roket di jalan-jalan Beirut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan kepada semua pihak di Lebanon untuk segera menghentikan kekerasan dan menahan diri dari provokasi atau retorika yang menghasut. Menurut juru bicaranya, Stephane Dujarric, Guterres menegaskan lagi perlunya penyelidikan yang tidak memihak, menyeluruh, dan transparan atas ledakan di Pelabuhan Beirut.
Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Perancis, Rusia, Arab Saudi, Kuwait, dan Iran juga mengecam kekerasan yang mematikan itu. Washington mendesak para pihak di Lebanon agar segera meredakan ketegangan yang berpotensi memicu kembalinya konflik sektarian. ”Kami mendukung otoritas Lebanon yang menyerukan (semua pihak) untuk tenang dan seruan untuk meredakan ketegangan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, kepada wartawan.
”Masa depan demokrasi Lebanon bergantung pada kemampuan warganya untuk mengatasi masalah sulit dan percaya pada supremasi hukum," kata Price. "Hakim harus bebas dari kekerasan. Mereka harus bebas dari ancaman. Mereka harus bebas dari intimidasi, termasuk dari Hezbollah," katanya.
Kementerian Luar Negeri Rusia meminta semua pihak di Lebanon untuk menahan diri. ”Moskwa sangat prihatin akibat meningkatnya ketegangan politik di Lebanon,” kata kementerian. ”Kami meminta semua politisi Lebanon untuk menahan diri dan waspada.”
Moskwa berharap pemerintahan Perdana Menteri Lebanon yang baru, Najib Mikati, akan mampu mengatasi tantangan yang berbahaya dan sangat sulit. Dalam pernyataannya, Moskwa meminta Pemerintah Lebanon kembali menyelesaikan kasus penyelidikan ledakan di Pelabuhan Beirut yang sedang berjalan saat ini ”tanpa campur tangan eksternal”.
Iran, pendukung utama kelompok Hezbollah Lebanon, mengecam keras insiden pembunuhan para pengunjuk rasa di Beirut. Teheran menuduh peristiwa baku tembak itu sebagai hasutan yang didukung Israel, cuit Press TV, media Pemerintah Iran, di Twitter.
”Iran percaya bahwa rakyat, pemerintah, tentara, dan perlawanan di Lebanon akan berhasil mengatasi hasutan yang didukung oleh entitas Zionis,” kata kantor berita IRNA mengutip juru bicara Kemenlu Iran, Saeed Khatibzadeh.
Kemenlu Arab Saudi mengatakan, Riyadh mengikuti peristiwa di Lebanon dengan penuh perhatian dan berharap situasi sesegera mungkin kembali stabil. Riyadh mendambakan Lebanon yang aman dan damai dengan melarang kepemilikan dan penggunaan senjata di luar alat negara. Lebanon harus diperkuat demi kepentingan semua warga negara itu.
Hezbollah Iran dan Gerakan Amal menuduh LF, partai Kristen yang memiliki hubungan dekat dengan Arab Saudi, menyerang para pendukungnya saat demonstrasi. LF membantah terlibat dan mengecam kekerasan itu.
Sementara Kuwait meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon dan meminta mereka yang ingin mengunjungi Lebanon agar menunda perjalanan. Kedutaan Besar Kuwait di Beirut "menyerukan warga Kuwait di sana untuk berhati-hati, menjauh dari kekacauan dan gangguan keamanan di beberapa daerah, dan berdiam di rumah mereka mereka."
Penduduk di kawasan Tayouneh, Beirut, Jumat, membersihkan pecahan kaca dari jalanan di depan toko-toko dan gedung-gedung apartemen. Tentara menjaga pintu masuk ke kawasan yang menjadi pusat insiden baku tembak dan memasang barikade kawat berduri. Kelompok Hezbollah dan Gerakan Amal mengadakan pemakaman pada Jumat malam.
”Lebanon sedang mengalami fase sulit, tidak mudah. Kami seperti seorang pasien di depan ruang gawat darurat,” kata PM Mikati. Dia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan mendesak semua pihak ”agar tidak terseret ke dalam pertikaian sipil”. (AFP/AP/REUTERS)