Scholz dan Laschet Saling Klaim Mendapat Mandat Bentuk Pemerintahan Baru Jerman
Dua kandidat kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Armin Laschet, saling klaim berhak membentuk pemerintahan baru Jerman. Tapi, peran Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas akan menentukan posisi Scholz dan Laschet.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BERLIN, SENIN — Olaf Scholz dan Armin Laschet, keduanya kandidat kanselir Jerman, masing-masing dari Partai Sosialis Demokrat (SPD) dan Partai Uni Demokratik Kristen (CDU), mengklaim telah mendapatkan mandat untuk membentuk pemerintahan Jerman yang baru berdasarkan hasil pemilu, akhir pekan lalu. Pemerintahan baru diharapkan sudah terbentuk sebelum Jerman menjalani presidensi kelompok negara-negara ekonomi maju, G-7, awal 2022, yang hanya tersisa tiga bulan lagi.
Scholz, yang merupakan Wakil Kanselir Jerman dan juga menjabat sebagai menteri keuangan mengklaim mandat pembentukan pemerintahan setelah partainya, SPD, memenangi 206 kursi atau 25,6 persen parlemen atau Bundestag. Namun, jumlah kursi itu tidak cukup untuk mendukung klaimnya bahwa dia telah mendapat mandat untuk membentuk pemerintahan baru Jerman.
Berdasarkan aturan, dia harus memiliki setidaknya 300 kursi untuk bisa mengusung calon kanselir. Tetapi, Scholz mengklaim telah mendapat dukungan dari dua partai lainnya, yaitu Partai Hijau dan Demokrat Bebas, yang masing-masing memenangi 118 dan 92 kursi pada pemilu kali ini. Tambahan sekitar 210 kursi itu cukup untuk mendukung Scholz dan SPD untuk membentuk pemerintahan baru.
”Pemilih telah berbicara dengan sangat jelas. Mereka memperkuat tiga partai, Sosial Demokrat, Hijau, dan Demokrat Bebas. Jadi, inilah mandat nyata yang diberikan warga negara ini: Ketiga partai ini harus memimpin pemerintahan berikutnya,” kata Scholz, Senin (27/9/2021).
Namun, Laschet juga tak gampang menyerah. Gubernur Negara Bagian North-Rhine-Westphalia ini menolak klaim Scholz. ”Dari pemilihan ini, tidak ada partai dengan mandat yang jelas untuk membentuk pemerintahan,” kata Laschet, dikutip dari laman BBC.
Laschet mengatakan, dirinya akan melakukan pembicaraan dengan beberapa partai, di antaranya Partai Demokrat Bebas (FDP) dan Partai Hijau, untuk membuka kemungkinan koalisi.
Sama-sama mencoba mendekati dua partai peraih dukungan ketiga dan keempat terbesar, membuat Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas dinilai memiliki posisi sebagai kingmaker. Partai Hijau dikenal memiliki ideologi yang lebih dekat ke SPD. Sementara FDP dikenal sebagai partai yang ”ramah” bagi ekonomi pasar bebas dan para pebisnis.
Pilihan koalisi lainnya adalah jalan yang sudah pernah terjadi sebelumnya, yaitu koalisi besar antara SPD dan CDU/CSU. Koalisi inilah yang pernah memimpin Jerman selama 12 tahun dari 16 tahun masa jabatan Merkel yang dimulai pada 2005.
Namun, dengan hasil pemilu sekarang ini, CDU/CSU akan berada pada posisi sebagai mitra karena yang kemungkinan memimpin adalah SPD dengan Scholz sebagai kanselir. Namun, koalisi ini dirasa banyak orang tidak akan terwujud karena sering dirusak dengan pertikaian. Kini, hanya sedikit keinginan agar kedua partai ini berkoalisi.
Peluang Laschet untuk memimpin Jerman pun tidak tertutup meski Scholz dan SPD memenangi pemilihan. Kondisi ini pernah terjadi pada tahun 1976 dan 1980, ketika Kanselir Helmut Schmidt memimpin Jerman meski partainya menempati urutan kedua.
Tidak adanya batasan waktu dan wasit dalam proses pembentukan pemerintahan baru membuat lobi-lobi yang dilakukan para pemilik suara terbanyak akan menentukan apakah mereka saling memiliki kesamaan atau sebaliknya.
Jika dua upaya untuk memilih kanselir dengan mayoritas gagal, konstitusi memungkinkan presiden untuk menunjuk kandidat yang memenangi suara terbanyak ketiga sebagai kanselir atau membubarkan Bundestag dan mengadakan pemilihan nasional baru. Itu belum pernah terjadi.
Pemimpin Partai Hijau Annalena Baerbock, dikutip dari laman Deutsche Welle, mengatakan, dirinya dan kolega-kolega partainya belum menentukan sikap mendukung salah satu partai dalam pembentukan koalisi. Dirinya dan koleganya, Robert Habeck, berencana untuk mengadakan pembicaraan dan penjajakan dengan kedua partai tersebut.
Baerbock mengatakan, meski berada jauh di urutan ketiga perolehan suara, partainya masih memiliki peran untuk dimainkan, termasuk membawa perubahan di negara ini.
”Kami memiliki mandat yang jelas dari pemilih kami untuk perubahan di negara ini,” ujar Haerbock, sambil menambahkan bahwa pemilihan kali ini telah mengantarkan era baru di Jerman. (AP/AFP)