Laporan Parlemen: Pemerintah Inggris Gagal Tangani Covid-19
Pemerintah Inggris dinilai gagal menangani pandemi Covid-19 karena lamban bertindak saat awal-awal pandemi tahun lalu. Seharusnya kebijakan menjaga jarak sosial, isolasi, dan penguncian segera diberlakukan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
AFP/OLI SCARFF
Siswa kelas 10 menyerahkan hasil tes Covid-19 yang diambil dari sampel hidung dan tenggorokan kepada staf medis di Gedung Olahraga Park Lane Academy di Halifax, Inggris, Rabu (17/3/2021). Siswa di Inggris akan menjalani tes Covid-19 tiga kali dalam dua minggu pertama mereka di sekolah. Setelah itu mereka akan diberikan dua tes setiap minggunya untuk digunakan di rumah.
LONDON, SELASA — Pemerintah Inggris dinilai gagal menangani pandemi Covid-19 karena lamban mengambil keputusan dan tindakan saat awal-awal pandemi tahun lalu. Pemerintah tidak segera memberlakukan kebijakan pembatasan atau penguncian wilayah. Akibatnya, banyak korban jatuh. Ini merupakan kegagalan pemerintah dalam urusan kesehatan masyarakat, paling parah, sepanjang sejarah Inggris.
Kesimpulan itu merupakan hasil laporan parlemen Inggris yang dipublikasikan, Selasa (12/10/2021). Sekelompok anggota parlemen lintas partai menemukan bahwa perencanaan penanganan pandemi oleh pemerintah terlalu fokus pada Covid-19 yang terjadi saat itu saja. Mereka tidak mengambil pelajaran dari wabah SARS, MERS, dan ebola yang sudah pernah terjadi sebelumnya.
Laporan setebal 151 halaman itu dipublikasikan dua komite pemantau parlemen. Laporan tersebut dibuat setelah selama berbulan-bulan mendengarkan informasi dan penjelasan dari berbagai pihak. Laporan ini juga dipublikasikan menjelang penyelidikan publik independen pada tahun depan mengenai cara pemerintah menangani pandemi Covid-19.
AFP/OLI SCARFF
Warga berjalan melewati sebuah grafiti di Manchester, Inggris, Senin (15/2/2021). Pemerintah Inggris memilih berhati-hati melonggarkan pembatasan ketat dalam pencegahan Covid-19.
Inggris termasuk negara yang paling parah terdampak Covid-19 dengan 138.000 orang yang tewas sejak Maret tahun lalu. Jumlah ini termasuk salah satu yang tertinggi di Eropa. Selama ini banyak pihak mempertanyakan situasi Inggris, yang lebih parah ketimbang negara-negara lain. Sejumlah anggota parlemen menilai pemerintah menunggu terlalu lama untuk memberlakukan kebijakan pembatasan dan penguncian pada awal 2020.
Para penasihat pemerintah selama ini menyarankan pemerintah untuk mengambil kebijakan secara bertahap, seperti menjaga jarak fisik dan sosial, isolasi, dan pembatasan serta penguncian wilayah. Pendekatan itu dinilai keliru karena lamban sehingga membuat jumlah kematian melonjak. Pendekatan lain, seperti memindahkan—terlalu dini—orang berusia lanjut dari rumah sakit ke panti jompo juga menyebabkan kematian.
”Keputusan penguncian dan menjaga jarak fisik dan sosial selama pekan-pekan awal pandemi dan kebijakan setelah itu merupakan kegagalan terparah (dalam pengelolaan) kesehatan masyarakat yang pernah kita alami sepanjang sejarah,” tulis laporan itu.
AFP/PAUL ELLIS
Pengunjung bersantai di bangku di dermaga tengah di Blackpool, barat laut Inggris, Sabtu (4/9/2021).
Pemerintah Inggris juga dinilai terlalu lamban untuk mulai mengisolasi warga yang terinfeksi Covid-19. Pemerintah juga keliru dalam mengimplementasikan kebijakan pengendalian perbatasan, terutama terhadap negara-negara yang memiliki banyak kasus Covid-19. Pasalnya, pada waktu itu, sebagian besar kasus Covid-19 di Inggris berasal dari Perancis dan Spanyol.
Perencanaan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 dinilai terlalu sempit dan tidak fleksibel dengan perkembangan Covid-19. Ini terjadi, salah satunya, karena para penasihat pemerintah dan menteri hanya berpikir sendiri-sendiri.
Anggota parlemen dari kelompok konservatif, Jeremy Hunt, yang juga mantan menteri kesehatan menilai pemerintah gagal mempraktikkan pengalaman Korea Selatan dan Taiwan yang sudah lebih dulu dilanda pandemi Covid-19. Padahal, kedua negara itu terbukti bisa dengan cepat melakukan tes Covid-19 dan pelacakan kontak secara masif.
Negara-negara Asia Timur yang sudah memiliki pengalaman dengan SARS dan MERS sebelumnya terbukti berhasil melakukan tindakan terbaik saat awal-awal pandemi. ”Kita selalu seperti harus berlari mengatasi ketertinggalan,” kata Hunt kepada BBC.
PA VIA AP/STEVE PARSONS
Penumpang pesawat tiba di salah satu hotel untuk menjalani karantina selama 10 hari setelah tiba di Bandara Heathrow, London, Senin (15/2/2021). Kewajiban karantina tersebut dilakukan Pemerintah Inggris untuk mencegah masuknya varian baru virus korona sehingga tidak mengganggu vaksinasi yang saat ini sedang dilakukan.
Tim panel penyelidikan penanganan pemerintah itu juga mengambil bukti dari serangkaian data, termasuk dari mantan kepala penasihat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Dominic Cummings, yang menyikapi secara kritis penanganan pandemi Covid-19. Penyelidikan mengenai cara penanganan Pemerintah Inggris ini akan dilanjutkan agar bisa menjadi pelajaran di masa mendatang.
Menanggapi laporan baru dari parlemen itu, menteri kantor kabinet, Steve Barclay, juga mengingatkan anggota parlemen yang memuji program vaksinasi Inggris. ”Kalau ada pelajaran yang bisa diambil, kita bersedia melakukannya,” ujarnya kepada Sky News.
Ia tak mau meminta maaf karena pemerintah selama ini dinilainya sudah melakukan yang terbaik dan mengikuti semua saran ilmiah yang sudah diberikan.
”Memang ada perdebatan sengit dalam pemerintahan dengan kalangan ilmuwan. Wajar, karena pandemi ini belum pernah terjadi sebelumnya sehingga para ilmuwan sendiri belum tahu pasti apa yang dihadapi dan pengetahuannya berkembang terus,” kata Barclay. (AFP)