Warga Aborigin Tuntut Waktu Pensiun Lebih Cepat di Australia
Usia minimal pensiun warga Australia akan meningkat menjadi 67 tahun pada Juli 2023. Padahal, usia harapan hidup baik pria maupun perempuan keturunan suku Aborigin lebih pendek daripada warga Australia pada umumnya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
CANBERRA, SENIN — Seorang pria warga Australia keturunan suku Aborigin menuntut Pemerintah Australia membuat aturan agar penduduk asli berhak pensiun lebih awal daripada warga Australia pada umumnya. Argumen utama penuntut adalah harapan hidup warga Aborigin dinilai lebih pendek beberapa tahun dibandingkan warga secara umum di Australia.
Dennis Fisher (64), yang mengajukan tuntutan, Senin (27/9/2021), mengatakan, tuntutan melalui hukum dipilih semata-mata untuk memberi manfaat bagi warga asli Australia lainnya. ”Banyak dari kami (penduduk Australia keturunan Aborigin) meninggal di usia muda,” kata Fisher. ”Harapannya, jika dapat membantu warga secara umum, saya akan sangat senang.”
Kasus tuntutan hukum itu diajukan di Pengadilan Federal di Melbourne pada Kamis (23/9/2021) oleh Layanan Hukum Aborigin Victoria, Pusat Hukum Hak Asasi Manusia, dan firma hukum multinasional DLA Piper. Pengacara Fisher dalam pernyataan menegaskan, argumen utama kasus tuntutan ini adalah masyarakat adat harus dapat mengakses pensiun mereka lebih awal untuk memperhitungkan kesenjangan angka harapan hidup sampai kesenjangan itu bisa diatasi.
Usia harapan hidup penduduk asli Australia adalah 71 tahun untuk pria dan 75 tahun untuk perempuan. Usia harapan itu lebih pendek dari rata-rata usia harapan hidup warga Australia secara umum, yakni 78,6 tahun untuk pria dan 82,8 tahun untuk perempuan. Usia minimal pensiun warga Australia akan meningkat menjadi 67 tahun pada Juli 2023, satu tahun lebih tua dari usia minimal pensiun pada Juli 2019. Pemerintah Australia menambah batas bawah usia pensiun warga di tengah populasinya yang cenderung menua.
Usia harapan hidup penduduk asli Australia adalah 71 tahun untuk pria dan 75 tahun untuk perempuan. Usia harapan itu lebih pendek dari tingkat rata-rata harapan hidup warga Australia secara umum.
Meena Singh, pengacara Australia keturunan Aborigin dan penasihat senior di lembaga Pusat Hukum Hak Asasi Manusia Australia, memberikan pendapat atas kasus tuntutan Fisher. Kasus itu, menurut dia, berpusat pada Bagian 10 dari Undang-Undang Diskriminasi Rasial. Ini berkaitan dengan sekelompok orang yang memiliki hak lebih rendah daripada kelompok lain.
Menteri Layanan Sosial Australia Anne Ruston, yang bertanggung jawab atas persoalan pensiun, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ”prioritas nomor satu pemerintahnya adalah bekerja dengan komunitas pribumi untuk membuat perubahan nyata dan praktis yang diperlukan guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi penduduk asli Australia”. Dia merujuk janji pemerintah pada Agustus lalu, yakni membelanjakan dana senilai 1,1 miliar dollar Australia (813 juta dollar AS) untuk membayar kerugian warga pribumi Australia. Termasuk di dalamnya adalah kompensasi kepada ribuan anak ras campuran yang diambil dari keluarga mereka selama beberapa dekade.
Penduduk asli Australia berjumlah 3 persen dari populasi di negara itu. Mereka secara umum memiliki kesehatan yang lebih buruk, tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan harapan hidup yang lebih pendek daripada kelompok etnis lain. Orang dewasa pribumi Australia hanya mencakup sekitar 2 persen dari populasi Australia. Ironisnya, jumlah penduduk asli Australia yang berada di penjara mencapai 27 persen dari populasi warga Australia yang berada di balik terali besi.
Fisher mengaku telah bekerja sejak berusia 10 tahun. Ia pertama kali bekerja di peternakan sapi perah yang dirancang untuk melatih anak-anak pribumi Australia menjadi buruh tani. Dia termasuk di antara sekitar 10.000 pekerja Aborigin yang mengklaim bahwa upah mereka dicuri Pemerintah Negara Bagian Queensland antara tahun 1939 dan 1972. Pemerintah menyelesaikan gugatan kelompok atas kasus itu pada tahun 2019.
Fisher menerima bagian dari pembayaran total senilai 190 juta dollar Australia (138 juta dollar AS) dalam kasus itu. Dia saat ini memiliki dua pekerjaan di kota Melbourne, yakni sebagai penyiar di stasiun radio komunitas pribumi dan pemandu wisata situs-situs warisan budaya Aborigin.
Pada tahun 2008, parlemen Australia meminta maaf kepada penduduk Aborigin atas kesalahan masa lalu sejak penjajahan Inggris. Pemerintah saat itu juga meluncurkan inisiatif program ambisius bernama Penutupan Kesenjangan yang bertujuan mencapai kesetaraan bagi warga asli Australia dalam kesehatan dan harapan hidup untuk satu generasi. Sayangnya, program itu dibatalkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison. Program itu juga dinyatakan gagal oleh pemerintah. (AP)