Migrasi Tertua Manusia ke Amerika Utara Terjadi 23.000 Tahun Lalu
Hasil penelitian terbaru mengenai jejak kaki purba di Negara Bagian New Mexico, Amerika Serikat, memberikan petunjuk baru bahwa sekitar 23.000 tahun lalu sudah ada manusia di Benua Amerika sisi utara.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Amerika merupakan benua terakhir yang didatangi manusia. Akan tetapi, hingga kini masih menjadi misteri kapan pastinya manusia menjejakkan kaki di Amerika belahan utara sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke wilayah selatan yang memiliki cuaca lebih hangat. Hasil penelitian terbaru mengenai jejak kaki purba di Negara Bagian New Mexico, Amerika Serikat, memberikan jawaban mutakhir, yaitu 23.000 tahun lalu di Amerika Utara sudah ada manusia.
Selama ini, teori-teori ilmiah pada umumnya menyepakati bahwa manusia tidak mungkin datang ke Amerika di atas 20.000 tahun lalu. Sebab, masa itu masih Zaman Es, tepatnya Periode Glasial Maksimum Terakhir yang terjadi pada kurun 26.5000-20.000 tahun lalu. Benua Amerika masih tertutup es sehingga terlalu susah untuk melakukan perjalanan di zaman itu.
Peradaban tertua di Amerika ialah Peradaban Clovis yang ditemukan di New Mexico. Peninggalan peradaban ini dilansir berusia 13.500 tahun. Salah satu penandanya ialah tombak untuk berburu mamut, sejenis gajah purba berukuran besar dan berbulu panjang. Ditemukan juga sisa-sisa serigala dire purba (Aenocyon dirus) dan ”si pemalas darat” atau kungkang raksasa dari superordo Xenarthra.
Dari Peradaban Clovis ini para ilmuwan menyimpulkan bahwa manusia mendatangi Amerika pada kurun 16.000-13.000 tahun lalu. Mereka berasal dari Siberia yang merupakan wilayah irisan antara Benua Asia dan Eropa. Rombongan manusia ini kemudian menyeberangi Selat Bering melalui jembatan alami dari tanah dan bebatuan menuju wilayah Amerika yang kini menjadi Negara Bagian Alaska.
Mereka adalah nenek moyang dari orang-orang yang kini dikenal sebagai masyarakat adat atau penduduk asli Amerika. Dulu, masyarakat adat juga dikenal dengan istilah suku Indian Amerika. Akan tetapi, terminologi ini sudah tidak digunakan lagi karena keliru secara antropologis.
Teori kedatangan tersebut kini dipatahkan oleh sekelompok ilmuwan dari sejumlah perguruan tinggi yang bekerja sama di bawah naungan Survei Geologi AS (US Geological Survey). Pada Kamis (23/9/2021), mereka menerbitkan makalah di jurnal Science yang mengatakan bahwa manusia pertama datang ke Amerika pada 23.000 tahun lalu, yaitu ketika masih Periode Glasial Maksimum Terakhir.
Dasar dari teori terbaru ini adalah penemuan jejak kaki di Taman Nasional White Sands, New Mexico, pada 2009. Pengelola taman saat itu, David Bustos, segera mengontak Survei Geologi AS yang menurunkan tim ke lokasi. Jejak itu sebenarnya berada di atas lumpur yang mengeras setelah ribuan tahun. Oleh sebab itu, tim ilmuwan harus mengambil foto dan cetakan tiga dimensi jejak tersebut untuk dibawa ke laboratorium.
Mereka meneliti benih tanaman dan biji-bijian yang berada di lapisan atas ataupun di lapisan tanah bawah jejak dengan menggunakan metode radiokarbon. Dari usia benih ditemukan bahwa jejak-jejak itu berusia 23.000 tahun.
”Penemuan ini mematahkan teori manusia tidak mungkin datang ke Amerika lebih lama dari 16.000 tahun lalu. Fakta bahwa jejak di White Sands saja sudah berumur 23.000 tahun menandakan migrasi dari Siberia ke Amerika pasti terjadi jauh lebih lama dari sebelumnya. Ini memunculkan pertanyaan menarik, di Zaman Es itu, teknologi apa yang mereka pakai untuk mengarungi medan yang sangat berat?” kata arkeolog Universitas Arizona, AS, Vance Holliday, yang merupakan salah seorang anggota tim ilmuwan, kepada kantor berita Spanyol, EFE.
Dalam makalah di jurnal Science juga disimpulkan bahwa itu adalah jejak-jejak remaja dan anak-anak. Paleontolog mamalia dari Universitas Bournemouth, Inggris, Sally Reynolds, yang melakukan penelitian di lokasi menyebutkan, hanya beberapa jejak orang dewasa yang ditemukan.
Ia kemudian menyilangkan data ini dengan data pola berburu manusia pada masa itu. Teori yang mereka kemukakan ialah orang-orang dewasa selesai berburu, lalu menyembelih hewan hasil buruan. Proses penyembelihan dilanjutkan dengan menguliti hewan, memisahkan daging dari kulit dan lemak, serta mengubah lemak menjadi minyak. Semua harus dilakukan sesegera mungkin.
”Sementara orang-orang dewasa mengolah hasil buruan, anak-anak dan remaja sibuk bolak-balik mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun atau mengambil peralatan lain yang dibutuhkan. Anak-anak ini adalah seksi sibuk sekaligus asisten para orangtua. Makanya, jejak mereka banyak sekali, sementara jejak orang dewasa hanya berkumpul di satu titik,” paparnya kepada BBC. (AP/AFP)