AS Uji Senjata Hipersonik Berkekuatan 5 Kali Lebih Cepat dari Kecepatan Suara
Amerika Serikat berhasil menguji senjata hipersonik tercanggih yang mampu melesat di udara dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Amerika Serikat berhasil menguji senjata hipersonik tercanggih yang mampu melesat di udara dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Senjata itu hasil pengembangan Hypersonic Air-breath Weapon Concept (HAWC), yakni sebuah konsep senjata udara hipersonik.
Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) menyampaikan hal itu di Washinton DC, Senin (27/9/2021), waktu setempat atau Selasa dini hari WIB. Disebutkan pula, uji coba senjata hipersonik HAWC kali ini merupakan yang pertama dari senjata di kelasnya sejak 2013.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan (Defense Advanced Research Projects Agency/DARPA) menambahkan, uji coba telah dilakukan pekan lalu. DARPA adalah badan khusus Pentagon yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi canggih untuk kepentingan militer AS.
Dilaporkan, uji coba tersebut dilakukan saat AS dan para pesaing globalnya, seperti Rusia dan China, telah mempercepat langkah pengembangan senjata-senjata hipersonik. Rusia, misalnya, sangat mementingkan pengembangan senjata hipersonik dan kini memiliki tiga jenis rudal tersebut.
Rusia bahkan dilaporkan sudah lebih maju. Juli 2021 telah sukses diuji rudal jelajah hipersonik Tsirkon (Zircon). Senjata itu diklaim Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai bagian sistem rudal generasi terbaru yang tidak tertandingi di dunia. Rusia juga memiliki rudal balistik antarbenua terbaru bernama Avangard dan rudal Belati (Dagger/Kinzhal).
Rudal Zircon dapat dikerahkan dari semua kapal Rusia yang dilengkapi dengan sistem peluncuran vertikal 3C-14. Ini berarti rudal itu dapat diluncurkan baik pada fregat 4.000 ton dan pada kapal rudal kecil dengan bobot kurang dari 1.000 ton jika sistem peluncuran vertikal dipasang di atasnya.
Terkait dengan uji senjata HAWC minggu lalu, Manajer Program HAWC di Kantor Teknologi Taktis DARPA Andrew Knoedler mengatakan, pengujian senjata hipersonik ini membawa AS selangkah lebih dekat mengantarkan HAWC pada program yang menawarkan kemampuan generasi lanjutan bagi militer AS. Ia saat ini mempersiapkan uji coba senjata hipersonik berikutnya.
6.200 kilometer per jam
Menurut DARPA, senjata hipersonik terbaru AS itu mampu menerobos atmosfer dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer per jam. ”Rudal yang dibuat Raytheon Technologies itu dilepaskan dari pesawat beberapa detik sebelum mesin scramjet (mesin jenis ramjet di mana pembakaran terjadi dalam kecepatan supersonik) Northrop Grumman dihidupkan,” kata DARPA.
”DoD (Departemen Pertahanan) telah mengidentifikasi senjata hipersonik dan kemampuan kontra-hipersonik sebagai prioritas teknis tertinggi untuk keamanan negara kita,” kata Wes Kremer, Presiden Unit Bisnis Rudal dan Pertahanan Raytheon.
”Amerika Serikat, dan sekutu kami, harus memiliki kemampuan untuk meredam penggunaan senjata itu dan memiliki kemampuan untuk mengalahkan mereka,” kata Kremer.
”Investasi dalam serangan (dengan senjata) hipersonik telah mulai membuahkan hasil, menjawab kemajuan yang telah dibuat negara-negara seperti Rusia dan China,” kata Tom Karako, analis pada Center for Strategic and International Studies.
Pada 2019 Raytheon bekerja sama dengan Northrop Grumman mengembangkan dan memproduksi mesin untuk senjata hipersonik. Teknologi mesin scramjet Northrop menggunakan kendaraan peluncur berkecepatan tinggi untuk secara kuat menekan udara yang masuk sebelum pembakaran.
”Kendaraan HAWC beroperasi paling baik di atmosfer yang kaya oksigen, di mana kecepatan dan kemampuan manuvernya membuat (kendaraan HAWC) sulit untuk dideteksi secara tepat waktu. Dia bisa menyerang target jauh lebih cepat daripada rudal subsonik dan memiliki energi kinetik yang signifikan, bahkan tanpa bahan peledak tinggi,” kata DARPA dalam sebuah pernyataan.
Dan Olson, Wakil Presiden Divisi Sistem Senjata Northrop Grumman, mengatakan, ”Belajar selama puluhan tahun tentang teknik manufaktur dan kemitraan industri maju telah membantu kami menghasilkan apa yang sekarang kita miliki saat ini.” (REUTERS/AFP)