Hati-hati, Sering Lupa Bisa Menjadi Tanda Awal Demensia
Jangan dianggap remeh kalau sering lupa meletakkan kunci atau dompet. Jangan-jangan itu gejala awal demensia atau bahkan Alzheimer.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Ketika pertama kali Chen Shaohua (68) tiba-tiba hilang, lalu ditemukan polisi jauh dari rumahnya, dan tampak terlihat bingung di depan rumah orang lain, semua keluarganya ikut bingung. Setibanya di rumah, Chen pun tak bisa menjelaskan kenapa ia ada di sana dan ada urusan apa. Ketika Chen hilang lagi untuk kedua kalinya, keluarganya merasa ada yang tidak beres kepada Chen. Ternyata benar. Hanya saja, semua sudah terlambat.
”Andai saja tahu gejala-gejala awalnya, kami bisa memberi pengobatan atau perawatan yang tepat sehingga tidak makin parah. Ibu saya bertahun-tahun mengeluh kalau ayah suka bohong. Tetapi, kami, kan, tidak tahu yang sebenarnya karena sudah lama tidak tinggal dengan orangtua lagi,” kata Chen Yuanyuan, putri Chen.
Dokter kemudian mendiagnosis Chen dengan penyakit Alzheimer, bentuk paling umum dari demensia. Pada kondisi itu, penderita mengalami gangguan fungsi kognitif, termasuk hilang ingatan. Bahkan, jika sudah parah, dibutuhkan perawatan penuh. Sekitar 10 juta orang di China telah didiagnosis dengan kelainan otak degeneratif dan tidak dapat disembuhkan.Kasus di China ini menyumbang sekitar seperempat kasus demensia di seluruh dunia.
Studi yang dilakukan London School of Hygiene and Tropical Medicine menyebutkan, populasi di China menua dengan cepat dan jumlah penderita demensia diperkirakan 40 juta jiwa pada 2050. Laporan hasil studi ini memperingatkan lonjakan kasus demensia ini akan menelan biaya ekonomi sebesar 1 triliun dollar AS setiap tahun hanya untuk biaya pengobatan dan kehilangan produktivitas karena banyak yang sudah tak masuk kategori angkatan kerja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, faktor risiko terkuat demensia adalah usia. Menjadi masuk akal ketika populasi menua, kasus demensia bertambah. Meski telah menyadari ada risiko ini, China dianggap tak siap juga menghadapinya. Dari sisi ketersediaan tempat perawatan di pusat-pusat perawatan spesialis demensia saja, China tertinggal jauh dari Amerika Serikat. Di AS terdapat 6,2 juta pasien Alzheimer dan 73.000 dipan di pusat perawatan spesialis demensia. Sementara di China hanya ada 200 dipan.
”Tidak ada masalah kesehatan yang lebih mencemaskan dari Alzheimer. Ini penyakit parah yang paling cepat melonjak dan kita tak siap,” kata neurolog di Universitas Kedokteran Guangdong, Wei Shouchao.
Sekadar lupa
Gejala-gejala awalnya sebenarnya tampak simpel dan biasa-biasa saja. Seperti ketika Chen sering lupa meletakkan kunci atau dompetnya. Keluarganya mengira Chen hanya lupa biasa dan wajar saja jika orang terkadang lupa sesuatu. Namun, lama-lama kondisi Chen kian serius. Waktu pertama kali hilang, polisi sampai butuh waktu 40 jam mencari Chen. Polisi lalu menemukannya karena ada laporan dari warga bahwa ada orang tua yang hendak masuk ke rumah mereka.
”Memang, kalau dilihat dari luar, rumah itu seperti rumah kami dulu. Ayah sepertinya bingung. Dia lupa kalau sekarang kami tinggal di Beijing. Untung saja tak ada yang melukai ayah saya,” kata Yuanyuan.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, keluarganya kemudian membelikan Chen jam tangan pintar yang bisa membantu melacak keberadaan Chen melalui aplikasi. Namun, itu pun tak membantu karena jam tangannya dilepaskan. Akhirnya, keluarga menyerahkan Chen ke rumah sakit. ”Kami tidak pernah menyangka ayah bisa kena Azheimer karena tidak ada sejarah keluarga yang kena Alzheimer. Ayah saya juga masih relatif muda,” kata Yuanyuan.
He Yao dari Pusat Penelitian Klinik Nasional untuk Penyakit Geriatri menjelaskan kondisi orang-orang tua yang tinggal di daerah-daerah pinggiran kota atau perdesaan rentan karena ditinggalkan keluarganya yang pindah ke kota-kota besar. Keluarga yang tidak memahami adanya risiko demensia ini bisa berakibat pasien tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang memadai selama bertahun-tahun. ”Banyak yang kehilangan kesempatan tidak bisa cepat memberikan perawatan. Padahal, itu bisa membantu memperlambat demensia,” ujarnya.
Tahun lalu, Pemerintah China mengumumkan rencana tindakan program pemberdayaan masyarakat ”China Sehat 2030” yang bertujuan mendeteksi Alzheimer atau demensia lebih awal di tingkat komunitas dan memberikan pemahaman penyakit demensia itu kepada publik. Hanya saja, rencana itu tidak menyinggung mengenai pelatihan dokternya, pembangunan pusat layanan khusus demensia, ataupun penambahan kapasitas penanganan pasien demensia di rumah sakit-rumah sakit. ”Dokter-dokter yang ada di perdesaan tidak dilatih untuk bisa mendeteksi diagnosis awal. Di Beijing saja hanya ada satu tempat khusus dengan staf terlatih untuk menangani pasien Alzheimer,” kata Wei.
Ingatan masa lalu
Chen dulu pernah menjadi musisi di angkatan bersenjata dan sering memainkan sejumlah instrumen tradisional, termasuk suling bambu. Dari kondisi fisiknya, Chen terlihat sehat dan bugar dan masih ingat dengan jelas apa saja yang pernah terjadi puluhan tahun lalu. Satu-satunya indikator yang menunjukkan ada yang tidak beres pada Chen adalah ketika ia membicarakan kejadian atau peristiwa masa lalu seakan-akan itu terjadi pada saat ini. ”Ketua Mao kemarin datang ke satu dari empat konser kami,” kata Chen. Ia membicarakan konser di kota Wuhan pada 1960-an.
Pasien-pasien dimensia kerap kali membutuhkan perawatan sepanjang hari dan harus ada perawat atau tenaga medis yang membantu. Pasalnya, anggota keluarga kerap kali kesulitan atau tak mampu menjaga pasien demensia. Seperti salah satu putra Chen, Chen Yunpeng, yang sangat sibuk dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan logistik. Karena tidak ada fasilitas masyarakat khusus untuk pasien demensia di tempatnya tinggal, ia terpaksa membawa ayahnya ke tempat kerjanya.
Ketika Chen hilang, keluarganya lalu bergantung kepada kelompok sukarelawan yang sudah biasa membantu mencarikan orang tua yang dilaporkan hilang. Begitu ada pengumuman Chen hilang, puluhan orang, termasuk pensiunan pegawai negeri sipil, guru, dan ibu rumah tangga, langsung buru-buru datang ke lokasi tempat Chen terakhir kali terlihat. Polisi diminta bantuan untuk melihat rekaman kamera pengintai atau CCTV selama berjam-jam demi mencari Chen.
Kelompok sukarelawan itu menceritakan pihaknya telah membantu mencari 300 pasien Alzheimer sejak 2016. ”Hampir setiap hari ada laporan dari keluarga-keluarga yang mengadu orangtuanya hilang dan ini terjadi di mana-mana. Yang berisiko dan berbahaya itu kalau orang tua terjebak di lokasi bangunan kosong atau jatuh ke parit atau keluar rumah saat cuaca buruk,” kata Kepala Pusat Layanan Penyelamatan Darurat Zhiyuan di Beijing Su Xiao. (AFP)