Militer AS menerbitkan laporan tentang warga sipil yang tewas dalam operasinya di seluruh dunia. Namun, selama ini sangat jarang pejabat senior hingga menteri pertahanan meminta maaf secara pribadi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Departemen Pertahanan Amerika Serikat meminta maaf atas serangan yang dilakukan militernya melalui pesawat nirawak di Kabul yang menewaskan 10 warga sipil. Serangan yang dilakukan dua hari sebelum batas penarikan pasukan internasional dari Afghanistan berakhir itu diakui AS sebagai sebuah kesalahan tragis.
Pentagon mengungkapkan, serangan pada 29 Agustus 2021 itu menargetkan seorang pengebom bunuh diri dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Keberadaan NIIS menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS di Afghanistan, khususnya di Bandara Internasional Kabul, saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan diri dari negara itu. AS awalnya berkeras bahwa pilihan serangan itu benar.
Kepala Komando Tengah AS Jenderal Frank McKenzie mengatakan, pada saat itu dia yakin tindakan yang diambil itu dapat mencegah ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan di bandara. Ternyata itu sebuah kesalahan besar. Sekarang dia percaya orang-orang yang tewas akibat serangan drone tidak mungkin anggota kelompok yang berafiliasi dengan NIIS, kelompok Khorasan, atau menjadi ancaman bagi pasukan AS. ”Penyelidikan kami sekarang menyimpulkan serangan itu kesalahan yang tragis,” kata McKenzie
Serangan yang dikendalikan dari AS itu telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serangan kontraterorisme. Fungsi intelijen di Afghanistan bisa dikatakan telah berhenti sejak berakhirnya penarikan pasukan internasional akhir bulan lalu. Konfirmasi tewasnya warga sipil memberikan senjata lebih lanjut bagi para kritikus AS atas proses penarikan pasukan dan evakuasi sekutu AS yang kacau dari Afghanistan. Sejauh ini peristiwa itu telah memimbulkan krisis terbesar bagi pemerintahan Biden sejak dilantik pada Februari lalu.
Melalui sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, serangan pesawat nirawak itu telah menewaskan seseorang bernama Ahmadi. Ahmadi diketahui bekerja untuk sebuah organisasi nirlaba bernama Nutrition and Education International. ”Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan kelompok Khorasan, bahwa aktivitasnya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi,” kata Austin. ”Kami meminta maaf dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini.”
Melalui sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, serangan pesawat nirawak itu telah menewaskan seseorang bernama Ahmadi. Ahmadi diketahui bekerja untuk sebuah organisasi nirlaba bernama Nutrition and Education International.
Militer AS memang menerbitkan laporan tentang warga sipil yang tewas dalam operasinya di seluruh dunia. Namun, selama ini sangat jarang pejabat senior Pentagon, termasuk menteri pertahanan, meminta maaf secara pribadi atas warga sipil yang tewas dalam serangan militer AS.
Laporan yang dirilis menyebutkan bahwa serangan pesawat nirawak di sebelah barat kompleks Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul telah menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak. Video dari tempat kejadian menunjukkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, saat itu mengatakan, serangan menewaskan tujuh orang dan Taliban sedang menyelidikinya.
Serangan itu terjadi tiga hari setelah seorang pengebom bunuh diri NIIS meledakkan dirinya di luar gerbang bandara. Aksi itu mengakibatkan tewasnya 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang telah berkerumun di luar gerbang. Kerumuman itu adalah titik kulminasi rasa putus asa warga yang ingin keluar dan dievakuasi dari Afghanistan pascapengambilalihan Kabul dan seluruh Afghanistan oleh kelompok Taliban. Pengambilalihan Kabul sekaligus mengakhiri kehadiran pasukan internasional yang dipimpin AS selama 20 tahun terakhir di Afghanistan.
Serangan pesawat nirawak AS juga dilakukan di tempat lain di Afghanistan pascapeledakan diri anggota NIIS di Bandara Kabul. Militer AS melancarkan serangan pesawat nirawak di Afghanistan timur. Namun, serangan yang diakui menewaskan dua anggota NIIS itu tidak ditinjau oleh Pentagon.
Adapun serangan yang keliru terjadi ketika militer AS dalam siaga tinggi. Saat itu, para pejabat Pentagon memperingatkan kemungkinan lebih banyak serangan di bandara, termasuk dari roket dan alat peledak yang dibawa dengan kendaraan. ”Dalam ancaman tinggi yang dinamis, komandan di lapangan memiliki otoritas yang sesuai dan kepastian yang masuk akal bahwa target itu valid,” kata Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS.
Seorang sumber dari kalangan pejabat pertahanan AS menyebutkan, kewenangan untuk menyerang di Afghanistan, terhadap kelompok NIIS dan Al Qaeda, tidak akan lagi berada di tangan komandan AS di kawasan. Kewenangan untuk menyerang bakal berada di bawah izin dan perintah langsung dari Austin. Ia sekaligus yang bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan militer AS di Afghanistan.
Kegagalan intelijen yang terungkap dalam serangan militer terakhir Amerika di Afghanistan itu menimbulkan pertanyaan sulit tentang risiko yang dihadapi Washington ke depan. Ini termasuk apakah AS dapat melacak ancaman Al Qaeda dan NIIS sehingga bisa bertindak cepat atas informasi apa pun yang didapatnya. McKenzie terlihat mengecilkan dampak korban sipil terhadap tindakan di Afghanistan pada masa mendatang. ”Saya tidak berpikir Anda harus menarik kesimpulan tentang kemampuan kami menyerang target NISS Khorasan di Afghanistan pada masa mendatang berdasarkan serangan khusus ini,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)