Jelang Musim Dingin, Eropa Berpacu dengan Krisis Energi
Kenaikan harga energi menjadi tantangan tersendiri bagi Eropa setelah berbulan-bulan mengalami ketidakstabilan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Rumah tangga miskin menjadi salah satu fokus kebijakan Uni Eropa.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BRUSSELS, RABU — Negara-negara di Eropa berpacu dengan waktu mengatasi krisis energi global menjelang tibanya musim dingin yang membutuhkan lebih banyak energi. Komisi Eropa menyarankan 27 negara anggota Uni Eropa untuk mengadopsi pemotongan pajak, bantuan negara, serta sejumlah langkah lain untuk membantu rumah tangga dan kalangan bisnis mengatasi dampak lonjakan harga energi.
Kenaikan harga energi menjadi tantangan tersendiri bagi Eropa setelah berbulan-bulan mengalami ketidakstabilan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Komisi Eropa menginginkan respons cepat dan bersama untuk mengurangi dampak kenaikan harga, terutama bagi penduduk miskin atau berpenghasilan rendah. ”Kenaikan harga energi global merupakan masalah serius bagi UE. Saat kita keluar dari pandemi dan memulai pemulihan ekonomi, penting untuk melindungi konsumen rentan dan mendukung perusahaan-perusahaan Eropa,” kata Komisioner Energi UE Kadri Simson.
Untuk membantu konsumen, Komisi Eropa mengusulkan agar negara-negara UE menawarkan bantuan bagi rumah tangga dengan sistem kupon, penangguhan pembayaran tagihan, atau pembayaran tagihan sebagian. Ini bisa didukung sepenuhnya oleh UE. Rekomendasi lainnya untuk pemerintah di tingkat nasional adalah perlindungan untuk menghindari pemutusan layanan, pemotongan tarif pajak, dan bantuan untuk perusahaan atau industri tertentu.
Komisi Eropa juga ingin melihat langkah-langkah jangka panjang untuk mempersiapkan UE menghadapi guncangan harga seperti saat ini. Komisi Eropa salah satunya menekankan percepatan investasi dalam sumber energi terbarukan dan pengembangan kapasitas penyimpanan energi. Para pejabat UE mengatakan blok tersebut secara keseluruhan saat ini memiliki kapasitas penyimpanan energi lebih dari 20 persen dari penggunaan gas tahunan. Namun, tidak semua negara anggota UE memiliki fasilitas penyimpanan.
Komisi Eropa salah satunya menekankan percepatan investasi dalam sumber energi terbarukan dan pengembangan kapasitas penyimpanan energi.
Komisi Eropa juga akan mempertimbangkan pengembangan program pengadaan bersama untuk cadangan gas, seperti diusulkan Spanyol. Hingga saat ini UE sangat bergantung pada gas impor, terutama dari Rusia.
Pejabat UE mengatakan, 20 negara anggota telah mengambil atau berencana mengambil tindakan untuk meringankan beban keuangan tambahan. Sebuah studi organisasi buruh yang dirilis bulan lalu menyebutkan, hampir 3 juta pekerja UE kekurangan uang untuk menyalakan pemanas di rumah. Para pemimpin UE akan membahas harga energi pada pertemuan puncak pada pekan depan.
Sejumlah analis memperkirakan lonjakan harga energi hanya bersifat sementara, tetapi berlangsung sepanjang musim dingin. Ini kontras dibandingkan harga yang sangat rendah pada tahun lalu. Alasan utama di balik lonjakan tajam harga energi adalah meningkatnya permintaan global, khususnya gas. Awal bulan ini, gas alam diperdagangkan hampir lima kali lebih tinggi dibandingkan posisi pada awal tahun.
Harga minyak dan gas naik tajam bulan lalu mendorong inflasi tahunan di 19 negara pengguna mata uang euro ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Gas alam adalah bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik sehingga harga gas yang tinggi mengakibatkan tagihan listrik tinggi. Secara umum UE percaya kenaikan harga energi saat ini harus mendorong blok tersebut mempercepat transisi dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan.
Krisis energi memunculkan kembali perdebatan tentang apakah UE harus mempromosikan proyek tenaga nuklir. Nuklir dinilai sebagai salah satu alternatif untuk mencapai kemandirian energi. Eropa dinilai memenuhi syarat mempromosikan tenaga nuklir sebagai energi alternatif, selaras dengan Kesepakatan Hijau Eropa. Ini dapat dialokasikan lewat anggaran pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Dua tahun lalu, para pemimpin UE sepakat, energi nuklir dapat menjadi bagian dari upaya UE menjadi kawasan netral karbon pada tahun 2050. Namun, UE belum memutuskan apakah proyek nuklir dapat dimasukkan dalam taksonomi, yakni sistem klasifikasi untuk menentukan kegiatan ekonomi yang memenuhi syarat dalam investasi berkelanjutan.
Perancis meminta tenaga nuklir dimasukkan dalam kerangka taksonomi pada akhir tahun. Paris memimpin tuntutan serupa bersama Bulgaria, Kroasia, Ceko, Finlandia, Hongaria, Polandia, Romania, Slowakia, dan Slovenia. Kelompok ini menghadapi tentangan keras dari Jerman dan empat negara lain yang menganggap tenaga nuklir tidak memenuhi syarat untuk pembiayaan hijau. Dasarnya adalah prinsip ”Jangan Membahayakan UE”. Prinsip ini untuk memastikan bahwa semua proyek yang dibiayai dana pemulihan pandemi tidak membahayakan tujuan lingkungan blok tersebut. (AP/AFP)