AS Terus Perluas Aliansi Anti-China
Ada dua aliansi anti-China yang tengah berkembang di kawasan: Quad dan AUKUS. Quad fokus pada kerja sama nonmiliter. AUKUS fokus pada aliansi militer. Semua bertujuan menghadang China.
WASHINGTON, SABTU — Amerika Serikat mengepung China dengan berbagai inisiatif. Kali ini, Amerika Serikat mengonsolidasikan Quad, aliansi yang melibatkan Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang. Melalui aliansi ini, Amerika Serikat mencoba merangkul pihak yang belum bergabung dalam aliansi menghadang Beijing.
Quad menggelar pertemuan di Amerika Serikat (AS), Jumat (24/9/2021) siang waktu Washington atau Sabtu dini hari WIB. Presiden AS Joe Biden menjamu Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison, PM India Narenda Modi, dan PM Jepang Yoshihide Suga di Gedung Putih. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga ikut dalam pertemuan itu.
Baca juga : Aliansi Quad Tekankan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka
Seusai pertemuan, Suga menyatakan, pertemuan Quad akan dilakukan setiap tahun. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Quad yang awalnya dibentuk sebagai koalisi longgar untuk menangani dampak tsunami 2004 akan menuju aliansi yang lebih formal.
”Jepang, AS, Australia, India, hubungan ini semakin kukuh. Kegiatan (pertemuan Quad) menunjukkan solidaritas kuat di antara empat bangsa dan komitmen teguh pada visi bersama Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Suga.
Dalam pernyataan bersama, Quad berkali-kali menyinggung ASEAN dan Asia Tenggara. Pernyataan soal ASEAN ditempatkan pada paragraf ke-2 dan ke-15 dari 17 paragraf pernyataan itu. Selain sentralitas dan persatuan ASEAN, Quad juga mendukung lima poin konsensus ASEAN soal Myanmar.
”Kami mengukuhkan ulang dukungan kami kepada persatuan dan sentralitas ASEAN serta pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik. Kami menggarisbawahi dedikasi bekerja dengan ASEAN dan anggotanya, jantung Indo-Pasifik, secara inklusif dan praktis. Kami juga menyambut Strategi Uni Eropa 2021 untuk Indo-Pasifik.” Demikian petikan pernyataan bersama Quad itu.
Baca juga : Sentralitas ASEAN Hadapi Tiga Tantangan
Quad juga menjanjikan hibah vaksin senilai 220 juta dollar AS bagi Asia Tenggara dan Pasifik. Hibah diberikan oleh Canberra. Tokyo juga menjanjikan pinjaman 3,3 miliar dollar AS untuk membeli vaksin kepada negara-negara Indo-Pasifik. Sementara India berjanji mencabut larangan ekspor vaksin Covid-19.
Seperti AS, India juga melarang ekspor vaksin di tengah puncak pandemi Covid-19. Beberapa bulan lalu, Washington mencabut larangan itu. New Delhi akan segera menyusul.
Quad berjanji menyumbang 1,2 miliar dosis vaksin Covid-19 di luar mekanisme Covax. Sejauh ini, sudah 79 juta dosis dikirimkan negara-negara Quad ke sejumlah negara di Asia Tenggara dan kawasan lain. Dalam pernyataan mereka, Quad selalu menekankan bahwa vaksin mereka aman, manjur, dan terjamin kualitasnya.
Hal lain terkait Asia Tenggara dalam pernyataan itu adalah soal Laut China Selatan. Kuartet itu berjanji akan terus mendorong penghormatan pada Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS) di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Mereka tetap berjanji mematuhi UNCLOS meski AS tidak mengakui konvensi itu.
Baca juga : Banyak Jalan Mengeroyok China
Penyebutan Laut China Selatan dan Laut China Timur secara eksplisit menandakan bahwa konsolidasi empat negara itu diarahkan untuk menghadapi China. Sebab, China bersengketa dengan Jepang di Laut China Timur. China juga bersengketa dengan sejumlah negara Asia Tenggara di Laut China Selatan.
Dosen Institut Hubungan Internastional Universitas Urusan Luar Negeri China, Li Hiadong, menyatakan, pernyataan bersama Quad memang tidak sekali pun menyebut China. Namun, ia berpendapat bahwa seluruh agenda pertemuan Quad di Gedung Putih itu difokuskan untuk membendung China. ”Quad adalah upaya menghasut sengketa dan konfrontasi dengan dalih kerja sama. Biden seolah mau menunjukkan tidak berkonfrontasi dengan China,” ujarnya kepada Global Times, media yang dekat dengan Pemerintah China.
Sementara Kepala Kajian India Brookings Institution Tanvi Madan mengatakan, ada dua aliansi anti-China yang tengah berkembang di kawasan. Selain Quad, yang sebenarnya sudah dibentuk sejak 2004, ada AUKUS yang dibentuk pekan lalu oleh AS bersama Australia dan Inggris.
Quad fokus pada kerja sama nonmiliter, seperti vaksin, pembangunan, dan teknologi. Sementara AUKUS jelas fokus pada aliansi militer. ”Era koalisi (di Indo-Pasifik) ini akan bertahan,” ujarnya kepada The Washington Post.
Peneliti pada Institut Kajian Internasional China, Yang Xiyu, menyebut, AUKUS dan Quad sama-sama bersandar pada strategi Indo-Pasifik AS. Dengan membentuk dua aliansi itu, AS menegaskan bahwa Indo-Pasifik kini menjadi prioritasnya.
AUKUS dan Quad sama-sama bersandar pada strategi Indo-Pasifik AS.
Adapun peneliti Akademi Ilmu-ilmu Sosial China, Lü Xiang, berpendapat, Tokyo punya harapan lebih besar pada Quad dibandingkan harapan Washington pada aliansi itu. Ia menuding Tokyo berusaha mempertahankan relevansinya di mata AS. Jika tetap dianggap relevan, AS akan bersedia mempertahankan tentaranya di Jepang.
”Jepang mau tentara AS tetap di Jepang dan Korea Selatan. Namun, tidak jelas apakah Biden, yang menghadapi tantangan internal dan eksternal, akan terus memprovokasi China,” katanya kepada Global Times.
Pernyataan Xiang itu merujuk pada penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan pembentukan AUKUS. Lewat dua manuver itu, AS menunjukkan bisa meninggalkan sekutunya sewaktu-waktu jika merasa tidak punya kepentingan lagi.
Pandangan serupa dilontarkan oleh Direktur Kajian Keamanan Internasional Lowy Institute Australia Sam Roggeveen. Selepas mundur dari Afghanistan, AS bisa seenaknya sendiri meninggalkan mitra dan sekutunya.
Isu lain
Selain Covid-19 dan ASEAN, Quad dalam pernyataannya juga berniat memperkuat kerja sama teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah membangun jaringan seluler generasi kelima (5G) yang diklaim lebih aman.
Quad juga berjanji akan bekerja sama dalam pengembangan hidrogen. Kerja sama dari hulu hingga hilir itu berambisi menjadikan hidrogen sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Kini, hidrogen diproduksi, antara lain, dengan memanfaatkan listrik dari pembangkit berbahan bakar fosil. Quad ingin hidrogen yang diproduksi tanpa memakai energi fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara.
Akan ada pula upaya menghasilkan peneliti masa depan lewat beasiswa yang disokong sejumlah perusahaan. Setiap tahun, Quad menyediakan beasiswa untuk 25 mahasiswa doktoral dari setiap negara anggota guna mempelajari lebih lanjut teknologi, matematika, dan ilmu pengetahuan.
Mereka juga mendukung inisiatif infrastruktur yang diumumkan AS bersama enam negara industri maju atau G-7 pada pertengahan Juni 2021. Inisiatif itu kerap disebut sebagai upaya G-7 menandingi proyek China yang disebut Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang diluncurkan per September 2013.
Baca juga : Dubes Perancis untuk RI: AUKUS Jadi Ancaman Nyata bagi Kawasan ASEAN
Terkait inisiatif G-7 tersebut, sampai sekarang belum ada kejelasan lebih lanjut bagaimana implementasinya. Belum ada kejelasan, misalnya, soal pendanaan dan program.
Kala diumumkan di Inggris beberapa bulan lalu, inisiatif yang dikenal sebagai Membangun Kembali Dunia yang Lebih Baik itu fokus pada isu kesehatan, teknologi digital, dan keadilan jender. Sementara BRI fokus pada infrastruktur fisik, seperti jalan, bendungan, pembangkit listrik, pelabuhan, dan bandara. (AFP/REUTERS)