Tahir Kucurkan Rp 10 Miliar untuk Perempuan dan Anak-anak Afghanistan
Pengusaha Indonesia, Dato Sri Tahir, mengucurkan bantuan sebesar Rp 10 miliar untuk perempuan dan anak-anak di Afghanistan. Bantuan diserahkan melalui Unicef.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak-anak dan perempuan di Afghanistan menghadapi masa genting akibat akumulasi berbagai keadaan darurat. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak atau Unicef bahkan menganalisis, satu dari dua anak Afghanistan terpapar malnutrisi akut. Uluran tangan masyarakat global mendesak dibutuhkan untuk memastikan agar anak-anak dan perempuan segera dibantu.
Dari Indonesia, salah satu bantuan diberikan seorang pengusaha, yaitu Dato Sri Tahir dari Grup Mayapada. Pada Selasa (12/10/2021), ia menyerahkan sumbangan sebesar Rp 10 miliar kepada Perwakilan Unicef Indonesia Debora Comini yang akan diteruskan kepada Perwakilan Unicef Afghanistan Herve Ludovic de Lys.
Acara dihadiri Duta Besar Kolombia untuk Indonesia Juan Camilo Valencia Gonzalez sebagai sahabat Tahir. Dari Unicef, De Lys menyaksikan penyerahan sumbangan secara daring bersama Kepala Perwakilan Unicef Asia Selatan dan Thailand.
Comini menjelaskan, Unicef akan memperbanyak tim lapangan untuk merangkul masyarakat akar rumput di Afghanistan. Tim ini terdiri dari petugas Unicef dan pegiat dari lembaga swadaya masyarakat lokal. Mereka memiliki akses dan kepercayaan warga Afghanistan sehingga bisa datang hingga ke pelosok. ”Sejauh ini tidak ada penolakan dari Taliban karena ini murni misi kemanusiaan,” ujarnya.
Sebanyak 18 juta jiwa atau setara dengan setengah penduduk Afghanistan terancam krisis kelaparan. Kemarau panjang, gagal panen, pandemi Covid-19, dan baru-baru ini situasi politik—perebutan kekuasaan—mengakibatkan akses masyarakat terhadap pangan terkendala. Apalagi, musim dingin akan segera tiba. Tanpa ada bantuan langsung, anak-anak, ibu hamil, dan lansia dalam kondisi sangat rentan.
De Lys dalam sambutannya mengungkapkan terima kasih tidak hanya kepada Tahir, tetapi juga kepada masyarakat Indonesia yang menunjukkan kepedulian terhadap isu di Afghanistan. Ia menekankan bahwa sudah kewajiban moral manusia untuk membantu sesama. Bagi segelintir orang dengan akses kekuasaan dan kekayaan, konsep kepemimpinan adalah kemampuan untuk melihat segala permasalahan dari persepsi kemanusiaan demi menjadikan bumi tempat tinggal yang layak bagi semua.
”Tim di Afghanistan tidak akan melupakan jasa Bapak Tahir dan kami pastikan nama Bapak akan disampaikan kepada masyarakat agar mereka mengetahui orang yang telah menolong mereka,” tutur De Lys.
Filantropi
Tahir mengatakan, ia tidak bisa diam melihat situasi di Afghanistan. Berkembangnya teknologi digital membuat manusia semakin terhubung satu sama lain meskipun dipisahkan secara geografis. Satu kejadian di satu titik di bumi akan menggugah perasaan senasib di negara lain. Di Indonesia, suasana relatif lebih stabil meskipun dilanda pandemi.
”Memang kita tidak bisa mencari jalan keluar karena ini masalah poltik yang kompleks, tetapi setidaknya sebagai sesama manusia bisa saling membantu,” ujarnya.
Berdasarkan Indeks Kedermawanan Dunia (World Giving Index) 2021 yang diterbitkan Charities Aid Foundation, Indonesia merupakan negara paling dermawan di dunia. Indikatornya ialah masyarakat Indonesia gemar menyumbang ataupun terlibat dalam kegiatan kesukarelawanan.
Salah satu poin yang dipaparkan indeks tersebut ialah, selama pandemi Covid-19, di tengah segala jenis pembatasan sosial, orang Indonesia justru semakin giat melakukan kegiatan kerelawanan. Misalnya dengan membangun sistem pengawasan berbasis masyarakat di kampung-kampung. Sistem ini juga memastikan tidak ada warga yang kelaparan selama pandemi karena komunitasnya menanggung beban bersama-sama.
Tahir mengatakan, kedermawanan tidak diukur dari jumlah dana yang disumbang, tetapi dari kepedulian. ”Budaya Indonesia memang sangat spiritual dan masyarakatnya sangat memercayai gotong royong. Justru ini kedermawanan paling ampuh karena langsung menyasar ke perubahan di lingkungan tempat tinggal. Kalau nanti punya rezeki lebih, baru bisa membantu orang-orang di luar komunitas,” ujarnya.