Washington berupaya meredakan kemarahan Paris, antara lain, lewat telepon Biden kepada Macron. Biden mengakui peran Perancis amat penting di Indo-Pasifik. Perancis satu-satunya negara Eropa yang punya wilayah di Pasifik.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
BENOIT TESSIER / POOL / AFP
Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden menghadiri 2021 Munich Security Conference secara virtual pada Februari 2021. Pada 22 September 2021, Biden menelepon Macron untuk meredakan ketegangan yang dipicu keputusan AS membentuk AUKUS.
PARIS, KAMIS — Amerika Serikat setuju menyokong operasi militer di kawasan Sahel, Afrika, oleh Perancis dan negara-negara Eropa. Persetujuan itu disampaikan Presiden AS Joe Biden kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Biden menelepon Macron pada Rabu (22/9/2021) malam waktu Paris atau Kamis dini hari WIB. Dalam pernyataan resmi Istana Kepresidenan Perancis ditegaskan, Biden meminta waktu menelepon Macron. Permintaan itu dilontarkan selepas Paris secara terbuka marah atas keputusan AS menggalang aliansi baru bersama Australia dan Inggris.
Aliansi bernama AUKUS itu, antara lain, bertujuan membantu Australia memiliki delapan kapal selam bertenaga nuklir. Dampaknya, Canberra membatalkan pembelian 12 kapal selam diesel dari Paris. Pembatalan itu memicu Paris menuding Canberra dan Washington berkhianat. Perancis menarik duta besarnya di AS dan Australia. Paris juga membatalkan pertemuan tingkat menteri dengan AS dan Australia. Selain itu, Perancis juga mengindikasikan menghambat perundingan dagang Uni Eropa-Australia.
Washington berupaya meredakan kemarahan Paris, antara lain, lewat telepon Biden kepada Macron. Dalam percakapan telepon itu, Biden setuju memperkuat dukungan AS untuk perang melawan teror di kawasan Sahel, Afrika. Di sana, Paris mengerahkan hampir 5.000 tentara untuk membantu pemerintah sekitar Sahel melawan kelompok teror. Sejumlah negara Eropa juga mengirim tentara dengan jumlah lebih sedikit.
Biden juga setuju penguatan tentara Eropa yang selama ini disokong Perancis. Penguatan itu disebut akan membantu melengkapi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selama bertahun-tahun, Perancis dan Jerman terus menggaungkan otonomi pertahanan Uni Eropa. Upaya itu kurang didukung Inggris dan AS. Sebab, otonomi pertahanan UE dinilai bisa melemahkan NATO.
AFP/LUDOVIC MARIN / POOL
Foto yang diambil pada 6 April 2018 memperlihatkan Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan) berbincang dengan Duta Besar Perancis untuk Amerika Serikat Phillipe Etienne pada sebuah pertemuan di Kementerian Luar Negeri Perancis di Paris.
Pasukan Eropa sebenarnya sudah punya komando operasi sejak 2007. Walakin, sampai sekarang pasukan itu belum pernah dikerahkan. Sejauh ini, anggota UE mengerahkan pasukannya dalam kerangka NATO atau dalam kerangka multilateral lain.
Desakan menguatkan tentara Eropa semakin besar setelah AS secara sepihak memutuskan keluar dari Afghanistan. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen termasuk yang mengakui, kasus Afghanistan menunjukkan semakin penting bagi UE untuk punya otonomi pertahanan. Ia juga termasuk yang keberatan atas imbas AUKUS kepada Perancis, salah satu anggota UE.
Sejumlah media Perancis, seperti Le Figaro dan Ouest France, menyebut, Perancis juga mendapat konsesi lain di luar dua persetujuan Biden itu. Dalam telepon itu, Biden mengakui peran Perancis amat penting di Indo-Pasifik.
Perancis satu-satunya negara Eropa yang punya wilayah di Pasifik melalui Kaledonia Baru dan Polinesia Perancis. Hingga 93 persen zona ekonomi eksklusif (ZEE) Perancis ada di Pasifik. Perancis menempatkan hampir 8.000 tentara di Pasifik. Tidak ada negara UE punya kekuatan sebesar itu di Pasifik.
Duta besar
Sebagai imbalan atas dua dukungan Biden, Macron setuju menugaskan kembali Duta Besar Perancis untuk AS Philippe Étienne. Beberapa hari setelah AUKUS diumumkan, Étienne diperintahkan pulang. Pemulangan itu menunjukkan dampak serius kerusakan yang ditimbulkan AUKUS. Selama ratusan tahun hubungan AS-Perancis, belum pernah sekali pun Paris menarik duta besar dari AS.
Étienne akan kembali ke Washington pekan depan. Tugasnya, antara lain, mempersiapkan pertemuan para menteri UE-Eropa di Eropa pada akhir Oktober 2021.
Tidak disebutkan di mana lokasi pasti pertemuan itu. Tidak pula dijelaskan apakah pertemuan itu menjadi pengganti pertemuan AS-Eropa yang sedianya digelar pada akhir September 2021 di AS. Presiden Dewan Eropa Charles Michel menyebut, sejumlah negara UE keberatan pertemuan untuk membahas kerja sama teknologi dan perdagangan itu tetap dilakukan selepas AUKUS diumumkan.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian juga akan bertemu Menlu AS Antony Blinken di New York. Mereka sama-sama sedang menghadiri rangkaian sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Le Drian telah mengumumkan batal bertemu Menlu Australia Marise Payne. Sebab, pertemuan Payne dianggap tidak berguna selepas pengumuman AUKUS. Adapun Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly telah membatalkan pertemuan dengan Menhan Inggris Ben Wallace.
BRENDAN ESPOSITO / POOL / AFP
Dalam foto pada Mei 2018 ini, Presiden Perancis Emmanuel Macron (kedua dari kiri) dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (jas biru) meninjau kapal selam Perancis HMAS Waller di Sydney, Australia.
Paris belum menunjukkan tanda akan memulihkan hubungan dengan London dan Canberra. Perusahaan Perancis yang awalnya akan membuatkan kapal selam untuk Australia, Naval Group, mengaku akan segera mengirimkan tagihan denda ke Canberra atas pembatalan kontrak. ”Australia yang memutuskan kontrak, bukan kesalahan kami,” kata pimpinan Naval Group, Eric Pommelet. (AFP/REUTERS)