Berlomba-lomba Uji Rudal Hipersonik, Korut Pun Tak Mau Ketinggalan
Sejumlah negara kaya dan miskin di dunia, termasuk Korea Utara, telah menguji rudal atau senjata hipersonik mereka. Situasi itu dapat mengacaukan keamanan kawasan dan dunia.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
PYONGYANG, RABU – Dunia terus disuguhi persaingan sistem persenjataan mutakhir hingga memasuki tahap yang semakin mencemaskan. Negara miskin Korea Utara, Rabu (29/9/2021), mengklaim telah sukses menguji rudal hipersonik terbarunya, sepekan setelah Amerika Serikat menguji senjata serupa dengan kekuatan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara.
China dan Rusia bahkan sudah lebih maju dengan lebih awal menguji senjata hipersonik yang diklaim sulit tertandingi oleh negara lain. Rusia telah menguji coba rudal hipersoniknya pada Juli 2021. China telah melakukannya empat bulan sebelum, Maret 2021, dan kini sedang mengembangkan rudal hipersonik yang memiliki kemampuan enam kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Dua media utama Korea Utara, Rabu, melaporkan, Pyongyang sukses menguji coba rudal hipersonik Hwasong-8, Selasa pagi. Rudal dikembangkan Akademi Ilmu Pertahanan di Toyang-ri, Distrik Ryongrim, Provinsi Jagang. Peluncuran rudal dilakukan di pantai timur dan disakikan antara lain oleh Pak Jong Chon, anggota Presidium Biro Politik dan Sekretaris Komite Pusat Partai Pekerja Korea.
Surat kabar Rodong Sinmunmemuat foto rudal Hwasong-8, dengan satu set sistem pemandu di bagian dasar moncongnya, sedang melesat ke langit pagi. Media ini menyebutkan, pengembangan rudal hipersonik ini merupakan salah satu dari "lima prioritas utama" bidang strategis sistem senjata baru yang ditetapkan dalam rencana pengembangan militer lima tahun.
Kantor berita resmi Pemerintah Korea Utara, KCNA, menyebutkan, keberhasilan “senjata strategis” ini menunjukkan peningkatan kemampuan pertahanan dan pengembangan sistem persenjataan Korut. Rudal seri Hwasong selama ini disebut menggunakan mesin berbahan bakar cair. Jika benar, ini merupakan uji pertama rudal berbahan bakar cair Korut sejak November 2017.
Menurut dua media Korut itu, rencana lima tahunan bidang pengembangan ilmu pertahanan dan sistem senjata strategis itu ditetapkan pada Kongres VIII Partai Pekerja Korea (WPK). Akademi Ilmu Pertahanan Korut yang berbasis di Toyang-ri dinilai sukses mewujudkan amanat kongres partai. Dalam catatan Kompas, Kongres VIII WPK telah berlangsung pada 14 Januari 2021.
Pengembangan rudal dianggap sebagai pekerjaan prioritas di bawah pengawasan khusus Komite Pusat WPK dan memiliki arti strategis yang besar dalam meningkatkan kemampuan bela diri bangsa.
“Hasil pengujian membuktikan bahwa semua spesifikasi teknis (Hwasong-8) memenuhi persyaratan desain,” tulis situs berita KCNA. Dilaporkan, para ilmuwan pertahanan nasional dan pekerja terkait senjata strategis tersebut "mengkonfirmasi (keberhasilan) kontrol navigasi dan stabilitas rudal"
Pak Jong Chon meminta semua tim peneliti ilmu pertahanan dan pekerja terkait senjata strategis agar bangkit dengan semangat tinggi mengimplementasikan mandate Kongres VIII WPK. Dengan memprioritaskan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan Korut akan mencetak keberhasilan lebih besar dalam upaya meningkatkan kemampuan pertahanan negara seribu kali lipat.
Pyongyang menyebut rudal Hwasong-8 sebagai "senjata strategis". Frasa tersebut biasanya berarti memiliki kemampuan nuklir. Militer Korea Selatan yang ikut memantau uji coba rudal hipersonik Korut itu belum juga melaporkan ketinggian dan jarak terbang Hwasong-8. Namun, uji coba rudal itu merupakan tanda kemajuan terbaru negara paria bersenjata nuklir itu dalam teknologi persenjataan.
Tahap awal
Pimpinan Staf Gabungan Militer Korsel mengatakan, militer negaranya dan Amerika Serikat "mampu mendeteksi dan mencegatnya" – merujuk rudal hipersonik Hwasong-8 Korut itu.
"Berdasarkan penilaian karakteristiknya seperti kecepatan, itu baru tahap awal pengembangan. Butuh waktu yang cukup lama untuk digunakan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Padahal, biasanya Korsel sudah mengeluarkan laporan rinci satu jam setelah peluncuran. Berbagai media di Korsel menyebutkan, ”proyektil” dari Korut itu terlihat cara terbangnya berbeda dengan rudal-rudal sebelumnya. Presiden Korsel Moon Jae-in akan mengkaji perkembangan terbaru ini.
Kedua Korea sama-sama sedang membangun kemampuan pertahanannya dan dan mengembangkan sistem persenjataan terbaru hingga seakan terjadi kompetisi persenjataan di Semenanjung Korea.
Korut berada di bawah serangkaian sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya yang dilarang. Namun, awal bulan ini mengatakan telah menguji rudal jelajah jarak jauh.
Rudal hipersonik bergerak jauh lebih cepat dan lebih gesit dibandingkan rudal biasa, dan bahkan lebih cepat dari kecepatan suara. Hal itu membuatnya jauh lebih sulit dicegat oleh sistem pertahanan rudal.
Pacuan senjata
Klaim Pyongyang tentang keberhasilannya menguji coba senjata strategis hipersonik Hwasong-8 itu muncul beberapa jam setelah AS sukses menguji rudal hipersoniknya.
Amerika Serikat berhasil menguji senjata hipersonik tercanggih yang mampu melesat di udara dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer per jam, pekan lalu. Senjata itu hasil pengembangan Hypersonic Air-breath Weapon Concept (HAWC), yakni sebuah konsep senjata udara hipersonik. Uji coba ini yang pertama dari senjata di kelasnya sejak 2013.
Dilaporkan, uji coba tersebut dilakukan saat AS dan para pesaing globalnya, seperti Rusia dan China, telah mempercepat langkah pengembangan senjata-senjata hipersonik. Rusia, misalnya, sangat mementingkan pengembangan senjata hipersonik dan kini memiliki tiga jenis rudal tersebut.
Rusia bahkan dilaporkan sudah lebih maju. Juli 2021 telah sukses diuji rudal jelajah hipersonik Tsirkon (Zircon). Senjata itu diklaim Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai bagian sistem rudal generasi terbaru yang tidak tertandingi di dunia.
Rusia juga memiliki rudal balistik antarbenua terbaru bernama Avangard dan rudal Belati (Dagger/Kinzhal). Bahkan, sebelum pertemuan Presiden Putin dan Presiden AS, Joe Biden, Rusia awal Juli menguji rudal Belati.
China lebih awal lagi dari Rusia. Media Global Times pernah melaporkan, untuk pertama kalinya Angkatan Laut Tentara Rakyat China (PLA) menunjukkan peluncur rudal supersonik anti-kapal yang baru dipasang di Hangzhou, Maret 2021. Rudal jenis ini dilaporkan hampir mustahil dapat dicegat karena hanya menyisakan musuh sekitar 10 menit untuk mencoba mencegatnya.
Bahkan ilmuwan China saat ini telah mampu membuat kemajuan pengembangan rudal hipersonik yang bisa mengalahkan senjata hipersonik AS.
Menurut South China Morning Post, senjata hipersonik terbaru China dapat menerobos atmosfer dengan kecepatan enam kali kecepatan suara dan dapat menghindari radar di sepanjang penerbangannya. Bahkan senjata yang kini sedang dikembangkan ituakan mampu menyerang target sejauh 3.000 kilometer hanya dalam 25 menit.
Efek ledakan elektromagnetik atau gelombang mikro yang dihasilkan saat ledakan akan merusak perangkat elektronik utama dalam jarak 2 km. Bahkan rudal hipersonik China itu akan tetap berada di atmosfer untuk menghindari sistem peringatan dini berbasis ruang angkasa, sambil menggunakan teknologi siluman aktif untuk menghindari deteksi radar di darat. (AFP/REUTERS/AP)