Taliban Tolak Ajakan Kerja Sama AS Dalam Penanggulangan Terorisme
Delegasi Amerika Serikat dan Taliban bertemu di Doha, Qatar, Minggu (10/10/2021). Ini merupakan pertemuan perdana sejak Amerika Serikat keluar dari Afganistan. Beberapa isu utama, keduanya belum menemukan titik temu.
Oleh
FX Laksana Agung Saputra
·3 menit baca
DOHA, MINGGU - Taliban menolak ajakan kerja sama Amerika Serikat dalam penanggulangan terorisme di Afghanistan. Sementara AS juga tidak memberi jawaban langsung soal permintaan pembukaan blokir dana simpanan Bank Sentral Afghanistan.
Pejabat senior Taliban dan perwakilan pemerintah AS bertemu akhir pekan lalu di Doha, Qatar. Pejabat dari pihak masing-masing mengungkapkan sejumlah isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut, termasuk penanggulangan terorisme dan evakuasi warga.
Taliban mengisyaratkan fleksibilitas dalam hal evakuasi. Namun, juru bicara politik Taliban, Suhail Shaheen, kepada Associated Press, menyatakan, tidak akan ada kerja sama dengan Washington dalam membendung kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam. ”Kami mampu mengatasi Daesh (akronim Negara Islam dalam bahasa Arab) secara mandiri,” kata Shaheen.
Perjanjian AS-Taliban tahun 2020, yang dinegosiasikan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, menuntut agar Taliban memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok teroris dan menjamin Afghanistan tidak akan lagi menampung teroris yang dapat menyerang Washington dan sekutunya.
Belakangan, kelompok Negara Islam semakin aktif melancarkan serangan di Afghanistan. Kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan baru-baru ini, termasuk bom bunuh diri pada Jumat pekan lalu yang menewaskan 46 orang minoritas Muslim Syiah dan melukai puluhan lainnya saat shalat di sebuah masjid di utara kota Kunduz.
Kelompok Negara Islam yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu mengidentifikasi pengebom sebagai Muslim Uighur. Target serangan adalah kaum Syiah dan Taliban karena kesediaan mereka mengusir warga Uighur untuk memenuhi tuntutan China.
Wakil Direktur Program Asia di Wilson Center, yang berbasis di AS, Michael Kugelman berpendapat, serangan itu bisa menjadi pertanda bahwa akan ada lebih banyak lagi kekerasan di Afghanistan. Sebagian besar pejuang Uighur adalah anggota Gerakan Islam Turkestan Timur, yang telah menemukan tempat berlindung yang aman di wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan selama beberapa dekade.
”Jika klaim itu benar, kekhawatiran China tentang terorisme di (Afghanistan), yang diklaim Taliban dapat diterima, akan meningkat,” cuit Kugelman.
Kelompok Negara Islam telah melakukan serangan tanpa henti terhadap Syiah di Afghanistan sejak muncul di negara itu pada 2014. Kelompok itu juga dipandang sebagai kelompok teror yang menimbulkan ancaman terbesar bagi AS.
Merujuk Al Jazeera, Menteri Luar Negeri, yang ditunjuk Taliban untuk Afghanistan, Ameer Khan Muttaqi menyatakan, Taliban dalam pertemuan di Doha meminta AS mencairkan cadangan dana Bank Sentral Afghanistan. Namun, tidak ada tanggapan langsung dari AS.
Alotnya pertemuan AS-Taliban di Doha itu terjadi setelah pertemuan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dengan pejabat Pemerintah Pakistan di Islamabad, Pakistan, selama dua hari.
Pakistan mendorong AS untuk terlibat dengan Taliban dan mengalirkan dana bantuan dari lembaga-lembaga keuangan internasional untuk mencegah krisis ekonomi. Pakistan juga meminta Taliban lebih inklusif serta memperhatikan hak asasi manusia dan kelompok minoritas, etnis, ataupun agama.
Pertemuan di Doha merupakan pertemuan pertama sejak AS keluar dari Afghanistan per 15 Agustus. AS menegaskan, pertemuan itu bukan bentuk awal dari pengakuan AS kepada Taliban. (AP/LAS)