Pandemi Tak Menjadi Aral bagi Penguatan Kerja Sama dan Diplomasi
Dengan tetap memperhatikan pembatasan dan protokol kesehatan, pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan bagi perwakilan Indonesia di luar negeri untuk tetap berupaya keras meningkatkan kerja sama dengan negara mitra.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·6 menit baca
Ketika pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan global, perwakilan Indonesia di luar negeri tetap berupaya memperkuat kerja sama dengan negara-negara mitra. Bahkan, kerja sama dalam beragam bidang, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi terus ditingkatkan.
Salah satu peningkatan yang layak dicatat adalah relasi hubungan perdagangan antara Indonesia dan Somalia. Di tengah melambatnya roda perdagangan global sebagai akibat dari pandemi Covid-19, angka perdagangan kedua negara justru meningkat sebesar 14 persen (2019-2020). ”Somalia merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia di kawasan Afrika Timur,” kata Duta Besar RI di Nairobi Mohamad Hery Saripudin di sela-sela pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Industri Somalia Khaliif Abdi Omar.
Dalam pernyataan pers KBRI Nairobi yang diterima pada Kamis (23/9/2021) disebutkan, hubungan dagang Indonesia-Somalia selalu pada kondisi neraca yang hampir seluruhnya surplus bagi Indonesia. Sejumlah komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah tekstil, produk turunan kelapa sawit, dan produk turunan kertas. Di Somalia, sarung tenun goyor khas Indonesia merupakan produk yang sangat dikenal dan diminati penduduk setempat.
Untuk meningkatkan hubungan baik yang telah terjalin tersebut, Indonesia saat ini berupaya menginisiasi pembahasan preferential tariff agreement (PTA) dengan Pemerintah Somalia untuk menurunkan hambatan perdagangan atas komoditas-komoditas unggulan kedua negara. Somalia sendiri dikenal sebagai penghasil dan pengekspor hewan ternak, seperti sapi, kambing, dan unta. Somalia merupakan salah satu penyedia daging ternak terbesar ke Arab Saudi pada musim haji. Selain itu, negara tersebut juga merupakan salah satu pengekspor wijen ke Eropa. ”Kami ingin menjadikan perdagangan RI-Somalia sebagai hubungan yang win-win,” kata Hery menambahkan.
Keberadaan Hery di Somalia merupakan bagian dari upaya Indonesia meningkatkan kerja sama dengan negara-negara mitra di Afrika. ”Indonesia dan Somalia perlu meningkatkan hubungan bilateral,” kata Hery saat menyampaikan surat kepercayaan atau letter of credentials kepada Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed, di istana kepresidenan di Mogadishu, Selasa (21/9).
Penyerahan surat kepercayaan itu merupakan agenda utama kunjungan Hery ke ibu kota negara di kawasan Tanduk Afrika tersebut. Dua misi utama yang dilakukan dalam kunjungan adalah meningkatkan hubungan ekonomi dan sosial budaya antara Indonesia dan Somalia. Hubungan bilateral Indonesia-Somalia telah terjalin sejak pembukaan hubungan diplomatik pertama kali pada 1960.
Alumni Indonesia
Menurut Hery, hubungan historis Indonesia-Somalia merupakan modal dasar yang perlu dikapitalisasi untuk kemajuan kedua negara. Tak heran apabila dalam kesempatan itu Hery menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah menteri, pengusaha lokal, dan warga Somalia yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Indonesia.
Sebagai catatan, peningkatan relasi perdagangan Somalia-Indonesia itu tidak bisa dilepaskan dari peran warga Somalia alumni perguruan tinggi Indonesia. Saat ini tercatat ada lebih dari 20 alumni yang tersebar di berbagai wilayah di Somalia. Berawal dari kebiasaan menggunakan produk-produk Indonesia saat kuliah, sebagian dari alumni tersebut menjadi importir berbagai kebutuhan dari Indonesia. Salah satunya adalah Safia Shukri, alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Safia saat ini memiliki beberapa kios yang menyediakan aneka barang kebutuhan sehari-hari asal Indonesia. Barang-barang yang terkadang sulit ditemui di luar Indonesia, seperti minyak kayu putih dan suplemen herbal, menjadi barang favorit yang sering dicari masyarakat di Mogadishu.
”Awalnya susah mengajak orang-orang untuk memakai kayu putih dan suplemen herbal. Namun, setelah diajarkan dan merasakan khasiatnya, mereka mulai tertarik dan sering membeli,” tutur Safia. ”Alhamdulillah, saat ini saya sudah membuka enam toko,” kata Safia sambil tersenyum.
Selain di bidang ekonomi, salah satu alumnus lain saat ini bekerja di Kantor Keimigrasian Somalia, menjadi mitra utama KBRI Nairobi dalam pengurusan anak buah kapal (ABK) WNI. Sebagaimana diketahui, ABK WNI kerap menghadapi berbagai permasalahan di perairan Somalia.
Melihat pentingnya peran alumnus dalam hubungan Indonesia-Somalia, Hery berupaya untuk meningkatkan jumlah mahasiswa Somalia yang meneruskan studi ke Indonesia. ”Tahun ini terdapat tiga mahasiswa Somalia yang mendapatkan beasiswa magister dari Indonesia,” kata Hery. ”Ke depannya, KBRI Nairobi akan bekerja sama dengan universitas-universitas di Tanah air untuk memberikan lebih banyak alokasi beasiswa kepada Somalia.”
Sebagai negara yang saat ini tengah berupaya bangkit dari sisa-sisa perang saudara, Somalia masih berupaya mendorong pemulihan situasi keamanan. Meskipun demikian, situasi di negara tersebut berangsur membaik. Pada 2015, PBB telah menaikkan status Somalia dari yang sebelumnya masuk kategori negara gagal atau failed state menjadi recovering fragile state.
Industri gim
Dari Jepang dan Turki dikabarkan, prestasi Indonesia di dunia gim dan teknologi dirgantara menarik perhatian para mitra. Dalam ekspo Tokyo Game Show, Jumat (24/9), ada 19 pengembang gim Indonesia turut ambil bagian.
Kepada 19 pengembang itu, Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi mengharapkan, ekspo itu benar dimanfaatkan untuk meningkatkan profil dan bisnis industri gim Indonesia. KBRI Tokyo, menurut Heri, berkomitmen mendukung pengembangan industri gim Indonesia.
Menurut keterangan KBRI Tokyo, seluruh delegasi Indonesia yang akan berada di bawah naungan program Archipelageek by Indonesia nantinya akan berkesempatan merepresentasikan Indonesia dan menampilkan produk gim buatan lokal dalam virtual booth pavilion Indonesia serta melakukan pertemuan bisnis dengan para pembeli dari Jepang.
Dirgantara
Ketertarikan pada pengembangan teknologi di Indonesia juga diungkapkan Wakil Presiden Turki Fuat Oktay. Bersama dengan Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop, mereka secara khusus mengunjungi Paviliun Indonesia di area Tekofest 2021 yang digelar di Istanbul.
Dalam kunjungan singkat itu, Oktay antusias mendengarkan penjelasan dari perwakilan PT Dirgantara Indonesia mengenai pesawat CN 235, N219, yang dikembangkan PT DI serta pesawat R80 yang sedang dibangun PT RAI.
”Saya sangat mengapresiasi keikutsertaan Indonesia pada kegiatan ini. Turki dan Indonesia sejak lama memiliki kedekatan di bidang kerja sama teknologi. Saya tadi melihat pesawat CN 235 buatan PT DI yang kami gunakan untuk Angkatan Bersenjata dan Coast Guard Turki turut dipamerkan di landasan pacu dan saya juga senang sekali hari ini bisa melihat produk PT RAI, yaitu pesawat R80 yang dirancang Presiden BJ Habibie. Beliau adalah sahabat lama mantan Perdana Menteri Turki Necmettin Erbakan,” kata Oktay. ”Saya dukung sepenuhnya kemitraan industri kedirgantaraan Indonesia dengan ekosistem industri kedirgantaraan Turki,” kata Oktay menambahkan.
Indonesia menjadi tamu kehormatan di ajang festival teknologi paling besar dan bergengsi di kawasan Eropa tersebut. Sembilan institusi pendidikan, riset, dan pengembangan teknologi terkemuka dari Indonesia turut berpartisipasi memamerkan hasil karyanya, antara lain BRIN, PT DI, PT INKA, PT RAI, ITB, ITS, UI, Artha Graha Group, dan Carbon Addons. Teknofest merupakan ajang unjuk capaian dan membangun jejaring kemitraan di kalangan pengembang inovasi teknologi, baik dari kalangan pemerintah, pusat penelitian, industri strategis, maupun institusi pendidikan.
Setiap tahun ajang ini terus berkembang menjadi festival teknologi terbesar di kawasan Eropa. Pada 2019 pergelaran ini berhasil memecahkan rekor sebagai festival teknologi di Eropa yang paling banyak dikunjungi peserta dengan partisipasi lebih dari 120 negara dan dikunjungi 1,5 juta orang. Pada 2020, Teknofest tetap diselenggarakan meski dalam skala yang lebih kecil dan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Kegiatan yang akan berlangsung hingga Minggu 26 September 2021 ini mencakup berbagai program, terutama pameran teknologi, seminar, dan kompetisi teknologi internasional.
”Ini kesempatan baik untuk menampilkan capaian teknologi Indonesia. Ini kesempatan membangun kemitraan dengan sejumlah pengembang teknologi Turki. Lebih dari itu, ini juga cara kita rebranding Indonesia sebagai negara penghasil produk-produk berteknologi tinggi,” kata Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal menjelaskan keikutsertaan Indonesia. (*)