AS akan tetap berusaha berkomunikasi dengan China, mengakui Beijing dalam kebijakan satu China, serta berharap persoalan Taiwan diselesaikan secara damai.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Amerika Serikat dan China sepakat menjaga komunikasi. Presiden kedua negara juga akan bertemu secara virtual dalam waktu dekat. Washington menegaskan akan tetap menghormati kebijakan Satu China.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, teknis pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sedang diatur. ”Hasil akhir (pengaturan) belum kami ketahui,” ujarnya, Rabu (6/10/2021) siang waktu Washington atau Kamis dini hari WIB.
Seorang pejabat AS yang menolak namanya diungkap menyebut pertemuan itu atas permintaan Biden. Awalnya, pertemuan diharapkan terjadi pada akhir Oktober di Roma, Italia, atau awal November di Glasgow, Inggris. Pada 30-31 Oktober 2021, di Roma akan berlangsung pertemuan pemimpin G-20. Sementara pada awal November 2021 di Glasgow akan berlangsung Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim. Xi dipastikan tidak menghadiri kedua pertemuan itu. Karena itu, pertemuan langsung Biden-Xi tidak mungkin terjadi.
Selanjutnya, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu Kepala Kebijakan Luar Negeri pada Politbiro Partai Komunis China Yang Jiechi di Zurich, Swiss, pada Rabu siang. Pertemuan itu menindaklanjuti telepon Biden ke Xi pada 9 September 2021. ”Kami sepakat akan ada pertemuan bilateral secara virtual sebelum akhir tahun,” kata pejabat AS itu.
Pertemuan di Zurich digambarkan lebih baik dibandingkan pertemuan di Alaska. Pada Maret 2021, Sullivan-Yang serta Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menlu China Wang Yi bertemu untuk pertama kalinya. Yang mengaku terkejut dengan cara AS memperlakukan tamunya di pertemuan itu. Sebab, pertemuan itu dipenuhi pernyataan keras meski para pihak setuju untuk terus berkomunikasi.
”Pertemuan kali ini (di Zurich) sangat bermakna. Lewat pertemuan ini, kami ingin menunjukkan bahwa AS-China bisa berkompetisi secara keras sembari mengelolanya secara bertanggung jawab,” kata pejabat AS itu.
Dalam keterangan resmi Beijing, Yang menyebut bahwa AS-China bertanggung jawab atas kepentingan masing-masing serta masa depan dunia. Kerja sama AS-China akan menguntungkan mereka dan komunitas internasional. Sementara jika mereka bermusuhan, akan ada penderitaan serius. Ia juga mengajak AS memahami hubungan kedua negara, kondisi, serta kebudayaan China. Beijing menolak anggapan AS bahwa hubungan Beijing-Washington sebagai kompetisi.
Yang menyebut, Bejing telah memperhatikan pernyataan Washington bahwa AS tidak berniat menghambat perkembangan China maupun menciptakan Perang Dingin jenis baru. China berharap AS bisa mengadopsi kebijakan rasional dan pragmatis. Washington diajak saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan saling memahami kepentingan serta kerisauan masing-masing.
Jaga komunikasi
Adapun Sullivan mengatakan, amat penting menjaga saluran komunikasi AS-China tetap terbuka. AS-China juga perlu membahas kerja sama yang mungkin dilakukan kedua negara, terutama pada hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama warga dunia. Di sisi lain, Sullivan menekankan bahwa AS prihatin pada perilaku China, khususnya kebijakan Beijing soal Xinjiang, Hong Kong, Taiwan, dan Laut China Selatan.
”Kami akan terus meningkatkan kekuatan nasional dan bekerja sama dengan semua sekutu dan mitra. Kami juga akan terus berkomunikasi dengan pejabat tinggi China untuk memastikan kompetisi yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Tepat sehari sebelum pertemuan Sullivan-Yang, Biden mengungkap telah berbicara dengan Xi soal Taiwan. Biden mengaku sepakat dengan Xi soal Kebijakan Satu China. Mereka juga sepakat untuk mematuhi persetujuan soal Taiwan. ”Kami sangat jelas soal itu,” ujarnya.
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut isi pembicaraan dengan Xi. Pembicaraan itu mengindikasikan AS akan tetap berusaha berkomunikasi dengan China, mengakui Beijing dalam kebijakan satu China, serta berharap persoalan Taiwan diselesaikan secara damai. Selama 50 tahun terakhir, AS mengadopsi kebijakan Satu China dengan membuka hubungan diplomatik ke Beijing sembari terus berhubungan secara tidak resmi dengan Taiwan. Di Taipei, tidak ada kedutaan AS atau negara lain. Hanya ada kantor dagang yang secara faktual mengurus hubungan AS-Taiwan.
Biden berulang kali menyatakan sudah lama mengenal Xi dan China. Sejak masih menjadi senator hingga wakil presiden, ia kerap bertandang ke China dan berkomunikasi dengan berbagai pejabat di sana. Kala sama-sama masih menjadi wapres, Biden-Xi sudah kerap berkomunikasi.
Bukan kali ini saja AS berusaha menjaga saluran komunikasi dengan China tetap terbuka. Dalam dengar pendapat di Kongres AS pada akhir September 2021, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengakui beberapa kali menelepon sejawatnya di China. Lewat telepon itu, Milley menyampaikan bahwa AS tidak berniat menyerang China. Pesan itu perlu disampaikan agar kedua negara tidak terlibat konflik terbuka.
Pernyataan Biden soal Taiwan dan pertemuan Sullivan-Yang terjadi setelah Beijing mengerahkan lebih dari 150 pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan selama tujuh hari berturut-turut sejak 28 September 2021. Taipei menyebut, belum pernah Beijing melakukan itu. (AFP/REUTERS)