Israel memanfaatkan perang Azerbaijan-Armenia tahun 2020 untuk hadir secara militer dan intelijen di Azerbaijan. Iran mencium manuver itu. September lalu, Iran menggelar latihan militer di dekat perbatasan Azerbaijan.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Azerbaijan, negeri di kawasan Kaukasus dengan penduduk sekitar 10 juta jiwa, kini menjadi ajang pertarungan baru antara Iran dan Israel. Pertarungan militer dan intelijen dua negara musuh bebuyutan itu, yang semakin sengit di berbagai front dalam beberapa tahun terakhir ini, seperti di Suriah, Laut Tengah, Laut Merah, dan Teluk Persia, turut berandil mengobarkan pertarungan mereka ke kawasan Kaukasus.
Iran dan Israel segera melihat pecahnya perang baru Azerbaijan-Armenia soal wilayah Nagorno-Karabakh pada 27 September-10 November 2020 dengan persepsi baru bahwa konflik itu dipandang sebagai bagian dari perang proksi Iran-Israel. Israel membantu suplai militer dan informasi intelijen kepada Azerbaijan. Sebaliknya Iran membantu Armenia.
Berkat bantuan Israel plus Turki, Azerbaijan memenangi perang dan menguasai kembali secara penuh wilayah Nagorno-Karabakh. Sebelumnya, sebagian besar wilayah tersebut diduduki Armenia.
Hubungan Israel-Azerbaijan selama ini sudah dikenal sangat kuat. Israel adalah negara kedua setelah Turki yang mengakui Azerbaijan pasca-lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991. Israel-Azerbaijan kemudian menjalin hubungan diplomatik pada 7 April 1992.
Pada tahun 1990-an, Israel melihat Azerbaijan sebagai negara biasa saja dalam kaca mata nilai geopolitik. Namun, pada era tahun 2000-an, persisnya setelah diketahui Iran mempunyai program nuklir dan dituduh berambisi memiliki senjata nuklir, Israel melihat berbeda atas negeri Azerbaijan. Sejak itu, Israel melihat Azerbaijan memiliki nilai geopolitik sangat strategis lantaran berbatasan langsung dengan Iran.
Momentum perang Azerbaijan-Armenia pada tahun 2020 segera dimanfaatkan oleh Israel untuk dapat hadir semakin kuat, baik secara militer maupun intelijen di Azerbaijan. Israel menginginkan Azerbaijan sebagai akses baru untuk jalur mata-mata mereka secara langsung terhadap Iran. Israel memosisikan Baku secara geopolitik menjadi bagian dari lingkaran loyalis Israel untuk mengepung Iran.
Iran segera membaca manuver Israel di Azerbaijan tersebut. Ini yang membuat hubungan Iran-Azerbaijan terus memburuk pasca perang Azerbaijan-Armenia tahun 2020.
Pada akhir September lalu, Iran menggelar latihan militer besar-besaran di dekat perbatasan Iran-Azerbaijan. Azerbaijan menuduh Iran mengobarkan provokasi. Otoritas Azerbaijan, seperti dilansir kantor berita Iran, Tasnim, menutup kantor perwakilan Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei dan sebuah masjid di Baku, ibu kota Azerbaijan.
Iran, seperti dilansir kantor berita Rusia, Sputnik, membalas dengan menutup teritorial udaranya bagi pesawat tempur Azerbaijan yang hendak mengangkut logistik ke wilayah Nakhichevan, wilayah Azerbaijan yang berada di antara wilayah Armenia dan Iran.
Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian, dan Menlu Armenia, Ararat Mirzoyan, dalam konferensi pers di Teheran, Senin (4/10/2021), menyampaikan kecemasan mereka atas kehadiran Israel yang semakin kuat di Azerbaijan. Dua hari kemudian, Amir-Abdollahian, menemui Menlu Rusia, Sergey Lavrov, di Moskwa untuk membahas situasi panas di kawasan Kaukasus. Iran dan Rusia sama-masa pendukung Armenia di Kaukasus.
Kepada Lavrov, Amir-Abdollahian menyampaikan bahwa Iran menolak keras kehadiran Israel di Kaukasus dan memandangnya sebagai pihak asing yang turut memperkeruh situasi di kawasan itu. Rusia-Iran sepakat ingin menurunkan ketegangan di kawasan Kaukasus dan berinisiatif menggelar dialog 3 + 3, yaitu tiga negara di Kaukasus (Armenia, Azerbaijan, dan Georgia) dan tiga negara tetangga kawasan Kaukasus, yaitu Turki, Iran, dan Rusia.