Newton dan Mozart, Bukti Masalah Kejiwaan Bukan Hambatan
Mozart, Beethoven, dan Newton adalah sebagian genius yang punya riwayat masalah kejiwaan. Masalah kejiwaan tidak menjadi halangan para genius itu untuk berkarya dan memberikan sumbangsih penting kepada umat manusia.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Setiap kali penerima Nobel Ekonomi diumumkan, seperti pada 11 Oktober 2021, banyak orang mengingat John Forbes Nash. Matematikawan asal Amerika Serikat itu menderita skizoprenia saat mendalami berbagai persamaan dan teori bilangan.
Salah satu pemikirannya mengantar dia memperoleh Nobel Ekonomi 1994.
Nash, yang pensiun sebagai guru besar di Princeton University, menghabiskan belasan tahun untuk perawatan kesehatan jiwa.
Sebelum dan sesudah perawatan, ia meneliti berbagai persoalan matematika yang memberinya aneka penghargaan. Hadiah Nobel dan Takrim Abel, salah satu anugerah tertinggi di bidang matematika, adalah sebagian dari penghargaan yang diterimanya.
Masalah kejiwaan Nash dipelajari dan dibahas banyak pihak. Namun, tidak pernah benar-benar jelas mengapa ia sampai punya masalah itu. Sebagian menduga kejiwaannya kambuh lagi gara-gara kecewa setelah mengetahui matematikawan Italia, Ennio di Giorgi, lebih dulu menyelesaikan Persoalan Hilbert ke-19. Ada 23 persoalan Hilbert, yakni daftar perhitungan yang disusun matematikawan Jerman, David Hilbert.
Nash bukan satu-satunya orang pintar dengan masalah kejiwaan. Riset James Kaufman dari Yale University dan Connie Strong dari Stanford University menemukan kaitan antara kepintaran dan gangguan jiwa pada sebagian responden.
Kaufman meneliti hampir 2.000 penulis Amerika Serikat yang memenangi atau ikut seleksi penghargaan bergengsi. Hasilnya, pemenang cenderung punya masalah kejiwaan dibandingkan penulis yang kalah. Padahal, pemenang berarti punya karya lebih baik daripada yang kalah.
Adapun duet dokter jiwa asal Perancis, Philippe Huguelet dan Nader Perroud, menyimpulkan bahwa Wolfgang Amadeus Mozart mengalami masalah kejiwaan. Mereka meneliti sejumlah dokumen sebelum membuat kesimpulan itu dalam makalah yang diterbitkan pada 2005.
Sementara dalam artikel pada Agustus 2021, Andreas Erfurth menyimpulkan Ludwig van Beethoven juga punya masalah kejiwaan. Mozart dan Beethoven dikenal sebagai genius dalam musik klasik. Kedua komponis besar itu membuat karya yang masih didengar sampai sekarang karena sangat indah.
Pakar kejiwaan pada University of California, Dilip Veste, bersama sejumlah rekannya juga pernah meneliti salah seorang paling genius dalam sejarah manusia, yakni Isaac Newton. Veste dan rekannya menguatkan pendapat bahwa ilmuwan Inggris itu menderita gangguan jiwa setelah berusia di atas 50 tahun.
Sejumlah buku soal kehidupan Newton menggambarkan masalah itu.
Meski dikenal sebagai salah satu tokoh ilmu pasti, terutama fisika dan matematika, Newton juga disebut berusaha mencari Batu Bertuah. Salah satu risetnya menuliskan cara membuat batu itu. Kini, salinan catatan penelitian Newton soal cara pembuatan batu itu menjadi koleksi Yayasan Sejarah Kimia di Pasadena, California.
Kini, salinan catatan penelitian Newton soal cara pembuatan batu itu menjadi koleksi Yayasan Sejarah Kimia di Pasadena, California.
Newton bukan satu-satunya tokoh Inggris yang punya masalah kejiwaan. Charles Wilson alias Baron Moran, dokter pribadi Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, mendiagnosis Churchill punya masalah kejiwaan. Churcill disebut mengidap bipolar disorder, yakni gangguan kejiwaan yang membuat pengidapnya bisa mengalami perubahan emosi secara drastis dalam rentang waktu yang pendek.
Gangguan serupa dialami aktor Mel Gibson dan penyanyi Demi Lovato. Gibson mengakuinya lewat salah satu film dokumenter. Sementara Lovato mengaku setelah memutuskan masuk ke tempat rehabilitasi.
Lovato dan Gibson berusaha mengatasi masalah kejiwaannya. Seperti Nash, mereka juga tetap berkarya dan berprestasi. Mereka menjadi contoh, masalah kejiwaan bisa diatasi. Masalah kejiwaan juga bukan hambatan untuk terus berprestasi. (AFP/REUTERS/RAZ)