Gara-gara AUKUS, Perancis Ancam Jegal Perundingan Dagang UE-Australia
Perancis mengisyaratkan menolak perjanjian dagang Uni Eropa-Australia sebagai respons lanjutan atas pembentukan aliansi Australia-Inggris-AS. Padahal, perjanjian itu bisa menghasilkan miliaran dollar AS bagi Australia.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
AFP/THOMAS COEX
Presiden Perancis Emmanuel Macron memberikan keterangan dalam konferensi pers pada KTT NATO di Brussels, Belgia, 14 Juni 2021. Perancis marah terkait pembentukan aliansi militer baru antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS). Aliansi ini membantu Australia, yang sudah terikat kontrak pembuatan kapal selam bertenaga diesel dengan Perancis, memiliki sedikitnya delapan kapal selam bertenaga nuklir.
PARIS, SENIN — Aliansi militer Australia-Inggris-Amerika Serikat, atau yang dinamai dengan AUKUS, terus memicu perpecahan. Kini, perpecahan itu terlihat di Uni Eropa dan ASEAN gara-gara aliansi bernama AUKUS. Canberra bisa kehilangan pasar bernilai puluhan miliar dollar AS per tahun.
Di Uni Eropa (UE), Perancis melebarkan kemarahannya terkait AUKUS pada soal perundingan perjanjian dagang Australia-UE. ”Tidak terpikirkan untuk meneruskan perundingan dagang bersama negara yang sudah tidak ada saling percaya,” kata Clément Beaune, Menteri Urusan Eropa pada pemerintahan Perancis, Minggu (19/9/2021) malam waktu Paris atau Senin dini hari WIB, kepada sejumlah media Perancis.
Beaune merujuk pada pendapat Paris bahwa Australia berkhianat lewat AUKUS. Salah satu tujuan aliansi yang diumumkan pada 15 September 2021 itu membantu Australia memiliki delapan kapal selam bertenaga nuklir. Tujuan itu membuat Canberra membatalkan kontrak pembelian 12 kapal selam diesel dari Paris. Kontrak Canberra-Paris diteken pada 2016.
Perancis marah besar karena baru diberi tahu soal AUKUS beberapa jam sebelum aliansi itu diumumkan. Padahal, Canberra sudah berunding berbulan-bulan dengan London dan Washington. Paris menuduh Canberra berkhianat. Selepas AUKUS diumumkan, Perancis menarik duta besarnya dari AS dan Australia.
AUSTRALIAN BROADCASTING CORPORATION VIA AP
Duta Besar Perancis untuk Australia Jean-Pierre Thebault berbicara dalam wawancara dengan televisi di Canberra, Australia, Jumat (17/9/2021). Ia ditarik pulang ke Perancis setelah Paris marah dengan langkah Australia membentuk aliansi militer AUKUS dengan Inggris dan Amerika Serikat.
Beaune mengatakan, memegang janji adalah syarat dasar untuk membangun kepercayaan. Kini, Paris tidak melihat Canberra sebagai pihak yang mau memegang janji. Karena itu, Perancis tidak mau meneruskan perundingan dagang UE dengan Australia.
Penolakan Perancis untuk meneruskan perundingan dagang UE bisa merugikan Australia lebih lanjut. Dimulai sejak 2018, Brussels-Canberra sudah 11 kali berunding untuk membahas perjanjian dagang. UE adalah mitra dagang terbesar ketiga Australia dengan nilai hampir 60 miliar dollar AS untuk perdagangan barang dan jasa.
Kesepakatan dagang diperkirakan bisa meningkatkan ekspor Australia ke EU hingga tiga kali lipat. Salah satu andalan ekspor Canberra adalah daging dan susu.
Tanpa dukungan Paris, sulit bagi UE untuk memberi lampu hijau kepada produk andalan Australia itu. Sebab, Perancis dikenal salah satu yang paling keras terkait impor produk pertanian dan peternakan. Kini, Perancis mendapat alasan tambahan untuk menolak perundingan dagang dengan Australia.
BRENDAN ESPOSITO / POOL / AFP
Foto dokumentasi yang diambil pada 2 Mei 2018 menunjukkan Presiden Perancis Emmanuel Macron (kedua dari kiri) dan PM Australia Malcolm Turnbull (keempat dari kiri) berdiri di dek HMAS Waller, kapal selam kelas Collins yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Australia, di Garden Island, Sydney.
Perancis sudah berkali-kali mengandaskan perundingan dagang UE dengan mitranya. Pada 2016, Paris menghentikan perundingan dagang UE dengan AS. Kini, Perancis mengindikasikan akan menghentikan perundingan dagang UE dengan sejumlah negara Amerika Selatan. Belakangan, AUKUS membuat Paris juga mempertimbangkan penolakan pada perundingan dagang UE-Australia.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell berharap AUKUS tidak dicampurkan dengan perundingan dagang UE-Australia. Karena itu, perundingan diharapkan jalan terus.
Irlandia juga berharap perundingan UE-Australia berlanjut. Meski demikian, Menteri Promosi Perdagangan Irlandia Robert Troy tidak menampik bahwa ketegangan akibat AUKUS akan berdampak pada perundingan itu.
Adapun anggota Parlemen Eropa dari Jerman, Bernd Lange, menyebut AUKUS berdampak pada Thyssen Krupp Marine, perusahaan pertahanan Jerman. ”Keinginan berkompromi, khususnya dari sisi Eropa, sekarang menurun,” ujarnya.
Ia menyebutkan, AUKUS bisa berdampak pada perusahaan Eropa yang sedang menjalin kontrak dengan Australia. Anak usaha Thyssen Krupp, Atlas Elektronik, sedang memiliki kontrak dengan Angkatan Laut Australia. Lange khawatir kontrak itu juga mendadak dihentikan.
CHIEF MASS COMMUNICATION SPECIALIST JOSHUA KARSTEN/U.S. NAVY VIA AP
Foto yang diberikan oleh Angkatan Laut AS ini memperlihatkan kapal selam Perancis, FNS Amethyste (S605), transit di Sungai Thames River dalam persiapan menjelang kedatangan di Pangkalan Kapal Selam Angkatan Laut New London di Groton, Connecticut, AS, 1 September 2021.
Tidak hanya terancam kehilangan akses pasar, AUKUS juga membuat Australia harus membayar denda kepada Perancis. Dalam taksiran awal, Canberra harus membayar denda hingga 400 juta dollar AS kepada Paris karena menghentikan kontrak pembelian kapal selam. Di luar itu, Australia telah membayar 2 miliar dollar AS kepada Perancis untuk berbagai pekerjaan tahap awal di kontrak kapal selam itu.
Situasi di ASEAN
Di Asia Tenggara, kawasan terdekat tempat AUKUS akan diterapkan, perbedaan sikap sudah ditunjukkan oleh 4 dari 10 anggota ASEAN. Indonesia dan Malaysia secara terbuka menyatakan prihatin AUKUS akan memicu perlombaan senjata di kawasan. Adapun Singapura berharap AUKUS bisa berkontribusi pada arsitektur kawasan. Meski demikian, Singapura tetap menyatakan keprihatinan atas pembentukan AUKUS.
Sementara Filipina mengaku memahami keputusan Australia. Manila menyebutkan, Canberra berhak meningkatkan kemampuan pertahanannya. Filipina pun sedang berusaha melakukan hal itu. Adapun Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, dan Myanmar belum bersikap soal AUKUS.
Peneliti senior pada Brooking Institute, Natalia Sambhie, menyebutkan bahwa AUKUS dikhawatirkan menggerus peran ASEAN di kawasan. Selain itu, AUKUS tidak sejalan dengan berbagai perjanjian di ASEAN yang melarang penggunaan nuklir untuk kepentingan militer dan menolak peningkatan ketegangan di kawasan.
(AP PHOTO/ANDREW HARNIK, POOL)
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton (kiri) dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne (kedua dari kiri), Menlu AS Antony Blinken, dan Menhan AS Lloyd Austin di Washington DC, AS, Kamis (16/9/2021), menjelaskan penambahan personel Marinir AS dan peralatan militernya di Darwin pasca-penandatanganan pakta militer AS-Australia-Inggris yang disebut AUKUS.
Mantan Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya mengatakan, AUKUS merupakan buah dari perilaku China. Selama beberapa tahun terakhir, Beijing semakin terlihat kerap memaksakan kehendak dan lebih agresif. ”Sekarang terserah China, tetap berusaha mendominasi kawasan atau menahan diri,” ujarnya.
Menurut Kasit, sikap Singapura bisa menjadi ukuran di kawasan. Meski terus berusaha ditarik AS ke pihaknya, Singapura berusaha tetap mempertahankan netralitas. Singapura menunjukkan hal itu kepada Wakil Presiden AS Kamala Harris dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang melawat ke negara tersebut beberapa waktu lalu.
Kini, soal AUKUS, Singapura menyambut sekaligus menunjukkan keprihatinan. ”Singapura memandang perlu ada kekuatan penyeimbang di kawasan,” kata Kasit.
Sementara mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyebut bahwa Australia tidak menjadi lebih aman dan sejahtera dengan AUKUS. Ancaman China dan Perancis adalah alasan utamanya. Canberra memusuhi kedua mitra dagang terpentingnya. (AFP/REUTERS)