Selangkah Lagi, Putin Perkuat Cengkeraman Kekuasaan di Rusia
Hasil awal pemilu legislatif, partai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin memperoleh dukungan mayoritas kursi di Duma. Putin hanya butuh tambahan setidaknya 11 kursi lagi untuk mengamankan posisinya pada pemilu 2024.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MOSKWA, SENIN — Hasil awal pemilihan parlemen (Duma), Senin (20/9/2021), memperlihatkan partai pro-Kremlin, Partai Rusia Bersatu, yang selama ini mendominasi, unggul atas para pesaingnya. Hasil penghitungan dari sekitar 95 persen tempat pemungutan suara, sebanyak 49,64 persen suara diperoleh Partai Rusia Bersatu.
Hasil perhitungan ini memberikan setidaknya 110 kursi di Duma dari 225 kursi yang diperebutkan partai dalam pemilu ini. Sebanyak 225 kursi lainnya di Duma diperebutkan secara individual. Komisi pemilihan menyatakan, sebanyak 199 kandidat yang didukung Partai Rusia Bersatu mengklaim berhasil merebut kursi di Duma.
Dengan hasil itu, setidaknya Partai Rusia Bersatu telah mengantongi 289 kursi dari 450 kursi Duma. Mereka hanya membutuhkan 11 kursi lagi untuk mengontrol Duma. Dalam skenario yang lebih luas, Duma bisa mengamendemen konstitusi untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan Presiden Vladimir Putin jelang pemilihan presiden tahun 2024.
Menjelang pemilihan, Putin berharap Partai Rusia Bersatu bisa mempertahankan dominasi dan jumlah kursinya, yakni 334 kursi, di Duma. Meski partai itu adalah basis kekuatan Putin, Partai Rusia Bersatu kurang populer dibandingkan sosok Putin.
Dalam pemungutan suara tahun ini, sebagian besar politisi dan aktivis oposisi dilarang mencalonkan diri. Pihak berwenang Rusia melakukan upaya besar-besaran untuk menekan protes dan perbedaan pendapat.
Pada pemilihan yang berlangsung sejak Minggu (19/9/2021), tidak ada wakil yang signifikan dari kelompok oposisi karena dilarang oleh pemerintah dengan alasan untuk menekan protes dan perbedaan pendapat. Selain itu, Pemerintah Rusia juga menyatakan kelompok-kelompok oposisi yang terkait dengan Alexei Navalny, tokoh oposisi yang kini dipenjara, sebagai kelompok ekstremis.
Dalam penghitungan awal ini, Partai Komunis mendapatkan kenaikan dukungan yang cukup signifikan, dari 13 persen pada pemilhan tahun 2016 menjadi sekitar 22 persen. Namun, perolehan awal sebanyak 289 kursi dinilai sebagai awal penurunan substansial dukungan para pemilik suara.
Dalam sebuah siaran pada kanal Youtube, Minggu malam, Leonid Volkov, rekan utama Navalny, menggambarkan kemungkinan hilangnya kursi Partai Rusia Bersatu sebagai kemajuan dalam strategi untuk mengurangi kekuasaan Putin.
”Sederhananya, ini adalah perubahan signifikan dalam lanskap politik Federasi Rusia,” kata Volkov.
Strategi pembungkaman
Keunggulan Partai Rusia Bersatu yang mendukung Putin tidak terlepas dari tindakan keras yang dilakukan pemerintah terhadap oposisi dan pendukungnya. Untuk menutup kemungkinan penggembosan suara bagi partai pro-pemerintah, Kremlin meminta Google dan Apple untuk memblokir seluruh akses konten yang terkait dengan kelompok oposisi dan Navalny.
Selain itu, dua raksasa teknologi itu juga mematuhi tekanan Kremlin untuk menghapus aplikasi Smart Voting—aplikasi yang bisa memberikan informasi kepada calon pemilih tentang kandidat tertentu yang memiliki peluang untuk mengalahkan kandidat yang didukung oleh Kremlin—dari toko aplikasi mereka. Selain itu, 50 situs yang dijalankan oposisi dan memiliki kaitan dengan Smart Voting juga diblokir oleh Kremlin.
Tidak hanya Google dan Apple yang patuh pada Kremlin, Pavel Durov, pencipta aplikasi Telegram, juga memutuskan untuk memblokir bot obrolan yang didedikasikan untuk mendampingi kampanye Smart Voting. Youtube juga memblokir akses ke beberapa video yang mencantumkan kandidat yang didukung oleh Smart Voting.
Sekutu Navalny menganggap tindakan keras terhadap Smart Voting dan laporan pelanggaran pemungutan suara adalah bentuk ketidakpercayaan diri Kremlin terhadap hasil yang diinginkannya.
”Entah mereka sangat tidak aman dan sangat takut pada Smart Voting, atau peringkatnya bahkan lebih buruk dari yang kita lihat, atau mereka gagal mengendalikan saraf mereka,” tulis Volkov di Facebook.
Laporan kecurangan massal dalam pemilihan parlemen Rusia 2011 memicu protes anti-pemerintah dan anti-Putin selama berbulan-bulan. (AP)