Tantangan Indonesia di Dubai Expo
Dubai Expo menjadi panggung semua perusahaan dengan berbagai produknya dari seluruh dunia untuk berinteraksi dan berkomunikasi langsung dalam upaya menjajaki peluang satu sama lain.
Uni Emirat Arab menggelar perhelatan ekonomi terbesar dalam dekade terakhir ini yang disebut Dubai Expo.
Kota Dubai memang sudah terkenal sebagai kota yang selalu berambisi membuat sesuatu yang terbesar atau termewah di muka bumi ini. Hotel termewah di dunia saat ini berada di kota Dubai, yaitu Hotel Burj al-Khalifa yang disebut sebagai hotel bintang tujuh.
Maskapai penerbangan Emirates Airlines yang berbasis di Dubai saat ini merupakan maskapai penerbangan terbesar di dunia dengan 269 armada pesawat.
Bandar Udara Internasional Dubai juga dikenal sebagai bandara tersibuk di dunia. Pada 2017, Bandara Internasional Dubai tercatat menjadi tempat persinggahan 88 juta penumpang, 2,65 juta ton kargo dengan gerakan 409.493 pesawat penumpang dan kargo.
Pelabuhan Jebel Ali di Dubai merupakan pelabuhan tersibuk pula dengan rata-rata menerima 13,6 juta kontainer per tahun. Dubai Expo pun tidak tanggung-tanggung digelar dengan partisipasi 192 negara dan berlangsung dalam kurun terlama, yaitu sekitar 6 bulan, mulai 1 Oktober 2021 hingga 31 Maret 2022. Perhelatan ini berlangsung di area sangat luas, yakni sekitar 438 hektar.
Menurut Dubes RI untuk UEA Husin Bagis, dalam wawancara dengan Kompas secara virtual pada Kamis (23/9/2021), Dubai Expo menarget kunjungan 25 juta orang selama 6 bulan penyelenggaraan ekspo tersebut dari 1 Oktober 2021 hingga 31 Maret 2022.
Dubes Husin Bagis menegaskan, Indonesia akan hadir di Dubai Expo dan menarget 10 persen atau 2,5 juta orang yang berkunjung ke Paviliun Indonesia di Dubai Expo. Berdasarkan pernyataan Dubes RI untuk UEA tersebut, dengan demikian, Indonesia punya target besar yang ingin dicapai dalam forum ekspo tersebut, yakni bisa berkontribusi menaikkan neraca perdagangan Indonesia-UEA yang masih harus terus ditingkatkan.
Neraca perdagangan Indonesia-UEA tahun 2020, menurut Husin Bagis, tercatat 2,92 miliar dollar AS, menurun dibandingkan dengan neraca perdagangan Indonesia-UEA tahun 2019 yang mencapai 3,65 miliar dollar AS. Keterangan pers Kementerian Perdagangan RI yang diterima Kompas menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia-UEA periode Januari-Juni 2021 tercatat sebanyak 1,85 miliar dollar AS.
Baca Juga: Dubai Unjuk Kebanggaan sebagai Pusat Penghubung di Kawasan
Ekspor Indonesia ke UEA pada periode yang sama tersebut sebesar 852,26 juta dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari UEA pada periode yang sama sebesar 1 miliar dollar AS.
Indonesia dalam forum Dubai Expo tentu tidak hanya menarget peningkatan hubungan bilateral perdagangan Indonesia-UEA, tetapi juga meningkatkan potensi Indonesia di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata ke seluruh dunia. Hal itu selaras dengan tema yang diusung Indonesia dalam forum Dubai Expo, yaitu ”Creating the Future, From Indonesia to The World”.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, keikutsertaan Indonesia dalam Dubai Expo merupakan kesempatan emas untuk mempromosikan seluruh potensi perdagangan, peluang investasi, dan pariwisata ke kancah dunia.
Dalam upaya mencapai target besar tersebut, Indonesia membangun paviliun dalam bentuk miniatur Tanah Air yang menempati lahan seluas 1.860 meter di Dubai Expo.
Keterangan pers kementerian perdagangan menyebut, Paviliun Indonesia akan memamerkan lebih dari 300 produk UMKM yang siap diekspor, seperti kerajinan tangan, interior, tekstil, produk mode, rempah-rempah, kelapa sawit dan turunannya, serta produk kuliner.
Selama 6 bulan penyelenggaraan Dubai Expo, Paviliun Indonesia akan menghadirkan 26 tema mingguan dan lebih dari 75 forum bisnis yang didukung oleh 22 kementerian dan lembaga serta 8 pemerintah provinsi.
Husin Bagis juga memberikan sorotan khusus kepada UMKM agar bisa bersaing di pasar Dubai. ”Dubai adalah hub untuk Asia, Timur Tengah dan Afrika. Namun, margin kecil di Dubai karena persaingan tinggi. Apa saja bisa dijual di Dubai asalkan harga dan kualitas bersaing. Maka, perlu ada pembinaan atas pengusaha dan produk Indonesia, khususnya UMKM di Indonesia, agar bisa bersaing di Dubai,” tuturnya.
Sejalan dengan kebijakan kementerian perdagangan yang cenderung ingin memberi kesempatan kepada produk UMKM agar mendunia, Direktur Pelaksana Dubai Expo yang juga Menteri Kerja Sama Internasional UEA Reem al-Hashimi dalam wawancara dengan harian Asharq Al-Awsat edisi 29 September 2021 menegaskan, Dubai Expo lebih memberi fokus perhatian kepada sektor UMKM karena peran penting sektor ini dalam membantu pertumbuhan ekonomi dan terciptanya lapangan kerja.
Ia mengungkapkan, Dubai Expo mengalokasikan 20 persen anggarannya untuk pengembangan sektor UMKM yang akan menjadi pilar bagi pembangunan masa depan UEA dan kawasan Timur Tengah.
Al-Hashimi menyampaikan pula, Dubai Expo menjadi panggung semua perusahaan dengan berbagai produknya dari seluruh dunia untuk berinteraksi dan berkomunikasi langsung dalam upaya menjajaki peluang satu sama lain.
Maka, isu UMKM dalam forum Dubai Expo sesungguhnya menjadi isu sentral dan menjadi target utama pengembangan forum expo tersebut. Ini tentu sangat menguntungkan Indonesia karena UMKM merupakan pilar inti perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia tahun 2017, UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99 persen (62,9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia. Pangsa usaha besar di Indonesia hanya sebanyak 0.01 persen atau sekitar 5.400 unit.
Usaha mikro menyerap sekitar 107,2 juta tenaga kerja (89,2 persen), usaha kecil 5,7 juta (4,74 persen), dan usaha menengah 3,73 juta (3,11 persen). Secara gabungan, UMKM menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja, sementara usaha besar menyerap sekitar 3,58 juta atau 3 persen tenaga kerja.
Hasil survei dari berbagai lembaga (BPS, Bappenas, dan Bank Dunia) menunjukkan bahwa pandemi ini menyebabkan banyak UMKM kesulitan melunasi pinjaman serta membayar tagihan listrik, gas, dan gaji karyawan. Bahkan, sebagian UMKM sampai harus melakukan pemutusan hubungan kerja.
Menurut rilis Katadata Insight Center (KIC), mayoritas UMKM (82,9 persen) merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan sebagian kecil (5,9 persen) yang mengalami pertumbuhan positif. Forum Dubai Expo ini adalah peluang emas bagi UMKM untuk dijadikan titik tolak agar bangkit kembali di tengah pandemi saat ini.