Israel terus mencermati secara detail sepak terjang Taliban, khususnya dinamika hubungan Taliban-Iran. Israel pun lebih takut kepada Iran daripada Negara Islam di Irak dan Suriah cabang Khorasan (NIIS-K).
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Israel adalah negara yang paling jitu memprediksi bahwa Taliban hanya butuh waktu beberapa jam untuk menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan.
Itulah fakta yang terjadi pada 15 Agustus lalu ketika Taliban memang hanya butuh waktu beberapa jam untuk masuk ke istana presiden segera setelah mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari istana itu.
Padahal, saat itu intelijen AS memprediksi Taliban butuh waktu 90 hari untuk bisa menduduki kota Kabul. Prediksi Israel lebih tepat dibandingkan intelijen AS.
Ketepatan prediksi Israel tersebut mungkin merujuk pada pengalaman Israel mundur dari Lebanon Selatan tahun 2000. Saat itu, hanya beberapa jam setelah Israel mundur dari Lebanon Selatan, Hezbollah langsung menguasai wilayah yang ditinggalkan Israel tersebut. Pasukan Lebanon Selatan yang pro-Israel langsung ambruk begitu Israel mundur.
Segera setelah Taliban menguasai kembali Afghanistan, media dan pejabat Israel mengungkapkan kecemasan bahwa Taliban akan mengikuti jejak Iran yang menjelma menjadi negara yang sangat anti-Israel. Meskipun sampai saat ini para pejabat Taliban tidak pernah memberi komentar tentang Israel, Tel Aviv terus mencermati secara detail sepak terjang Taliban, khususnya dinamika hubungan Taliban-Iran.
Utang budi
Timbulnya kecemasan Israel itu berangkat dari terbangunnya koalisi Taliban-Iran dalam melawan pasukan pendudukan AS di Afghanistan selama 20 tahun (2001-2021). Israel cemas bahwa Taliban merasa berutang budi kepada Iran dan kemudian memberi pijakan pengaruh kuat kepada Iran di Afghanistan, seperti yang terjadi di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon. Karena itu, Israel berusaha keras agar Afghanistan tidak menjadi Suriah, Yaman, Lebanon, dan Irak di Asia Tengah.
Israel pun lebih takut kepada Iran daripada Negara Islam di Irak dan Suriah cabang Khorasan (NIIS-K) yang sekarang menjadi ancaman keamanan di Afghanistan khususnya serta Asia Selatan dan Asia Tengah umumnya. Dalam doktrin keamanan negara Israel, Iran dan loyalisnya kini merupakan ancaman terbesar terhadap eksistensi negara Israel.
Doktrin keamanan Israel tidak meletakkan NIIS sebagai ancaman utama terhadap negara Israel saat ini. Doktrin tersebut melihat NIIS hanya sebagai organisasi sempalan yang mudah diredam dan memiliki kemampuan organisasi terbatas. Bahkan, Israel pernah main mata dengan Front Al-Nusra di Suriah yang memiliki ideologi sama dengan NIIS untuk melawan pengaruh Iran di Suriah.
Israel kini semakin memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia Tengah, seperti Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, agar memiliki pijakan di negara yang bertetangga langsung dengan Afghanistan. Selama ini, Israel memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Asia Tengah tersebut. Mossad (dinas intelijen luar negeri Israel) diberitakan telah masuk ke negara-negara Asia Tengah itu untuk memantau sejauh mana pengaruh Iran di Afghanistan saat ini.
Selama ini, Iran menancapkan pengaruhnya di Afghanistan melalui etnis minoritas Hazara yang menganut mazhab Syiah dan jumlahnya sekitar 9 persen dari populasi negara itu yang berjumlah sekitar 38 juta jiwa.
Iran menuntut Taliban membentuk pemerintahan inklusif dengan melibatkan etnis Hazara dalam kabinet. Taliban telah menunjuk Mohammad Hassan Ghiasi dari etnis Hazara sebagai wakil menteri kesehatan untuk memenuhi permintaan Iran tersebut.