Jelang Natal, Kelangkaan Barang Menghantui Masyarakat Inggris
Menjelang Natal, masyarakat Inggris khawatir adanya kelangkaan barang. Ini berawal dari kurangnya jumlah pengemudi truk barang setelah Inggris keluar dari Uni Eropa.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
LONDON, RABU — Minimnya jumlah pengemudi truk barang menurut Pemerintah Inggris tidak berpengaruh kepada ketersediaan makanan, hiasan, dan hadiah Natal tahun ini. Oleh sebab itu, warga diimbau agar tidak perlu ramai-ramai memborong barang atau panic buying dan tetap menjadwalkan belanja Natal secara normal seperti tahun-tahun sebelumnya.
”Stok kue-kue, permen, mainan, dan berbagai kado Natal lain aman. Natal tahun ini tetap akan berjalan lancar seperti sebelumnya,” kata Ketua Partai Konservatif Inggris Oliver Dowden kepada media Sky di London, Rabu (13/10/2021).
Kecemasan masyarakat ini timbul ketika muncul kabar di media sosial bahwa kapal-kapal kontainer yang membawa barang-barang impor tidak merapat ke Pelabuhan Felixstowe, pelabuhan terbesar di Inggris. Sebanyak 36 persen produk ekspor dan impor Inggris keluar-masuk melalui pelabuhan itu.
Persoalan ini kemudian dikaitkan dengan kurangnya jumlah pengemudi truk barang di Inggris yang terjadi beberapa pekan terakhir. Pemahaman yang beredar kemudian adalah bahwa kapal-kapal tidak merapat ke Felixstowe karena Inggris kekurangan pengemudi truk barang sehingga stok berbagai komoditas menipis.
Namun, pemahaman ini diluruskan Dowden. Menurut dia, kapal tidak merapat ke Felixstowe karena barang sudah terlalu menumpuk di pelabuhan itu. Oleh karena itu, kapal-kapal pengangkut kontainer dialihkan ke pelabuhan-pelabuhan lain untuk bongkar. Adapun volume barang-barang yang masuk ke Inggris tetap stabil.
Penjelasan ini tidak menjawab kekhawatiran masyarakat tentang stok barang di retail yang berpotensi menipis. Sekalipun distribusi barang ke pelabuhan normal, jika distribusi barang ke retail-retail terganggu akibat kurangnya junmlah pengemudi truk, stok barang yang bisa diakses masyarakat tetap saja menipis.
Secara administrasi, Inggris resmi keluar dari Uni Eropa per 31 Januari 2020 setelah referendum per 23 Juni 2016. Implementasi lapangannya efektif per 1 Januari 2021. Akibatnya, berbagai jenis pekerjaan kerah biru yang didominasi orang-orang dari Eropa Timur banyak kehilangan tenaga kerja. Sebab, mereka tidak bisa memperpanjang visa kerja.
Selain itu, merujuk catatan Pemerintah Inggris, 1,4 juta pekerja dari negara-negara Eropa meninggalkan Inggris demi berkumpul dengan keluarganya saat pandemi Covid-19 melanda Eropa. Tak ada yang bisa memastikan apakah mereka akan kembali ke Inggris lagi atau tidak.
Asosiasi Angkutan Jalanan atau Road Haulage Association (RHA) Inggris menyatakan, butuh tambahan 100.000 pengemudi truk barang guna menjamin distribusi komoditas berjalan seperti biasa. Komoditas ini mulai dari bahan bakar minyak, tisu toilet, makanan kemasan, buah-buahan, mainan, hingga pakaian. RHA menganjurkan agar pemerintah menjadikan pengemudi truk sebagai pekerjaan prioritas sehingga bisa mempermudah perekrutan tenaga kerja dari Eropa.
Usulan tersebut ditolak oleh pemerintah yang didominasi Partai Konservatif. Mereka hanya mau mengeluarkan 5.000 visa sementara untuk pengemudi truk dari Eropa. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menuturkan, pemerintah mengampanyekan agar pekerjaan pengemudi truk dilakukan warga negara Inggris sendiri. Impor sopir justru akan melemahkan perekonomian Inggris.
Sejauh ini, harapan pemerintah terlihat cukup berpotensi. Pengelola Pusat Pengemudi Nasional atau National Driving Centre yang merupakan sekolah khusus belajar mengemudi truk kontainer, Laurence Bolton, mengungkapkan, ada peningkatan peserta kursus sebanyak 20 persen di tahun 2021.
Ada peningkatan peserta kursus sebanyak 20 persen di tahun 2021.
”Mereka merupakan orang-orang yang dirumahkan atau diberhentikan dari pekerjaan akibat pandemi. Jenis orang dan usianya bermacam-macam, bahkan ada mantan pilot juga,” ujar Bolton.
Terlepas latar belakang sosial, pendidikan, dan profesi sebelumnya, mereka semua harus mengikuti kursus dan lulus ujian untuk mengambil surat izin mengemudi truk. Ini adalah kendaraan beroda delapan hingga 20 sehingga hanya orang-orang dengan keterampilan khusus memadahi yang diizinkan mengoperasikannya. (REUTERS)